
MEDAN (Malintang Pos) : Jumlah Penderita HIV dan AIDS di Sumatera Utara sejak Januari 2009 hingga September 2016, mencapai 8.112 orang. Perinciannya, 3.301 penderita HIV dan 4.811 penderita AIDS.
Proyek Manager Global Fund Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Andi Ilham Lubis, Rabu (30/11) mengatakan, dari jumlah itu, sebanyak 7.852 merupakan warga Sumatera Utara dan 260 merupakan warga luar Sumatera Utara.
Andi menjelaskan, dari 3.301 penderita HIV itu dilihat dari jenis kelamin, 2.474 laki-laki dan 827 perempuan. Dilihat dari usia, 1.325 berusia 30-39 tahun, 1.199 berusia 19-29 tahun, 529 berusia 40-49 tahun, 114 berusia di atas 50 tahun, 51 berusia 10-18 tahun, 45 berusia 1-4 tahun dan 10 berusia di bawah 10 tahun.
Dari penderita AIDS, 3.756 adalah laki-laki dan 1055 perempuan. Untuk usia penderita AIDS, disebut Andi, 1935 berusia 30-39 tahun, 2037 berusia 19-29 tahun, 549 berusia 40-49 tahun, 186 berusia di atas 50 tahun, 65 berusia 10-18 tahun, 21 berusia 1-4 tahun, 16 berusia 5-9 tahun dan 2 berusia di bawah 1 tahun.
“ Untuk yang telah meninggal, belum ada jumlah pastinya. Namus sekitar 800 lebih. Memang biasanya tidak terdata, karena sering tidak dilaporkan keluarga yang bersangkutan, “ ujar Andi.
Disinggung soal faktor, Andi menyebut jika Heteroseksual paling tinggi menjadi faktor terkena HIV dan AIDS dengan jumlah 6394. Selanjutnya, disebut Andi adalah faktor Intra Drug User berjumlah 1153, Hetero&IDUs berjumlah 141, Homo Seksual berjumlah 130, Perianatal berjumlah 107, Transfusi Darah berjumlah 78, Ibu Rumah Tangga berjumlah 55, Biseksual berjumlah 48 dan lain-lain berjumlah 6 orang.
Andi menambahkan, penanggulangan HIV/AIDS bisa dilakukan dengan adanya komitmen dari pemangku kepentingan di setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Dengan tidak dijalankannya implementasi penanggulangan HIV/AIDS di daerah, disebut Andi kasus ODHA akan terus meningkat. “ Program apa yang bisa dilakukan kabupaten/kota. Promosi dan pencegahan biayanya lebih murah dari pada menunggu orang sakit melakukan pengobatan. Jadi kalau sudah disosialisasikan di masyarakat, maka konseling dan testing lebih mudah,” ucapnya.
Tak hanya itu, kabupaten /kota juga harus melatih kader-kader desa untuk menyampaikan informasi ke masyarakat serta melakukan pendekatan agar masyarakat mau diajak untuk menjalani tes. Dengan begitu, disebut Andi jika kasus cepat ditemukan sehingga penularan HIV/AIDS bisa dicegah lebih dini. (ain/mt/jpnn)