… Oleh : Ludfhan Nasution…..
Ketika marombus angin naso adindingan, masursur tano parsiraisan, tak ada yang bisa diperbuat, ada yang lebih berkehendak.
Pun ketika orang-orang yang dimuliakan Allah SWT dipanggil untuk kembali ke sisi-Nya.
Seperti halnya Rois Syuriah PWNU Sumut, KH. Mahmuddin Pasaribu yang berpulang ke Rahmatullah pada pukul 19.00 Wib di RSU Permata Madina Panyabungan, Rabu (8/12).
Sedih yang begitu dalam dari jutaan santrinya dan masyarakat luas pada umumnya pun tak bisa menunda atau memperlambat peristiwa duka itu.
Seperti ditulis sebuah portal berita: “Informasi meninggalnya ulama besar di Kabupaten Madina itu, tersiar lewat jejaringan media sosial dan grup WhatsApp
Penulis Ludfan Nasution
”Inna lillah wa inna ilaihi roji’un…. Ayahanda Guru Besar Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru yang masih menjabat sebagai Ketua MUI Kabupaten Mandailing Natal itu sudah harus pergi dan meninggalkan rasa kehilangan yang sangat dalam.
Mungkin dapat disebut sebagai pesan terakhir. Ayah Mahmuddin Pasaribu sempat memberikan restu atas munculnya wacana
Calon Ketum NU dari Luar Jawa”.
Selain karena menjadi tuan rumah Muktamar NU ke-34, Ayahanda menuturkan akhir November lalu, Nahdliyin Sumatera juga belum pernah menjadi Ketua Umum PBNU.
Berbeda dengan Kalimantan yang sudah pernah memimpin pada 1956-1984, seperti almarhum Dr. KH. Idham Kholid.
Ayah Mahmuddin Pasaribu berpetuah, menjadi Ketum NU itu harus mampu menghadirkan leadership yang baik, menjaga keseimbangan dan kepentingan Nahdlatul Ulama, baik untuk organisasi maupun Warga Nahdliyyin.
Pesan itu terungkap saat menerima kunjungan alumni Ponpes Al-Falah, Pedekik Kabupaten Bengkalis, Riau, KH. Abdul Khalim Mahali, LL.B (Hons), MPIR yang akrab disapa Gus Mahali beberapa waktu lalu (strategi news, 28 November 2021).
Kemudian, selaku Rois Syuriyah NU Sumut, Ayah Mahmuddin Pasaribu juga sempat memberikan tanggapan resmi atas kegiatan Muktamar Nahdlatul Ulama ke 34.
Menurutnya, Muktamar ini bukan hanya ajang untuk memilih ketua umum (ketum) PBNU, akan tetapi juga mengandung nilai yang lebih historis, yakni menuju satu abad berdirinya.
“Kita harus mempersiapkan satu abad NU dengan serius agar menghasilkan pemikiran yang bisa membawa kemaslahatan untuk warga Indonesia dan khususnya warga NU,” ujar Syeikh Mahmuddin dalam keterangan pers 30 November 2021 lalu.
Syeikh Mahmuddin Pasaribu juga menambahkan, keputusan Muktamar mesti mengedepankan nilai-nilai akhlaqul karimah.(Ludfhan Nasution)
Penulis : Ludfan Nasution
Admin : iskandar hasibuan.