Candi di Bantaran DAS Aek Siancing Kec.Siabu

Foto ini adalah batu candi Aek Milas Siabu yang masih bisa saya temukan kemarin

SIABU(Malintangpos Online): Sejak pertama pragmen candi Aek Milas Siabu saya temukan bulan Januari 2016, sampai hari ini belum ada perlakuan.

Setidaknya sebuan plank merek penanda bahwa di lokasi ini tertimbun banyak gugus

Setidaknya ada sepuluh candi yang membentang bantaran DAS Aek Siancing, Siabu, Mandailing Natal.

Awal tahun 2016, dibuka jalur jalan sentra produksi yang menghubungkan Aek Milas Siabu dengan kawasan persawahan hingga Desa Bonandolok.

Informasi tersebut dikutif dari Akun Facebook Askolani Nasution,Minggu(6/2) sore.

Ditulis Askolani, Alat berat yang membuka jalur jalan saat itu tidak menyadari bahwa mereka membongkar bagian atas gugusan candi yang tertimbun di bawah jalan. Ratusan pragmen bata candi bertebaran.

Temuan pragmen itu saya laporkan ke Balai Arkeologi Sumbagut. Lalu seminggu kemudian kita melakukan penelitian awal.

Bentangan jalan dieksplorer hingga ke Candi Saba Uduk Siabu yang berjarak 500 meter.

Ditemukan beberapa serpihak gerabah dan keramik yang diyakini berasal dari abad 9 masehi, sama dengan usia candi Simangambat dan Saba Uduk Siabu.

Gugusan candi yang tertimbun di kedalaman empat meter diyakini karena letusan gunung berapi.

Tapi gunung berapi tersebut sampai hari ini tidak ditemukan dalam radius 25 km dari lokasi.

Dan tentu amat spekulatif kalau dikaitkan dengan letusan gunung Sorik Marapi yang jauhnya lebih dari 40 km dari Siabu.

Pragmen candi Aek Milas Siabu setidaknya memberi gambaran bahwa ada peradaban klasik di sepanjang DAS Aek Siancing yang membentang dari desa Lumban Dolok hingga desa Bonandolok.

Apalagi dikuatkan dengan satu titik arkeologi di Desa Bonandolok.

Belum ditemukan juga benang merah yang menghubungkan kawasan DAS Aek Siancing dengan candi Simangambat di DAS Aek Muara Sada.

Dua sungai penting ini berhulu yang sama dengan Aek Barumun yang menjadi kawasan candi Portibi dan Bahal.

Saya amat meyakini bahwa kawasan pegunungan Bukit Barisan yang melintang antara candi Portibi dan Bahal dengan kawasan candi Simangambat, candi Saba Uduk Siabu, dan gugusan candi Aek Milas Siabu, pada masa abad sembilan masehi merupakan kawasan peradaban yang tinggi.

Keyakinan itu diperkuat oleh kesaksian penduduk tentang keberadaan patung setinggi tiga meter di tengah hutan itu.

Mengapa kawasan ini penting? Pada masa itu ada dua titik penambangan emas, yakni Aek Simalagi di DAS Batang Gadis dan DAS Sungai Barumun.

Kawasan Simangambat, Si Abu (saya tulis sesuai aslinya di peta kuno), dan Bonandolok; bagian dari kawasan perdagangan manca negara untuk berbagai komoditas. Terutama untuk perdagangan emas, keramik, dan sutra.

Lebih lanjut akan saya urai dalam buku “Sejarah Mandailing” yang segera terbit. Sejarah itu mulai dari 2000 SM hingga masa kontemporer.(FB Askolani)

 

Admin : Iskandar Hasibuan

Komentar

Komentar Anda

  • Dina Sukandar

    Related Posts

    Bupati Madina Tetapkan 10 Desa Binaan, Ini Daftarnya

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online):Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, menetapkan 10 desa dari 10 kecamatan untuk menjadi desa binaan pada tahun 2025. Hal ini diketahui pada rapat koordinasi desa binaan di aula kantor Bupati,…

    Read more

    Continue reading
    Pemkab Madina Gelar Sosialisasi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online): Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, melalui Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) menggelar sosialisasi Pajak Mineral Bukan Logan dan Batuan (MBLB) sebesar 10% dan pengenaan opsen pajak MBLB sebesar 25% dari…

    Read more

    Continue reading

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.