PANYABUNGAN( Malintangpos Online):Sanggar Seni “Djeges Art” hari ini, Sabtu (30/9) kembali mementaskan drama “Sibaroar Raja Nasakti” di Gedung Serba Guna milik Pemkab Mandailing Natal. Drama ini merupakan kerja sama sanggar seni yang berdomisili di Kabupaten Mandailing Natal itu dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Awal bulan Mei yang lalu, Sanggar Seni “Djeges Art” memang mendapat tawaran kerja sama pementasan seni berbudaya daerah bersama Kemendikbud dalam program Bantuan Fasilitasi Kegiatan Kesenian tahun 2017. Penetapan itu setelah Kemendikbud mempertimbangkan dedikasi Sanggar Seni “Djeges Art” selama ini dalam memajukan kebudayaan Mandailing Natal, profesionalisme, urgensitas, dan keberlanjutan karya seni dalam beberapa tahun terakhir. Sanggar Seni “Djeges Art” terpilih diantara 90 sanggar seni yang tersebar di seluruh Indonesia.
Atas dukungan itu, Sanggar Seni “Djeges Art” kemudian menyiapkan naskah drama musikal berjudul “Sibaroar Raja Nasakti”. Drama ini mengisahkan perjalanan hidup tokoh Sibaroar, nenek moyang marga Nasution. Diceritakan bahwa ketika Raja Pulungan berburu di hutan, mereka dan hulu balang menemukan bayi Sibaroar. Bayi itu kemudian di bawa ke istana dan diasuh oleh inang pengasuhnya, Saua. Ketika Raja Pulungan mendirikan Sopo Godang, Sibaroar diniatkan sebagai tumbal. Tetapi malah anak raja pulungan yang tidak sengaja menjadi tumbal. Kesalahan itu membuat Raja Pulungan amat gusar. Ia kemudian mengerahkan pasukan untuk membunuh Sibaroar. Tapi Saua segera malarikan Sibaroar dan menyelamatkannya. Sibaroar akhirnya tumbuh menjadi pemuda yang sakti dan mendirikan Kerajaan Nasution.
Kisah Sibaroar diangkat dari cerita yang tertulis dalam kitab “Sibulus-Bulus Sirumbuk-rumbuk” yang ditulis oleh Willem Iskander dan terbit tahun 1872. Versi ini kemudian ditelaah alurnya oleh Forum Pelestarian dan Pengembangan Adat dan Budaya Mandailing Natal, untuk memastikan semuanya telah sesuai dengan ketentuan.
Drama ini dibagi atas beberapa babak dengan durasi sekitar satu jam. Diperankan oleh Ika Desika Dahlan Hasan Nasution, Rifky Alfaris Paradana Pulungan, Siti Halimah, Kurniawan Sandy Pulungan, Siti Rodimah, Ervin Nasution, Nenny Juliani Rahmad, Sahroni Azis, Dzikri Alfaiz Padwananda Pulungan, Muhammad Solih Nasution, Satria Wira Pulungan, Rosadi Pulungan, Haris Rangkuti, Muhammad Iqbal, Fadhli Husein Lubis, Dina Efriani, Elma Riska, Apriani, dan Addini Hodayati. Drama ini segera menuai tepuk tangan karena daya tarik penampilannya.
Bupati Mandailing Natal, Drs. Dahlan Hasan Nasution, menyambut baik pementasan ini. Bahkan beliau berpesan agar segera dibuat berbentuk film agar daya tariknya semakin memikat. Pengambilan gambar katanya sedapat mungkin disesuaikan dengan alam sehingga ketika diputar di televisi nanti bisa lebih memikat. “Kalau perlu nanti, Pemerintah Daerah bisa memberikan bantuan peralatan, agar semuanya bisa lebih menarik,” kata Bupati Mandailing Natal.
Bupati Mandailing Natal juga berkali-kali berpesan kepada Askolani Nasution, agar drama ini diulang pengambilan gambarnya, agar semakin memikat lagi. “Sehingga nanti kita sungguh-sungguh memiliki tontonan yang menjadi kebanggaan kita bersama,” tambahnya.
Saud Usman Nasution yang kebetulan juga ikut menyaksikan pagelaran drama ini merasa surprise karena daya pikat penampilan drama tersebut. “Saya memang pernah membaca cerita ini waktu sekolah dulu,” katanya. “Tetapi dengan dibuat drama seperti ini ternyata jauh lebih memikat dari yang saya bayangkan,” tambah mantan Kepala BNPT itu. Beliau juga berpesan agar dibuat versi filmnya. “Agar anak-anak kita bisa juga mengetahui sejarah asal-usul marga mereka,” imbuhnya.
Menurut Askolani Nasution, penulis skenario drama ini, masih banyak cerita Mandailing yang bisa dikemas menjadi tontonan yang menarik. Dan itu semua sepatutnya bisa diangkat kembali dengan dukungan berbagai pihak, termasuk melalui pemerintah daerah. Dengan begitu, kita memiliki produk-produk kebudayaan yang pantas kita pertontonkan, katanya(Humas/red).
Admin : Dina Sukandar Hasibuan,A.Md