Dalam situasi sekarang memang dibutuhkan pikiran jernih. Saya tahu betul bahwa banyak mahasiswa Mandailing yang studi di berbagai kota. Dan mereka adalah generasi hebat kita.
Kampus sudah tutup sejak beberapa hari yang lalu. Oleh kampus mereka dipesankan, kalau harus pulang segera melapor ke pemerintahan desa dan puskesmas terdekat.
Bukan karena mereka sudah terjangkit corona, hanya untuk berjaga jaga saja. Karena itu mereka dengan kesadaran sendiri melapor ke puskesmas, lalu diisolasi di rumah.
POS nya memang seperti itu. Jadi jangan disikapi secara negatif. Kasihan anak dan keluarganya.
Syukurlah mereka sadar. Jauh lebih banyak orang yang bolak balik ke daerah suspect corona, malah tak pernah melaporkan diri.
Itu harusnya yang diributkan. Dan itu ada di sekitar kita.
Pemerintah desa harus respek dengan itu. Karena mereka yang tahu persis. Jangan diam seolah olah bukan urusannya.
Kita mungkin bisa menggampangkan persoalan lalu bilang: jangan pulang. Karena kita bukan orang tua mahasiswa yang harus berpikir banyak hal, mulai dari beban biaya kost anak, kepanikan kalau sewaktu-waktu anaknya terpapar di rantau orang, kesulitan ekonomi, dst.
Kalau anda bukan orang tua seperti itu, anda tidak akan paham.
Siapa yang menjamin bahwa anak anak kita akan dijamin hidupnya di kota yang dia sama sekali tak punya keluarga di sana? Siapa yang menjamin bahwa kalau ia terpapar akan ada seseorang yang memguatkan hatinya di ruang isolasi rumah sakit? Siapa yang menjamin bahwa kalau ia karena takdir tuhan, meninggal di sana, lalu mayatnya akan diurus di sana sebagaimana mestinya, makamnya ditunjukkan kepada anda?
Siapa orang tua yang setidaknya ingin juga mendampingi anak-anaknya dalam suasana begitu, apalagi saat-saat terakhir?
Maka saya bilang berpikirlah jernih. Yang harus kita lakukan adalah memastikan semua operasional standar sudah berjalan di sini, menumbuhkan keyakinan bahwa pemerintah, mulai dari level atas hingga pemdes, adalah pihak yang bisa kita percaya.(AN/Red)
Admin : iskandar