SEBAGAI Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat( FKM) dan dibelakang nama tertulis SKM(Sarjana Kesehatan Masyarakat) merasa terpanggil setelah satu(1) minggu setiap paginya mengelilingi Kota Panyabungan untuk melihat tumpukan Sampah di tempat sterategis sehingga kelihatan jorok sekali.
Untuk jalan – jalan sterategis yang saya lihat ada 15 tumpukan sampah yang selalu dijadikan masyarakat sebagai tempat membuang sampah dan uniknya letak – letak sampah berada tidak jauh dari pemukiman warga yg tergolong berpendidikan.
Contoh, masyarakat sekitar Jalan Abri banyak yang membuang sampah dibawah Lampu Merah, padahal jika di data langsung, mayoritas masyarakat daerah itu banyak yang pejabat pemerintah, tapi dilampu merah dijadikan pembuangan sampah.
Lucunya, jika berita sampah kita lansir di media, maka banyak pejabat yg menuduh Wartawan tidak bersahabat, harusnya pejabat itu ikut mencari solusi, bukan malah memusuhi wartawan atau yg menulis soal sampah.
Penulis pernah membuka buku APBD Mandailing Natal, jelas tercantum anggaran untuk persoalan sampah, tapi sulit sekali mengatasinya walaupun ada anggaran ditampung di APBD, jadi aneh dan lucu.
Selain itu, jika memang masyarakat ” Kesadarannya ” kurang dan terkesan hantam kromo membuang sampah, lalu kenapa dibiarkan, bukankah ada Lurah dan Camat di Kota Panyabungan, apa salahnya mereka ikut terlibat untuk Sosialisasi…? Bukan Camat dan Lurah harus ikut mengangkat sampah.
Sosialisasi bisa melalui Mesjid, Kepala Lingkungan, Pengajian ibu – ibu, Naposo/Nauli Bulung, Wirit Yasin, serta lembaga lain, atau pemerintah membuat Lomba Kebersihan dan DPRD membuat regulasi atau Peraturan Khusus tentang buang sampah ( Bersambung)
Liputan : Dita Risky Saputri Hasibuan,SKM
Admin. : Iskandar Hasibuan, SE