Liku – Liku Menjadi Seorang Wartawan di Tabagsel

Bersama sejumlah Wartawan di Mandailing Natal/Dokumen MP

PROFESI Seorang Wartawan adalah sangat Mulia dan merupakan Profesi yang tidak semua orang akan mau menjadi Wartawan, karena penuh dengan Liku – Liku yang tidak kita inginkan, tetapi nyata akan terjadi diluar dugaan si Wartawan.

Penulis yang terjun menjadi Wartawan di Hr.Waspada Medan 15 Februari 1992 yang lalu dengan cakupan Wilayah khusus Kota Panyabungan, waktu itu keluar Surat Tugas di Tanda Tangani Bunda Hj.Ani Idrus.

” Ingin Kaya, Jangan Jadi Wartawan dan Jangan Coba – coba terima Uang, pasti saya tau dari Berita yang ananda kirim,” ujar Pimpinan Hr.Waspada Hj.Ani Idrus kepada Penulis 15 Februari 1992 yang lalu di Bumi Warta Hr.Waspada Medan.

Pimpinan Umum Media PT.Malintang Pos Group Iskandar Hasibuan

Berita apa dibuat..? Dalam hati Penulis dan tanpa disadari langsung bertanya kepada Bunda Hj.Ani Idrus ” Gimana Bikin Beritanya Bunda ” langsung dijawab ” Buat dulu semampumu, tapi ingat jangan terima uang ia,” ujar Hj.Idrus waktu itu.

Tetapi, naluri Jurnalistik entah dari siapa turunnya, Penulis dengan mengantongi Surat Tugas, langsung ke lapangan dengan modal Pulpen dan Notes, Camera Kodak yang waktu harganya Rp 350.000.- itupun pinjaman dari keluarga istri.

Serta, sambil belajar secara Otodidak dibaca setiap hari Koran Hr.Waspada dan Hr.SIB sebagai pedoman cara menulis berita dan yang terpenting ada unsur 5 W+1 H.

” Seorang Anak Dipukuli Pemilik Tebu “ berita itulah Berita Pertama (1) yang dibuat Penulis di Hr.Waspada dan terbit di Halaman Sumut dengan Redaktur Maskur Abdullah.

Dan berita kedua(2) ” Kades Tanjung Jae Korupsi Dana Bangdes “ dan berita itu membuat Camat Panyabungan ” Uring – Uringan ” dan setiap waktu bertanya kepada stafnya Camat dikatakan Tugas luar, sebab diduga ada keterlibatan Camat soal Dana Bangdes, yang nilainya adalah Rp 9.000.000.-/ Desa.

Memang, sebagai Wartawan pada waktu itu Penulis, tidak ada takutnya kepada siapapun, sebab kita sebagai Wartawan selalu berusaha konfirmasi, karena mungkin Kades dan Camat sulit diajak bincang – bincang dan wawancara, itulah model pejabat di Daerah kita waktu itu.

Kenapa kita Berani..? Semua tidak terlepas dari senjata yang dimiliki wartawan, berupa media yang memunculkan seribu opini sejuta pandangan dari masyarakat, bagaikan sebuah mata pedang yang siap menghujat sekaligus bermanfaat bagi masyarakat dan Medianya si Wartawan.

Sebenarnya Wartawan adalah Profesi bukan pekerjaan, artinya seseorang bekerja semata-mata karena uang dengan mempertimbangkan untung rugi, dan dinamakan profesi karena jika diukur dengan finansial rata-rata wartawan rugi

Namun ada sisi lain yang tidak dapat diukur dengan uang, disana ada panggilan hati, kepuasan bhatin adalah segala-galanya, dibandingkan segepok uang, tapi semua itu ada pertanyaan yang mesti kita kedepankan di Profesi Wartawan itu.

Apalagi Wartawan yang senang memberitakan KKN, bisakah bersikap adil pada dirinya..? Kesan bahwa wartawan selalu mencari kesalahan orang memang ada benarnya

Tetapi,  kesan seperti itu selain berlebihan juga salah anggap, mereka tidak paham, wartawan tidak selalu seperti apa yang ia lihat dan dengar ditengah masyarakat.

Coba lihat setiap hari, Wartawan kalem dalam berpenampilan, tetapi tulisanya jernih, lurus dan tanpa tendensi apa-apa, jika ia menulis orang percaya kebenaran isinya, karena sebelum menulis Wartawan harus lengkap data dan lengkap fakta dari setiap berita yang akan dimunculkan di Koran si Wartawan.

Dikepung Preman Suruhan Pengusaha

Awal Maret 1992, Penulis turun langsung bersama Wartawan Hr.Sib dan Hr.Mimbar Umum untuk mencari Sekitar Illegal Loging dan Sowmel dari sejumlah Pengusaha Kayu di Kota Panyabungan ( Bersambung Terus)

Penulis : Iskandar Hasibuan.

Admin : Dita Risky Saputri.SKM

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.