Menteri Agama RI di Purba Baru, Kekuatan Pesantren Disebabkan Ke Ikhlasan Pengasuhnya

Mudir Pondok Pesanten menyerahkan cendra mata kepada Menteri Agama

PURBA BARU(Malintangpos Online): Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, mengutarakan bahwa Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Merapi Kabupaten Mandailing Natal, salah satu Pondok Pesantren yang terbesar di Republik Indonesia yang sudah ribuan alumninya berada diberbagai daerah.

            “ Saya sangat bersyukur bisa hadir disini, tadi baru saja saya meresmikan penggunaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal dan siang ini saya berada disini untuk menjaga dan memelihara silaturahmi antara kita, dan saya meminta maaf sebesar-besarnya pak kiyai karena Musthafawiyah belum ada statusnya,” ujar Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Kamis(12-4) di Pondok Pesantren Musthafawiyah ketika melakukan kunjungannya.

            Saya, ujar Menag, berkomitmen status muadalah ini akan segera menjadi milik Ponpes Musthafawiyah, karena ini merupakan pondok pesantren tertua lahir 1912 ,jadi lebih dari satu abad sudah saatnya penyetaraan, saya sebagai menteri agama minta maaf sebesar-besarnya karena kehilafan saya, letidak tauan saya, sehingga saat ini belum muadhalah, saya akan segera menghubungi pemeritah-pemerintah terkait untuk memprioritaskannya.

            Saya sangat bersyukur Mustahfawiyah punya nama besar di Republik Indonesia ini, pertama kali yang terbayang ketika saya mendengar musthafawiyah ini yaitu bapak Nuddin Lubis karena beliau merupakan alumni disini dan beliau sangat dekat dengan orang tua saya, beliau sering berkujung ke rumah kami, saya kala itu masih pakai celana pendek masik sekolah rakyat ataua sekolah dasar tapi saya masih ingat Jubir Lubis dan yang lainnya.

            Saya, katanya,  yakin sudah ratusan dan ribuan bahkan telah berkibrah di masyarakat kita, dan pondok pesantren yang masih original dimiliki oleh bangsa ini bisa terus tidak hanya menjaga eksistensi keberadaannya tapi juga berexis dan berkembang dan mampun merespon dan menanggapi tuntutan dinamika maayarakat

Menurut saya, katanya,  bukan karena kemampuan pengasuhnya dalam mengelola harta kekayaan yang dimilki oleh pondok pesantren, bukan karena itu banyak pondok pesantren yang hidup seadanya yang ala kadarnya, tapi saya merasa kekuatan pondok pesantren itu adalah pada keikhkasan pengasuh-pengasuhnya dan keikhlasan itulah yang sekarang semakin mahal.

            Sebelumnya, Mudir Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru H.Bakhri Musthafa Nasution, menyampaikan bahwa Pondok pesantren ini didirikan oleh nenek  kami yaitu Syeh Musthafiwah Husein Nasution dan kebetulan nenek kami ini satu angkatan dan satu almamater dengan Kiyai H.Hasim Ashari sang pendiri NU, sewaktu hidup kedua beliau ini menuntut ilmu di Saudi Arabia tepatnya di Solatia Mekkah.

            Keakrapan mereka berdua bukan hanya semasa keduanya menuntut ilmu tetapi berlanjut setelah mereka menerapkan ilmu di tanah air, mereka selain tokoh pendidik agama tetapi juga tokoh kharismatik NU  yang berwibawa, mereka berdua selangkah seirama begitu pula dalam melembagakan NU Nusantara, tapi bedanya kalau kiyai H. Hasim Ashari berkibrah di Pulau Jawa sedangkan Syeh Musthafawiyah di Sumatera Utara, dan Alhamdulillah sampai sekarang masih kita rasakan manfaatnya.

Menteri Agama RI di Ponpes Musthafawiyah Purba Baru

Disebutkan Mudir,Sudah banyak suka duka mulai 1912 sejak jaman Belanda, Jepang, masa kemerdekaan dan sampai masa saat ini, alumni , alumni Musthafawiyah sudah menyebar luas dan berbagai provinsi dan berbagai negara sesuai denga minat dan profesi mereka masing-masing dan santri mustfawiyah saat ini berjumlah 11.658 orang dari berbagai daerah dan propinsi yanga ada di Indonesia.

            Kurikulum yang ada di Musthafawiyah ada tiga macam yaitu, kurikulum yang diwariskan oleh syeh Mustafa Husein yang garis besarnya dari Sholatiyah Mekkah, kurikulum kedua adalah SKB tiga menteri untuk tingakt tsanawiyah dan aliyah, kurikulum ketiga SKB dua mentri untuk program salafiyah, ujar Mudir

            Kata Mudir, Tiga kurikulum ini diterapkan dengan niat ganda pertama untuk mencetak kader ulama dan mampu membaca kitab kuning dan kedua supaya alumni mustfawiyah tidak terkendala apabila mereka melanjutkan ke perguruan tinggi, namun dalam prakteknya menerapkan kurikulum ganda ini menimbulkan kesulitan tersendiri bagi pesantren musthafiwah begitu juga bagi para santri.

            Oleh karena itu, katanya, sewaktu pak Presiden Joko Widodo  berkunjung ke pesantren ini telah kami usulkan kiranya Musthafiyah di Muadalah kan atau di setarakan dengan SLTP dan SLTA dan Alhamdulillah disambut bapak presiden Joko Widodo dengan antusias  sehingga proposal dan persyaratan untuk Muadalah ini telah kami penuhi namun terlihat realisasinya masih sangat mandek.

            Kiranya bapak mentri merealisasi Muadalah Musthafwiyah dalam waktu yang relative singkat, dan walaupun sudah banyak yang datang ke pesantren ini sejak dari bapak Mukti Ali, bapak Syaid Akhir Almunawar, bapak Surya Darma Ali dan bapak Mahbub Masyuni namum kami inginkan dan kami terima dari pabak menteri agama yang sedang berkunjung pada pesantren ini, dan kami ingin inilah kado istimewa dari pada bapak menteri agama Lukman Hakim Syaifuddin untuk Musthafawiyah.

            Disebutkan Mudir,Selain dari itu kami berterimaksih atas bantuan yang disalurkan kementrian agama terhadap mustafawiyah untuk membangun gedung tahfis Qur’an dan dana Rp.100.000.000 yang seharusnya sudah siap bulan yang lewat namun karena kendala tekhnis yang ada di musthafiwayah, maka kami mohon maaf atas keterlamabatan ini dan gedung tahfiz ini telah siap 90% dan posisinya berada di sebelah utara dari pertemuan kita ini.

            Usai memberikan tauziah Menteri Agama menyerahkan cendra mata kepada Mudir Musthafawiyah Purba Baru disaksikan oleh Bupati Madina Drs.H.Dahlan Hasan Nasution dan Ka.Kemenag Madina Muksin Batubara dan selanjutnya Menteri Agama sekitar 13.00 Wib bertolak dari Madina menuju Pinansori untuk selanjutnya ke Medan dan Jakarta( Putri)

 

 

 

 

Admin ; Dina Sukandar Hasibuan,A.Md

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.