MANDAILING NATAL (Malintangpos Online): Sebelum peradaban manusia di dunia berkembang pesat seperti sekarang dan begitu banyaknya unsur keyakinan dan agama masing-masing yang di anut setiap individu, zaman dulu ketika nabi Adam hidup dialah manusia pertama yang memiliki agama keyakinan kepada Tuhan, walaupun banyak para ulama yang berspekulasi agama nabi Adam itu adalah agama tauhid yang langsung berhubungan dengan tuhan dan tanpa perantara.
Di sela keyakinan nabi Adam yang memiliki agama tauhid sebagai dasar kepercayaannya untuk memuja tuhan yang maha esa, dia juga berupya bertahan hidup di dunia berbekalkan pengetahuan yang di berikan tuhan kepadanya untuk surveyor bertahan hidup sebagai bentuk keyakinannya atas agama tauhid yang di anutnya, arti kasarnya nabi Adam di beri wawasan pengetahuan oleh tuhan untuk yakin atas pengetahuan yang dimilikinya dan tanpa harus membuat kacau balau dunia agar di akui oleh mahluk lain sebagai ciptaan tuhan yang memiliki wewenang luas atas bumi yang di ciptakan tuhan.
Ketika kita memilih untuk beragama, berarti kita sudah memilih untuk memiliki sebuah keyakinan yang besar atas juru keselamatan bertahan hidup untuk di kemudian hari tanpa ada rasa keraguan dalam hidup atas agama yang di pilih, tapi sadarkah kita keyakinan dan agama itu adalah dua unsur filosofi yang tidak bisa di pisahkan, ketika memiliki agama berarti anda yakin dengan kebaikan yang di berikan agama itu kepada anda.
Karl Marx pernah berkata “agama itu adalah candu”, yang pada dasarnya banyak nya orang yang berkamuflase di dalam tubuh agama melakukan norma amoral dan kekejaman politik tetapi memakai atas nama agama, sehingga kecanduan terhadap agama bukan lagi sebagai kebutuhan spiritual membangun komunikasi sosial terhadap mahluk yang lain tetapi di jadikan akomodasi penindas oleh kaum oligarki, yang setiap perbuatan buruknya selalu di lapisi atas norma keagamaan, sehingga statement inilah yang mendasari Karl Marx mengatakan agama itu adalah candu. Bukankah seharusnya manusia harus menggunakan agama itu untuk merangkul seluruh elemen masyarakat awam yang tidak memiliki apa-apa untuk di angkat harkat martabatnya sebagai manusia agar terbentuknya agama yang mengasihi dan tanpa ada kacau balau dalam berkemanusiaan, seharusnya tugas manusia yang beragama selalu fokus pada pendirian azas kemanusiaan dan pembelaan kaum marjinal untuk membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang adil makmur dan tidak menyelewengkan wewenang kekuasaan untuk mengeksploitasi manusia beralatkan agama.
Tetapi harus kita pahami bersama apasih agama itu sebenarnya?. Agama berasal dari kata Sansekerta yang berarti “A” (tidak) “gama” (kacau) ataupun bisa di bilang agama adalah tidak kacau, artinya ada tatanan struktur pengaturan dalam unsur agama untuk manusia ikuti agar tidak adanya kekacauan bagi setiap manusia yang beragama, nah pertanyaannya “apakah agama itu bisa mengubah akhlak manusia menjadi lebih baik?. Bagaimana kalau tidak?. Bisakah kita menyalahkan agama?. Saya tidak ingin menjawab pertanyaan ini, saya ingin para pembaca mencoba kritis Secara sistematis dengan unsur filosofis agar berfungsinya sebagai manusia yang akademis.
Apa hubungan agama dengan HMI?. HMI memiliki sebuah konsep keyakinan bahwa perjuangan adalah landasan teoritis paling utama berdiri nya HMI serta keyakinan pembentukan masyarakat adil makmur itulah adalah jargon yang di miliki HMI. Bahkan tujuan HMI sebagai agama adalah untuk menjadikan tatanan kehidupan serta aturan yang berdasarkan dari tuhan dimana hal tersebut nantinya akan mampu membimbing manusia yang berakal menuju pembentukan tatanan sosial yang saling kasih menyayangi sebagai bentuk ajaran agama.
HMI selalu menanamkan jiwa keyakinan dan kepercayaan terhadap diri kader HMI yang selesai mengikuti latihan perkaderan, agar mereka sadar bahwasanya HMI lahir mencegah perbuatan keji dan mungkar dari kediktatoran oligarki politik yang merongrong kekuasaan negeri para bedebah ini. Tujuan HMI sebagai agama adalah mampu menjadi icon kajian keilmuan akademis yang di muat dalam ruang lingkup diskusi untuk menciptakan gagasan yang luar biasa dalam mengangkat harkat martabat manusia serta mengabdikan diri kepada rakyat Indonesia sebagai mahluk sosial dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. Maka segitu mulia lah tujuan HMI sebagai agama perjuangan untuk memberikan solusi terhadap eksploitasi kemiskinan yang di buat oleh penguasa oligarki.
Apakah HMI sebagai agama juga mempunyai kegiatan ibadah spritual dalam membangun komunikasi terhadap tuhan nya dan dan mahluk hidup lainnya?. Ibadah itu adalah sebuah kebutuhan bagi manusia, dan komunikasi antara manusia juga merupakan ibadah bahkan membaca bukupun adalah ibadah anatomi otak untuk mengembangkan kecerdasan berpikir, selain sholat, zakat, wakaf, sedekah, naik haji, yang di tentukan oleh Allah SWT, anak HMI juga memiliki ibadah tersendiri untuk memacu pertumbuhan peradaban science bagi ummat manusia, yaitu metode diskusi lah yang menjadi ibadah utama anak HMI untuk menjadi kebutuhan dalam beragama, kalau tidak ada kajian diskusi maka anak HMI tidak akan puas dalam beragama, walaupun agama bukan alat pemuas tetapi metode diskusi adalah jalan alternatif untuk memacu rasa ereksi kecerdasan otak dalam beragama.
Dengan beragama manusia bisa saling kasih mengasihi dan sayang menyayangi, serta menghapuskan kezholiman yang di buat oleh para penguasa tahta, dengan agama juga manusia akan mempunyai tujuan hidup dan mengangkat seratus persen derajat manusia tersebut.
Dengan berHMI kita akan selalu menanamkan rasa kasih sayang itu terhadap sesama manusia, serta selalu melawan terhadap kezholiman yang kekacauan yang di buat penguasa dan akan terus berjuang sampai terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT, dengan berHMI kita akan mengangkat harkat martabat manusia dari kejahilan dan menjadikan HMI sebagai promotor perjuangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terakhir:
Kritik dan saran sangat di perlukan dalam penulisan ini, agar terbangun literasi yang akuntabel dalam setiap penulisan artikel, penulis juga berharap agar adanya masukkan yang membangun dan memberikan solusi alternatif untuk memperbaiki kualitas tulisan ini, sebab penulis sendiri adalah merupakan manusia yang miskin literasi dan tidak memiliki ilmu banyak untuk membuat tulisan yang lebih hebat.
PENULIS:
D. ISKANDAR SIREGAR
Admin: Siti Putriani