
Saya mengenal Akhyar Nasution sebagai seorang pekerja keras dan menjiwai apa yang dikerjakannya.
Seorang yang jujur, administratur yang baik dan loyalis.
Bukan hanya loyalis terhadap pimpinan di partai dan pemerintahan tapi juga sosok yang sangat loyal kepada kawan.
Jika berdiskusi dengan saya, Nasution Akhyar lebih banyak mendengar. Tapi begitu ada yang mengganjal di hatinya ia akan bersikap kritis, mendebatnya hingga menemukan titik temu .
Akhyar oleh media kerap digambarkan sebagai sosok yang temperamental. Suka marah-marah dan tak bisa menahan emosi saat dikritik.
Benarkah seperti itu?
Bagi saya gambaran itu salah besar.
Akhyar itu solution maker. Ia ingin setiap masalah harus diselesaikan dengan tepat dan cepat.
Ia sulit menerima kelalaian dan sikap indisipliner.
Ia selalu bekerja dengan komitmen dan integritas yang kuat. Saat kejujuran atau integritasnya diusik, di sinilah emosinya mau tak terkontrol.
Itulah mengapa Akhyar terkadang menunjukkan sikap temperamen jika melihat adanya kelalaian yang terus berulang. Benar Akhyar mau tersulut emosinya saat itu, namun hanya sesaat itu saja.
Sikap responsif ini yang menurut saya menjadi penyebab hadirnya pandangan yang salah terhadap Akhyar.
Setelah menjabat Plt Wali Kota Medan saya melihat Akhyar bekerja ekstra hati-hati. Ia tidak mau kompromi dengan kelalaian dan indisipliner.
Ia bekerja dengan komitmen yang tinggi dan integritas kuat. Dan ini diimbangi dengan latar belakang kehidupannya dari keluarga wong cilik.
Ia merintis karir dari bawah. Ia tertempa oleh kerasnya pengalaman kehidupan. Sejak kecil telah bertarung melawan kemiskinan.
Maka jangan heran dengan latar belakang wong cilik itu, Akhyar memiliki rasa kepedulian yang sangat tinggi kepada nasib orang-orang kecil.
Saya percaya kekuasaan yang dimilikinya akan dipergunakan untuk menjalankan program-program dan kebijakan yang berdampak menguatkan orang-orang miskin.
Dan sosok seperti ini kita butuhkan untuk membawa perubahan di Kota Medan.
———————-
dr Sofyan Tan , Anggota Komisi X DPR RI
Admin : iskandar