Catatan : Dahlan Batubara
Jurnalis/Petani di Gunung Tua Jae..
Kekurangan air terjadi hampir di mana-mana.
Bukan di Gunung Tua Jae saja. Desa Saba Jambu, Iparbondar, Mompang, Sarak Matua, Panyabungan Jae hingga Sipolu-Polu.
Itu akibat saluran-saluran sekunder Irigasi Batang Gadis tak mengalirkan volume air yang banyak.
Kasus gerilya malam para petani Desa Iparbondar juga terjadi.
Akhiruddin Borotan, seorang petani yang mengelola sawah di kawasan Iparbondar, dalam satu bincang-bincang dengan saya pada 10 Juli 2021 menceritakan kepahitan yang dialami petani di Iparbondar.
Sejumlah petani di kawasan Gunung Tua Raya menyatakan, arus air yang normal pada saluran primer Irigasi Batang Gadis hanya sampai di titik pintu Sipolu-polu saja, tepatnya di sebelah rumah makan Adian Paranginan. Yaitu, pintu persimpangan saluran primer dengan saluran sekunder Sipolu-polu.
Dari titik ini, volume air sudah “sekarat” menuju kawasan Desa Iparbondar, Kampung Padang, Saba Jambu, Gunung Tua Jae, Gunung Barani, Sarak Matua dan Mompang Julu.
“Air hanya sampai di pintu Sipolu-polu saja. Seterusnya tak lagi normal sampai ke kawasan Gunung Tua, Saba Jambu, Gunung Barani. Apalagi Mompang,” kata petani marga Nasution dari Gunung Tua Jae.
Mereka menduga air terlalu banyak masuk ke sekunder Sipolu-polu.
Tetapi, fakta juga menunjukkan bahwa saluran-saluran sekunder di Sipolu-polu dan Panyabungan Jae justru sekarat juga.
Para petani di Sipolu-polu dan Panyabungan juga mengalami derita kesulitan air.
“Tak ngerti lagi kami irigasi ini, kebanyakan sawah tak berair,” kata Sahat Nasution, petani di Sipolu-polu, Selasa (13/7/2021) lalu.
Pantauan di lapangan, saluran irigasi ini dari titik depan hotel Sunan, volume airnya sangat sedikit.
Kedalaman arus air hanya setinggi lutut manusia dewasa dengan kelebaran rata-rata 1/2 meter.
“Bertahun-tahun airnya begini. Entah apa yang terjadi,” kata Nasution. Dia lupa berapa tahun kekurangan air itu.
Di kawasan ini, katanya, hamparan sawah lebih banyak yang tak terairi. Dia tak bisa memastikan luas hamparan di kawasan itu. Perkiraan ratusan hektar.
Pengakuan dari Seri Lubis, warga Panyabungan Jae juga mengungkap kesulitan air yang dialami para petani Panyabungan Jae dan Panyabungan Tonga. (bersambung)