Mengenal Desa Kayulaut Lewat Secangkir Kopi dan Sepotong Bika Pisang Kopi Saba

MERUPAKAN salah satu wisata kuliner milik putra daerah Mandailing Natal asal Desa Kayulaut bernama Almunirrahman, ST., seorang sarjana tehnik sipil yang mendedikasikan dirinya untuk mengangkat perekonomian masyarakat Mandailing Natal dengan mendirikan salah satu UMKM bernama Kopi Saba yang terletak di Hutarimbaru, Panyabungan selatan.

Inisiatif tersebut timbul karena kekhawatirannya akan maraknya kemunculan produk-produk luar yang bisa membunuh produksi lokal, salah satunya minuman khas Mandailing Natal yaitu kopi dengan berbagai varian rasa yang dipetik langsung oleh petani Mandailing Natal.

Kue Bika Kayulaut

Saat ini berbagai minuman luar mulai menjamah Indonesia sampai ke pelosok desa, berbagai minuman kemasan dengan berbagai varian asal luar negeri mulai banyak dijajakan di market-market besar sampai di kedai –kedai pinggir jalan, mulai dari Thaitea asal Thailand, Mojito asal Havana, Bubble Tea asal Taiwan, dengan berbagai varian harga dan rasa.

Tidak hanya itu,beberapa makanan asal luar negeri mulai menggeser keberadaan makanan tradisional yang kian hari marak di pasaran.

Beberapa makanan asal luar negeri tersebut bahkan mampu bertahan dalam hitungan bulan dan tahun.

Mulai dari dimsum asal china, ifumi asal Tiongkok, kebab asal Turki, hamburger asal Jerman, dan masih banyak lagi lainnya.

Beberapa makanan tradisonal yang memiliki nilai sejarah sebagaimana bika pisang yang merupakan salah satu makanan khas kerajaan ( Harajaon) mulai luput dari incaran para remaja yang lahir era milenial.

Beberapa bahkan belum pernah mencicipi sebagian besar jenis-jenis kue tradisonal tersebut. Salah satu desa yang masih melestarikan minuman dan makanan tradisonal adalah desa Kayulaut.

Desa yang terletak di kecamatan Panyabungan Selatan Mandailing Natal.
Kenamaan desa Kayu Laut juga tidak terlepas dari salah satu perjuangan putra daerah bernama Williem Iskandar (Sati Nasution) yang namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan untuk mengenang jasanya.

Turis Mancanegara Hadir di acara ” World Tourisem Day, Culinari Fashion,”

Dikenal sebagai sosok penulis dan tokoh pendidikan, beliau menanamkan dan mengembangkan mutu pendidikan kedaerahan yang menjadi referensi pendidikan saat ini.

Baru-baru ini ketua YPPM bersama Naposo Nauli Bulung (NBB) desa Kayu Laut mengadakan Culinary fashion dalam rangka memperingati hari pariwisata sedunia dan sebagai upaya untuk melestarikan makanan dan minuman khas Mandailing Natal terutama di bagian Panyabungan Selatan, juga peresmian Kayu Laut sebagai desa kuliner.

Berbagai minuman dan makanan dijajakan untuk dinikmati oleh setiap tamu dan hadirin yang datang. Beberapa tamu mancan Negara asal Belanda ikut menyaksikan serangkaian acara tersebut dan bergabung langsung dengan masyarakat setempat untuk mencoba beberapa permainan musik salah satunya Gordang Sambilan dan tarian Tor-Tor.

Serangkaian acara tersebut berjalan dengan sangat khidmat dan meriah, kemeriahan semakin terasa dengan hadirnya beberapa petinggi daerah mulai dari Bhayangkari Polres, ketua DPRD, kepala dinas pariwisata dan kapolsek Mandailing Natal.

Ada yang menarik dari salah satu pernyataan petinggi daerah kepala dinas pariwisata Mandailing Natal, bahwa Kayu Laut sebagai salah satu desa yang terkenal dengan kearifan lokalnya, mulai dari makanan dan minuman tradisional, sampai pada cuaca dingin yang memungkinkan kayu laut tidak hanya menjadi desa kuliner, tetapi juga sebagai desa witasa.

Beberapa orang berbondong-bondong memasuki desa Kayu Laut rela mengantri hanya untuk membeli bika pisang dan menyeruput segelas kopi, bahkan sekedar berkeliling menikmati cuacanya yang dingin dan tenang untuk melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari yang padat. Terdapat beberapa objek wisata yang kaya akan sejarah yang dapat dinikmati oleh setiap pengunjung luar daerah, salah satunya Aek Bau yang merupakan muara bertemunya tiga air: tawar, sepat dan belerang.

Tidak hanya sebagai tempat wisata, Aek Bau juga menjadi penghidupan ratusan keluarga yang tinggal di desa Kayu Laut, untuk memenuhi kebutuhan pribadi sampai pada pembangkit listik untuk kehidupan orang banyak.

Sebagai desa yang memiliki sumber daya alam (SDA) yang potensial, tentu cita-cita desa kayu laut sebagai desa wisata selanjutnya tidak dapat terealisasi dengan hanya membalikkan tangan semata, tanpa adanya andil dari pihak-pihak terkait. Perangkat desa, Pemerintah daerah setempat, dan sumber daya manusia yang potensial menjadi kesatuan yang utuh untuk mewujudkan desa Kayu Laut tidak hanya sebagai desa kuliner tetapi juga desa wisata.

Tidak menutup kemungkinan Desa Kayu Laut akan dikenal luas oleh daerah tetangga bahkan sampai ke mancanegara( Bintang Rosada)

Penulis : Bintang Rosada, M.Pd

Dosen Bahasa dan Sastra Arab STAIN Mandailing Natal.

Admin : Dita Risky Saputri.SKM.

 

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.