INFORMASINYA Bermula dari adanya seorang anak yang tidak mempunyai lobang anus sejak lahir, sejumlah Wartawan yang sehari-hari bertugas di Bumi Gordang Sambilan, antara lain Joki Nasution, Agussalim Hasibuan, Liansyah Rangkuty, Sahren Hasibuan, Asmar, Rizky Aritonang dan Sri Lubis melakukan Investigasi ke Desa Sopo Batu Kecamatan Panyabungan sekitar 7 Km dari Kantor Camat Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal,untuk melihat dari dekat kondisi warga yang sakit serta kehidupan masyarakat di desa itu.
Ternyata, setelah dilakukan Investigasi oleh sejumlah Wartawan, daerah yang masih termasuk Kecamatan Panyabungan itu, selain kehidupan masyarakat yang sangat sulit untuk mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan, juga sudah lazim disebut masyarakat yang berkunjung ke desa itu bahwa buah durian sangat baik dan rasanya cukup enak sehingga wajarlah Desa Sopo Batu dijadikan “Wisata Kampung Durian “
Alasannya..? karena hampir tiap hari masyarakat khususnya muda-mudi yang mempunyai kenderaan Roda Dua (Honda) selalu datang ke desa itu hanya untuk makan durian, padahal di pasar Panyabungan bila perlu durian yang bagaimanapun sangat banyak sekali, tetapi masyarakat sangat suka selain untuk makan durian kondisi wilayahnya masih hutan yang perawan dan pesona daerahnya sejuk dan bisa menghilangkan kepenatan masyarakat yang ber aktifitas setiap hari.
Mengutif berita Frimafm, bahwa kampung wisata durian Desa Sopo Batu, kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, nampaknya mulai dikenal masyarakat karena kualitas durian yang dihasilkan petani setempat cukup bagus.
Desa Sopo Batu yang tidak jauh dari kota Panyabungan, akhir-akhir ini juga menjadi sorotan media, baik online dan televisi, sempat juga viral di media sosial facebook. Hal ini dikarenakan kondisi jalannya yang buruk, tanpa penerangan listrik dari PLN dari dulu serta adanya pemberitaan salah satu warga Sopo Batu bernama Sandra berusia 5 bulan menderita tanpa ada lubang Anus. Desa tersebut kini mulai banyak di kunjungi warga di luar kampung dan bakal bisa menjadi destinasi yang cukup menarik sebagai tempat wisata durian.
Aroma durian yang memikat membuat sejumlah pengunjung datang untuk menikmati berbagai rasa durian dan bermacam namanya ala kampung.
Meski belum ada perbaikan jalan dan jarak tempuh yang lumayan jauh serta beresiko bagi pengendara tidak seperti tempat wisata lainnya, namun Desa Sopo Batu mulai dilirik menjadi wadah bersantai ditepi sungai yang jernih dengan bebatuan yang besar bersama keluarga untuk menikmati durian dan suasana alam yang asri. Bahkan di lokasi penduduk setempat tidak hanya menjual durian, melainkan buah lansat.
Sembari menikmati buah durian yang legit dan manis, ditambah dengan suasana pepohonan yang masih asri mengelilingi pemukiman penduduk desa Sopo Batu, tempat tersebut juga menjadi sensasi tersendiri bagi pengunjung, baik bersama keluarga ataupun dengan kerabat yang menikmati durian Desa Sopo sambil mandi-mandi di sungai yang airnya sangat jernih.
Harga satu biji buah durian sangat murah berkisar dari Rp 2,500 sampai Rp 30,000 tergantung besar dan kecil ukuran buah tersebut yang ditawarkan pedagang diarea kebun petani. Jika terjadi kesepakatan untuk membelinya, maka carilah tempat yang nyaman sembari menikmati buah tersebut.
Salah seorang Pengunjung, Sugeng (48) dan Boja (38) warga Desa Mompang Jae ini mengatakan, memang yang berbeda adalah suasananya. Menurutnya, menikmati indahnya dan sensasi makan langsung di area kebun durian adalah yang membedakan jika membeli durian di sekitar pinggir jalan kota Panyabungan. Meskipun kata dia, soal harga memang jauh lebih murah dengan harga yang dijual pedagang di Kota Panyabungan.
“Harga satu biji memang cukup murah dibanding tempat lain dan kualitas rasa sangat memuaskan, cuma karena jalan menuju ke desa ini sangat buruk, penuh tanjakan, tidak diaspal dan penuh bebatuan yang tajam sehingga kita dan keluarga agak was was kemari,” kata Sugeng kepada sejumlah awak media, Sabtu (3/2/2018) sore saat mencicipi durian di desa Sopo Batu.
Pengunjung lain, Boja (38), mengatakan durian dari Desa Sopo Batu belum terlalu dikenal. Padahal, potensi sebagai tempat wisata durian seperti daerah lainnya sangat besar. Wisatawan pemburu durian juga sudah banyak.
“Mungkin pemerintah belum banyak mempromosikan. Promosi justru dari hubungan pertemanan dan media sosial facebook. Itu pun masih terbatas,” kata Boja.
“Kita juga penasaran ingin melihat kondisi desa ini sesuai yang diberitakan oleh para awak media,” tambah Boja yang didampingi keluarganya.
Seorang pemilik kebun Durian, Muda Hasibuan (35), mengemukakan pada musim durian tahun ini sekitar 90 persen pohon petani berbuah dan lebat. Tiap pohon ada yang mencapai 100 buah dan tentu disesuaikan umur dan besar kecilnya pohon.
“Tahun ini warga panen raya, Harga relatif murah, salah satu kendalanya akibat kondisi jalan yang rusak dan jarak tempuh kemari,” kata Musa.
Sebagai warga desa Sopo Batu yang dari dulu memimpikan ada jalan yang bagus dan penerangan listrik PLN di desanya, dia berharap ada perhatian dari pemerintah agar setara dengan desa lainnya di kecamatan Panyabungan.
Tertarik ingin mencoba sensasi ini, bisa mendatangi Desa Sopo Batu yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Madina, Panyabungan. Pengunjung bisa masuk melalui Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan(Joki/Red)
Liputan : Joki Nasution
Admin : Dina Sukandar Hasibuan,A.Md