Banjir Salah Siapa..?

Foto hanya Pemanis Tulisan

Hutan rusak, ya. Karena semua butuh perluasan sumber mata pencaharian. Orang kaya butuh investasi perkebunan. Orang miskin butuh lahan usaha.

Batu sungai habis, ya. Bangunan baru perlu batu. Ketika orang butuh batu, yang segera terpikir sungai. Itu juga menjadi mata pencaharian para pengumpul batu.

Apa mau dikata. Tak ada pilihan usaha. Lahan pertanian makin sempit. Anak makin banyak. Lapangan kerja satu-satunya hanya sektor tradisional. Investasi tak tumbuh. Industrialisasi tak efektif di daerah miskin.

Harta kita hanya tanah. Pemilik modal hanya melihat sawit sebagai satu-satunya investasi yang memungkinkan di Mandailing Natal. Padahal, sawit itu sumber bencana bagi linngkungan.

Berapa ratus ribu hektar hutan tropis yang beralih fungsi menjadi kebun sawit? Berapa dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Yang untung tetap pemilik kapital.

Jangan tanya kerusakan jalan yang timbulkan ratusan truk pengangkut CPO setiap hari.

Jalan kupak-kapik. Yang menikmati sensasi kupak-kapik ya tetap orang miskin. Karena mereka yang naik motor butut, naik mobil peot.

Orang kaya mana terasa. Karena dia naik mobil beroda besar dan bersuspensi nyaman. Ia bisa menutup jendela kaca, menghidupkan AC, memutar lagu, dan tidur.

Ketika banjir, orang miskin yang mengungsi. Rumah dan dapur mereka tergenang. Kampung mereka terancam hanyut, bukan hanya rumah.

Orang kaya mah bisa meninggikan pondasi rumah mereka. Mereka bisa pindah ke rumah lain yang aman banjir. Uang mereka di rekening.

Tinggal pesan makanan dari GoFood. Bisa transaksi semua kebutuhan dari aplikasi. Uang mereka cukup untuk sekian turunan.

Ketika orang miskin berebut bansos, orang kaya mah tinggal selfi tentang Singapura, Sungai Sein, dst. Orang miskin berkoar tentang demokrasi, orang kaya bermain demokrasi dengan tim cyber mereka.

Ketika pengungsi banjir kelaparan dan tidur di bawah pohon, para politisi dan orang kaya sedang bermusyawarah cara terbaik memanfaatkan musibah.

Mereka sedang menggalang tim, akan datang nanti membawa bantuan, dengan tukang foto mereka, dengan tim medsos mereka.

Segera akan anda lihat foto-foto mereka di FB dan IG, bahkan Youtube. Mereka mengajar like, suscribe, sambil menimba popularitas dan sensasi untuk menilap dukungan politis.

Naifnya, orang miskin juga bersorak menerima bantuan, seakan-akan Tuhan sedang menurunkan malaikat untuk mereka.

Seolah-seolah mereka mahluk terpilih menerima anugrah bantuan. Dan itu karena kesalehan mereka. Mereka bilang, tuhan sayang kepada mereka yang saleh.

Padahal, tahukah Anda, mereka puluhan tahun mengeksploitasi hutan Anda, mineral Anda, dan demokrasi Anda.

Mereka ratusan kali mengatasnamakan Anda dalam berbagai even demokrasi, dalam berbagai proyek bantuan kemanusiaan, dalam baju-baju berkedok demokeasi, dalam ikon-ikon demorasi lain yang dibilang tumbuh dan peduli.

Semua eksploitasi kemiskinan itu hanya dibayar dengan beberapa kilo beras, beberapa bungkus mie instant, sarung, dan air mineral. Lalu ditutup dengan doa akan rezeki mereka dilimpahkan.

Kasihan. Ketika anda butuh ladang usaha, butuh biaya anak sekolah, butuh berobat, butuh menikmati hidup yang layak; kemana saja mereka.

Ketika motor anda rusak karena jalan yang kupak-kapik, kemana mereka? Ketika anda hanya bisa makan ikan asin dan beras berbau busuk, kemana mereka?

Ketika Anda tak sanggup membeli minyak goreng seharga 5 ribu, truk pengangkut CPO lewat berkali-kali.

Anda kira semua keniscayaan. Anda bilang semua rezeki sudah diatur Tuhan. Anda lupa bahwa kekayaan juga harus didistribusikan. Jangan selalu kemiskinan yang didistribusikan.( Askolani)

 

Dikutip dari Facebook Askolani Nasution

Admin : Iskandar Hasibuan.

Komentar

Komentar Anda

  • Dina Sukandar

    Related Posts

    Bupati Madina Tetapkan 10 Desa Binaan, Ini Daftarnya

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online):Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, menetapkan 10 desa dari 10 kecamatan untuk menjadi desa binaan pada tahun 2025. Hal ini diketahui pada rapat koordinasi desa binaan di aula kantor Bupati,…

    Read more

    Continue reading
    Pemkab Madina Gelar Sosialisasi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online): Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, melalui Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) menggelar sosialisasi Pajak Mineral Bukan Logan dan Batuan (MBLB) sebesar 10% dan pengenaan opsen pajak MBLB sebesar 25% dari…

    Read more

    Continue reading

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.