PANYABUNGAN(Malintangpos Online): Dunia usaha Madina, khususnya skala kecil dan menengah, sangat membutuhkan dukungan manajemen dan permodalan. Oleh karena itu, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak boleh kita biarkan “tertidur”.
Visi insinuatif itu meluncur dari pemikiran pemerhati koperasi, usaha kecil dan menengah Zainal Arifin, MSi dalam diskusi kecil sejumlah tokoh muda Madina di Panyabungan, kemarin (27/11).
Dia mengungkkan, “Kabupaten Mandailing Natal (Madina) harus bisa memposisikan dan memantapkan eksistensi pemudanya di dunia usaha. Ruang usaha harus kita buka seluas-luasnya agar persentase pengusaha, utamanya dari kalangan pemuda, semakin signifikan dalam memenuhi target kuantitas pengusaha secara nasional yang mestinya bisa memenuhi rasio 14 persen dari jumlah penduduk Indonesia.”
Selain itu, tambahnya, Madina harus dapat mengalihkan minat dan ketertarikan pemuda dari menjadi karyawan atau pegawai negeri sipil ke profesi pengusaha. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) itu harus punya program beserta dukungan anggaran yang relevan dan proporsional untuk pemuda atau kaum milenial Madina.
“Makanya, harapan kita plot anggran di R-APBD 2020 nantinya bisa mengakomodir kebutuhan dunia usaha itu. Jangan cuma kebagian anggaran untuk kegiatan rutin. Buat apa itu kalau gak ada kegiatan yang mengena.
Atau, kalau tidak dapat anggaran lebih untuk itu, mungkin OPD ini perlu pertimbangkan agar digabung saja dengan Pemod, Pelayanan Perizinan Satu Pintu saja, misalnya,” imbuhnya dengan nada menyindir.
Salah satu faktor yang selama ini membunuh visi dan keberanian pemuda untuk meretas jalur wirausaha adalah sulitnya akses modal, termasuk bagi sejumlah pemuda yang sudah bergerak di koperasi, usaha kecil dan menengah.
“Makanya, saya sampaikan, Dinas Koperasi UKM tidak boleh tidur. OPD seperti ini harus menggeliat kembali untuk mendorong kemunculan dan menopang peningkatan kewirausahaan pemuda,” katanya menegaskan.
Lebih jauh lagi, mantan aktivis mahasiswa yang sekarang menjadi pengurus Hipmi Madina periode 2016-2019 itu mengungkapkan, Madina seyogiayanya punya andil untuk memenuhi target jumlah pengusaha baru secara nasional, termasuk merangkul pemuda untuk mendorong bersama-sama realisasi gagasan “one village, one product”.
Dia juga menyebutkan, berdasarkan kajian di sejumlah negara maju, idealnya komposisi pengusaha itu harus mencapai 14 persen dari total penduduk. Dia pun mengaku gembira atas fakta bertambahnya jumlah pengusaha di Indonesia dari yang sebelumnya hanya sebesar 1,67 persen menjadi 3,10 persen.
Hanya saja, dia menyayangkan, “Angka 3,10 persen itu masih jauh dari angka idealnya. Indonesia Yang sudah berpenduduk kisaran 230 juta jiwa ini masih butuh pemuda dalam jumlah yang sangat banyak. Karena itu Madina sepantasnya punya peran besar untuk itu.”
Selanjutnya, Zainal Arifin pun menggambarkan, jumlah pelaku wirausaha seperti di Amerika Serikat, bisa mencapai lebih dari 60 persen generasi milenialnya justeru memilih jadi pengusaha (enterpreneur) ketimbang bekerja di perusahaan.(LN/Red)
Liputan : Ludfan Nasution
Admin : Iskandar