Presiden Republik Indonesia yang pertama, yakni Presiden Soekarno, bahkan menyampaikan jika gotong royong merupakan “jiwa” masyarakat Indonesia pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) di tahun 1945. Sayangnya, saat ini budaya gotong royong mulai hilang.
Jika kita berbicara masa lalu, mudah sekali menemukan budaya gotong royong dalam berbagai bentuk. Mulai dari kerja bakti yang seringkali dilakukan warga masyarakat setiap satu minggu sekali hingga budaya gotong royong antar umat beragama. Budaya gotong royong adalah identitas nasional. Karenanya, budaya gotong royong seharusnya terus dijaga supaya terus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong berarti pikul atau angkat, sedangkan royong berarti bersama-sama. Sehingga jika diartikan secara harafiah, gotong royong berarti mengangkat secara bersama-sama atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Gotong royong dapat dipahami pula sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai positif dari setiap obyek, permasalahan, atau kebutuhan orang-orang di sekelilingnya.
Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itu, jika kita secara jujur melihat, mengamati, menganalisa, memperhatikan kondisi ril Kota Panyabungan sejak era H.Amru Daulay,SH menjadi Bupati Madina Tahun 1999 yang lalu, sampai sekarang ini khusus di Kota Panyabungan sampai sekarang belum ada yang berobah total, tetapi justuru semakin semrawut dan kurang terta dengan rapi baik dikiri maupun dikanan Jalan Willem Iskander Kota Panyabungan.
Kok begitu iya…? Menjawabnya marilah kita masing-masing individu yang setiap hari lalu-lalang di Kota Panyabungan, apakah kita pernah memberikan saran,komentar, pendapat ataupun masukan kepada Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan, maupun Desa/Kelurahan, tapi mungkin lebih sering kita selalu mengatakan “Itukan Tanggung Jawab Pemerintah” sehingga makin lama kelihatan Kota Panyabungan makin semrawut.
Karena itu, sebaiknya seluruh elemen masyarakat yang tinggal di Mandailing Natal khususnya Kota Panyabungan,menyisihkan waktunya untuk mengajak masyarakat melakukan Gotong Royong untuk melakukan penataan terhadap kota agar kelihatan indah, bersih dan nyaman dilihat oleh mata yang sedang melintas di daerah kita.
Artinya, siapa sajapun orangnya di Bumi Gordang Sambilan, lebih khusus di Kota Panyabungan ada baiknya membuat perbincangan khusus dulu di Kedai Kopi atau ditempat-tempat umum membicarakan “ Bagaimana Caranya Agar Kota Panyabungan Tidak Semrawut” dan tentu salah satunya yang harus dilakukan adalah menghilangkan” Gut-Gut” sebab banyak pihak yang hanya pandai menilai,menyalahkan dan membicarakan, tetapi untuk berbuat sama sekali ngak ada kemampuannya.( Bersambung )
Admin : Dina Sukandar Hasibuan,A.Md