

PANYABUNGAN(Malintangpos Online):Pasang surut yang dialami Surat Kabar Malintang Pos hingga usia ke 8 tahun dewasa ini menjadi bukti yang tidak terbantahkan bahwa komitmen dalam hal membela kepentingan rakyat sesuai dengan taglinenya “Berani dan Tangguh membela Kepentingan Rakyat” tidak pernah mundur sejengkal.
Kurun waktu hingga usia 8 tahun, Malintang Pos sudah berkonstribusi aktif untuk selalu menyuguhkan informasi yang “update” dan faktual terkait dinamika sosial kemasyarakatan mulai dari pengarusutamaan isu politik, pemerintahan, ekonomi, sosial hingga budaya dan semua selalu disajikan dengan kualitas reportase yang mumpuni dan kerap menjadi rujukan untuk menghadirkan gambaran terkini tentang realitas yang terjadi baik spektrum nasional dan lebih utamanya terkait Mandailing Natal.
Hal ini disampaikan Mukhtar Nasution saat disambangi dikantornya (17/11) menjelang Peringatan Milad ke-8 Malintang Pos.
Sebagai surat kabar lokal, Mukhtar Nasution memberikan apresiasi atas perjalanan sejarah yang dilakoni Malintang Pos karena menurutnya bertahan sampai usia ke-8 tahun ini jelas merupakan sebuah prestasi yang patut untuk dibanggakan.
“Ditengah gempuran media online mainstream dan platform media sosial lainnya dewasa ini apalagi pandemi Covid-19 masih terjadi dengan segala kompleksitas dampaknya, tentu saja daya tahan Malintang Pos yang masih tetap “survive” hingga usia ke-8 pantas untuk diberikan jempol apresiasi “ sebut pria yang pernah meraih Malintang Pos Award dua tahun berturut-turut dalam kategori yang berbeda.
Mukhtar Nasution mengurai secara mendetail dampak Pandemi Covid-19 bagi perusahaan surat kabar seperti Malintang Pos dan yang lainnya sangat terasa dan menjadi disrupsi yang membawa dampak negatif misalnya biaya produksi yang melambung tinggi akibat kenaikan harga, iklan yang semakin menurun, oplah yang drastis menurun dan lain sebagainya merupakan tantangan yang membutuhkan kepiawaian, keahlian dan ketrampilan tersendiri dari Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi untuk melakukan terobosan dan lompatan supaya terhindar dari fenomena “gulung tikar” yang sudah banyak dialami surat kabar baik nasional maupun daerah.
“Dititik inilah, Iskandar Hasibuan dengan kematangannya diuji oleh sejarah untuk menjawab setiap tantangan transformasi tersebut secara apik dan hasilnya terbukti bahwa Malintang Pos tetap bisa bertahan bahkan kalau saya menyebut Malintang Pos hari ini baik versi cetak dan online sudah menjadi referensi atau rujukan yang utama ketika berbicara tentang konteks Mandailing Natal” paparnya serius.
Mukhtar Nasution yang mengaku kerap menimba ilmu jurnalis secara tidak langsung dari Pemimpin Redaksi Malintang Pos ini, berharap Malintang Pos diusia yang ke-8 tahun ini mulai berbenah secara total dengan melakukan perubahan dan perbaikan sehingga mutu dan kualitas reportasi semakin tajam.
Menurutnya, banyak hal yang harus di “genjot” dalam kerangka perbaikan tersebut seperti cara penulisan berita yang terkadang kurang mendalam sehingga pembaca tidak mendapatkan “klimaks” saat membacanya karena gaya bahasa yang dipergunakan terkesan monoton.
“Kepuasan pembaca media cetak terletak kepada kedalaman conten yang disajikan semacam reportase dan bukan kepada kecepatan tayangnya” imbuhnya menyebut perbedaan media cetak dengan media online.
Selain itu, Mukhtar Nasution juga menyoroti penggunaan bahasa yang dituliskan dalam narasi berita yang terkadang membuat bingung pembaca.
“Frasa dan diksi yang tertulis terkadang tidak sesuai dengan muatan beritanya walaupun judul beritanya sudah tepat” ungkapnya sembari mencontohnya kerap berita yang disajikan diawali dengan sebuah peribahasa atau ungkapan.
“Walaupun hal ini tidak menyalahi, namun sesungguhnya bagi saya hal ini mengartikan bahwa seorang kontributor atau wartawan yang menulis berita tersebut kemungkinan sudah tidak tahu lagi dari mana dan bagaimana mengawali berita tersebut”imbuhnya.
Kemudian juga menurutnya, sering diketemukan penggunaan bahasa yang menurutnya mubazzir karena bahasa jurnalistik menurut ASN yang bertugas di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Madina ini harus hemat dan jangan terkesan boros dengan menempatkan frasa atau diksi atau bahasa yang berulang.
Untuk kedepan, Mukhtar Nasution memberikan saran supaya mutu dan kualitas berita yang ditampilkan semakin berkelas dan lebih mengigit maka ada baiknya Malintang Pos menghadirkan Redaktur Bahasa yang memiliki kemampuan untuk mendalami suatu berita atau karya jurnalistik tersebut pada aspek tata bahasa, logika, dan etika berbahasa karena bahasa adalah jualannya media, selain isi dan tampilan yang disajikan.
“Seorang redaktur Bahasa tentunya harus memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga dapat setiap berita yang disajikan bukan hanya soal berita semata namun juga mampu menyajikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat” tambahnya.
Tapi apapun itu kendala yang dihadapi, Mukhtar Nasution berkeyakinan Malintang Pos untuk kedepan akan semakin lebih berkembang, lebih bermutu dan lebih berkualitas.
“saya yakin dengan kemampuan kemampuan beliau (Iskandar Hasibuan-red) dalam ilmu jurnalis ini sebagaimana saya meyakini bahwa Malintang Pos akan tetap istiqomah untuk selalu berani dan benar membela kepentingan rakyat” paparnya sembari menyebutkan bahwa sosok Pemimpin Redaksi/Pimpinan Umum Malintang Pos ini merupakan asset daerah dengan keluasan ilmu jurnalisnya.
“Tetaplah terus menjadi penyeimbang dengan menjunjung tinggi kepentingan publik dan selalu menjaga marwah jurmalisme yang selalu mengedepankan kredibilitas, aktual, mendalam, dan yang paling penting mewarnai perspektif publik dengan optimisme ditengah pandemi ini”tutupnya( Red/,Dita)
Admin : Iskandar hasibuan