Pajak Sayur Pasar Baru

3 Bulan Kedepan Ekonomi Bisa Lumpuh

Pajak Sayur Pasar BaruYang saya bayangkan tiga bulan ke depan, ekonomi akan lumpuh. Sektor ril macet. Daya beli rendah. Laju ekonomi merosot tajam. Yang terpukul adalah sektor produksi. Harga produk tani turun drastis. Tidak dapat saya bayangkan bagaimana kehidupan petani saat itu.

Imbasnya luas. Rumah makan akan tutup karena orang tak punya daya beli. Buruh bangunan kehilangan pekerjaan, karena pertumbuhan infrastrukur macet. Siapa yang akan memikirkan bagunan baru ketika makan saja susah! Sektor jasa juga macet karena orang menunda semua layanan pihak ketiga yang tidak urgen.

Yang terburuk ketika bank menghadapi kredit macet. Saat suku bunga pinjaman tidak bisa menutupi suku bunga tabungan, bank akan bangkrut. Itu logika sederhana. Karena bunga tabungan ditutup oleh bunga pinjaman.

Kalau dulu krisis ekonomi 1998 ekonomi bangkrut karena rupiah terkoreksi tajam dan uang terlalu banyak beredar, maka saat ini kebalikannya: rupiah tidak beredar karena semua tak punya. Inflasi memang kecil, tapi pertumbuhan merosot. Yang bakal naik hanya satu: angka kriminalitas. Karena angka kriminalitas berbanding lurus dengan kesulitan ekonomi.

Kalau krisis ekonomi 98, dollar melambung tinggi, sektor produksi tani tertolong karena nilai ekspor naik tajam. Kakao yang sebelum krisis hanya 16 ribu sekilo, naik tajam menjadi 23 ribu. Dollar 16 ribu tidak masalah bagi mereka penghasil karet, kakao, dan bahan ekspor lain. Petani menikmati masa kejayaannya. Malah saat itu mereka bikin rumah baru. Tapi ini, sektor ekspor macet, semua produksi tani meluncur turun. Lihat saja sekarang: cabe 10 ribu, daun kacang panjang 500 perak, getah 4 ribuan.

Kalau negara tidak hadir dalam situasi ini, baik melalui bantuan pusat atau efektivitas Dana Desa, yakinlah semua akan chaos! Sebab, kalau sudah menyangkut makan, orang akan mudah menghilangkan nyawa orang!

Dan terbayang saat masa “aelon” pasca PRRI. Rumah anda akan diketok oleh orang-orang yang lewat di jalanan. Mereka memaksa makan, mengambil beras yang ada di rumah orang kaya. Yang pulang dari pasar membawa beras, dibunuh di tengah jalan. Karena itu tadi: untuk makan anak-anak, orang akan melakukan apa saja!

Ada cerita seperti itu. Ketika itu orang ke pekan Sinonoan berjalan kaki. Ada yang naik sepeda kalau membawa beras. Di tengah jalan, lelaki yang yang membawa beras ditegur seorang perempuan. Karena khawatir berasnya diambil, dia turun dari sepeda dan langsung membacok perempuan itu. Setelah sadar, baru ia tahu bahwa yang ia bunuh istrinya sendiri, yang saat itu berjalan kaki ke pekan Sinonoan. Kejadiannya di depan SMP Huraba sekarang, di dekat pohon “Jior” yang dulu masih saya ingat betul sebagai tempat orang beristirahat kalau jalan kaki ke pekan. Tentu, saat lapar dan dia tahu anak-anak di rumah menunggu beras, orang akan hilang kesadaran dan panik!

Saya bukan menakut-nakuti. Hanya meminta respek bersama. Kalau Dana Desa sungguh-sungguh diproyeksikan untuk menolong makan orang, tidak perlu ada yang bunuh-bunuhan nanti. Maka hentikan semua yang tidak urgen!( Askolani Nasution)

Penulis : askolani nasution

Admin.  : iskandar hasibuan

 

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.