MEDAN (Malintangpos Online): Data yang berhubungan dengan efek pandemi covid-19 juga menjadi primadona saat ini, seperti kontraksi ekonomi, inflasi, kemiskinan, pengangguran,
ketimpangan dan sebagainya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Syech Suhaimi mengatakan hal itu pada diskusi ilmiah bersama akademisi “Data Berkualitas Untuk Mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi Menuju Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh” secara online dan offline Rabu (22/9).
Data kasus penyebaran covid-19 semakin masif digunakan bahkan menjadi
salah satu indikator untuk penentuan level penyebaran di setiap wilayah dan berimbas pada kebijakan PPKM seperti yang sedang
kita rasakan hingga saat ini.
Apalagi Presiden RI pada Sidang
Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPD RI dan DPR RI dalam Rangka HUT RI ke-76 Tahun 2021 juga menegaskan agar setiap lembaga negara menangani pandemi secara cepat dan terkonsolidasi, dengan merujuk kepada data, dan IPTEK
“Data juga tidak bisa dipisahkan dari dunia akademik khususnya dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para peneliti, dosen, maupun mahasiswa dengan berbagai metode,” katanya.
Aktivitas bisnis kini juga banyak bergantung pada data, seperti data pelanggan di-profiling untuk memahami karakteristik dan prilaku para pelanggannya sehingga dapat mengarahkan pelanggan dalam membuat keputusan untuk membeli produk barang maupun jasa.
“Di era revolusi industri 4.0 ini, katanya, data telah menjadi hal yang sangat penting dan menarik perhatian banyak pihak,” ungkapnya.
Bahkan Presiden RI Jokowidodo, dalam Pidato Kenegaraan turut memberikan pernyataan bahwa data merupakan jenis kekayaan baru, new oil, yang bahkan lebih berharga daripada minyak.
Pemerintah, dunia akademik, maupun para pelaku bisnis memiliki hubungan yang sangat erat terhadap data.
“Pemerintah sangat concern terhadap ragam data untuk perencanaan, kontrol serta evaluasi kegiatan pembangunan,” katanya.
Pelaksanaan kegiatan Statistik didasarkan pada Undang-Undang Statistik No. 16 Tahun 1997 untuk menyediakan data statistik yang lengkap, akurat, dan mutakhir dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien guna mendukung pembangunan nasional.
Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, statistik terdiri atas statistik dasar yang sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS,
statistik sektoral yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah secara mandiri atau bersama dengan BPS
Serta statistik khusus yang diselenggarakan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama Suhaimi menambahkan berdasarkan demografinya, mayoritas pengguna data BPS di Sumut berusia produktif dengan kategori usia kurang dari 25 tahun sekitar 57 persen dan usia antara 26-35 tahun sekitar 16 persen.
Menurut Pendidikan, tertinggi sekitar 49 persen merupakan lulusan SMA (termasuk didalamnya mahasiswa program diploma maupun strata-1), dan sekitar 40 persen lulusan sarjana.
Berdasarkan Institusi, 54 persen pengguna data BPS adalah dari lembaga pendidikan maupun riset dalam negri. Sedangkan berdasarkan pemanfaatannya, 41 persen sebagai tugas kuliah/sekolah, 21 persen untuk pemerintahan dan 11 persen untuk penelitian.
Jenus layanan yang paling banyak digunakan adalah konsultasi statistik (sekitar 50 persen), dan fasilitas utama yang dipakai adalah menggunakan website BPS (sekitar 76 persen).
“Kondisi tersebut menunjukkan pengguna data BPS cenderung lebih banyak berasal dari kalangan pelajar/mahasiswa/dosen dari berbagai lembaga pendidikan,” ungkapnya.
Diskusi dengan tema “Data Berkualitas Untuk Mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi Menuju Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh” yang digelar BPS Sumut itu diikuti akademisi dari USU, Unimed, UINSU dan UMSU.
Disebutkannya, hasil survei kebutuhan data tersebut menjadi peluang maupun tantangan bagi BPS untuk terus memasyarakatkan statistik dengan tepat, khususnya kepada para pelajar/mahasiswa/peneliti yang kelak memimpin negeri ini di masa mendatang. (wie)
Admin : Iskandar Hasibuan.