Mengetuk Hati Nurani Dermawan dan Pemda Mandailing Natal (1)

Menjelang Magrib, Kamis(09/10) begitu sampai dirumah Jalan Bermula Ujung dari tugas Jurnalistik, muncul Berita warga miskin dari Desa Hutapuli Kecamatan Siabu, Rahmad yang sejak lahir terlahir cacat dan waktu itu Kapolres Mandailing Natal,yang berhati mulia,  AKBP.Irsan Sinuhaji,S.IK.MH, Sempat Membantu biaya perobatannya untuk diobati di RS Kota Medan.

Seperti yg disampaikan oleh Wartawan Pos Kota Sumatra Rizal Sabda, bahwa Rahmad pernah dibantu Kapolres Madina yang Peduli kepada warga Miskin, yaitu AKBP.Irsan Sinuhaji.S.IK.MH.

Kata Rizal Sabda, Sejak lahir pada 11 Mei 2019, Rahmad sudah menanggung luka yang bukan salahnya.

Kenapa..? Ia lahir tanpa lubang anus, bibir sumbing, tanpa langit-langit mulut, dan tangan bengkok.

Waktu itu, Kapolres Madina AKBP Irsan Sinuhaji, S.I.K., M.H. datang langsung ke rumahnya.

Beliau memberi bantuan, memberi harapan, dan membawa Rahmat untuk berobat ke Medan.

Berkat kepeduliannya, Rahmat sempat dioperasi dan bisa tersenyum untuk pertama kali.

Lalu 20 Februari 2020, saat Kapolres itu akan pindah tugas, ibunda Rahmat datang ke Mapolres hanya untuk mengucap terima kasih.

Air mata jatuh — bukan karena sedih, tapi karena tahu, orang berhati seperti itu jarang ada di Bumi Mandailing Natal, yang Sumber Daya Alam ( SDA) banyak, tapi warganya masih banyak yg terabaikan, akibat kemiskinan.

Kini 9 Oktober 2025, Rahmad sudah tujuh tahun.Belum sembuh, belum sekolah, dan sudah tiga tahun tak tersentuh bantuan.
Negeri ini hadir saat kampanye, tapi pergi saat rakyatnya menangis.

“Yang datang menolong bukan pejabat tinggi, tapi Kapolres yang punya hati mulia,sat itu AKBP.Irsan Sinuhaji.S.IK.MH.

Rahmad Mengetuk Dermawan

” Kasihan sekali melihat keluarga ini,” kalimat ini terucap dari hati saat melihat kondisi Siti Aminah, 36, warga Desa Hutapuli, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal. Anak keempatnya, Rahmad, 7, terlahir dengan kondisi tubuh yang memprihatinkan, tanpa memiliki anus sejak lahir.

Kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan membuat impian Rahmad untuk mendapatkan pengobatan yang layak terasa semakin jauh. “Jangankan untuk biaya berobat, untuk biaya hidup sehari-hari saja kami sudah sangat kesulitan,” ungkap Siti Aminah saat ditemui di rumahnya yang sederhana di Desa Hutapuli, Kamis (09/10).

Siti Aminah, seorang ibu rumah tangga dengan lima orang anak, hanya bisa pasrah dengan keadaan ekonomi dan kondisi kesehatan putra keempatnya. Mereka tinggal di gubuk bambu berukuran 3×3 meter yang menjadi saksi bisu perjuangan hidup mereka.

Pada tahun 2018, Siti Aminah dan suami sempat membawa Rahmad ke salah satu rumah sakit di Medan untuk menjalani operasi. Namun, karena keterbatasan biaya, operasi lanjutan terpaksa dihentikan. Suyana, 40, suami Siti Aminah hanya bekerja sebagai buruh tani serabutan dengan penghasilan yang tidak menentu.

“Biaya hidup di Medan selama berobat sangat besar, Pak. Kami tidak sanggup lagi, makanya pengobatan Rahmad terpaksa dihentikan,” ujarnya dengan nada sedih.

Sambil menahan air mata, Siti Aminah bercerita bahwa suaminya hanya mengandalkan upah dari mengerjakan kebun atau sawah milik warga. Penghasilan yang didapat pun tidak seberapa, hanya berkisar antara Rp50.000 hingga Rp100.000.

“Dari upah itulah kami berusaha mencukupi kebutuhan sehari-hari anak-anak,” tuturnya.

Siti Aminah juga mengungkapkan bahwa sejak tiga tahun terakhir, ia tidak lagi menerima bantuan sosial dari pemerintah. “Dulu sempat dapat bantuan, tapi sudah tiga tahun ini tidak ada lagi. Tidak tahu apa penyebabnya,” ucapnya dengan polos.

Keterbatasan ekonomi juga berdampak pada pendidikan Rahmad. Di usianya yang sudah menginjak tujuh tahun, Rahmad belum bisa mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD). “Karena kondisi fisik dan kesehatannya, Rahmad belum bisa sekolah,” jelasnya.

Kini, Rahmad hanya bisa menahan sakit dan pasrah dengan kondisinya. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, ia sangat mengharapkan uluran tangan para donatur dan bantuan dari pemerintah.

“Saya berharap Rahmad bisa dioperasi kembali dan memiliki anus seperti anak-anak lainnya. Saya juga ingin Rahmad bisa sekolah dan meraih cita-citanya,” harap Siti Aminah dengan berlinang air mata.

Dari pantauan wartawan, luka bekas operasi pertama Rahmad hanya dibalut dengan kain biasa. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian segera ( Bersambung Terus)

 

Admin : Iskandar Hasibuan.

 

Komentar

Komentar Anda

  • Related Posts

    Aksi Damai di PT Barapala, Dua warga Unterudang Kabupaten Palas Terluka Kena Panah

    PADANG LAWAS(Malintangpos Online):Warga Luat Unterudang Kecamatan Barumun Tengah (Barteng)) Kabupaten Padang Lawas (Palas) yang mengadakan aksi menginap di PT Barapala diserang oleh puluhan pihak sekuriti perkebunan dengan panah dan tombak.…

    Read more

    Continue reading
    Tingkatkan Kompetensi, Lurah Ikuti Rabu Belajar

    PADANG(Malintangpos Online): Meningkatkan kompetensi seluruh lurah, Pemerintah Kota Padang menggelar “Rabu Belajar”. Kegiatan itu dimulai Rabu (19/11). “Iya, mulai Rabu besok seluruh lurah akan mengikuti pembelajaran, yakni ‘Rabu Belajar’,” ujar…

    Read more

    Continue reading

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses