POLITIK IDENTITAS. Itulah sementara yg bisa saya sematkan thp gemuruh klaim, jargon dan kritik yg mengiringi tahapan kampanye tiga paslon pilkada Madina.
Saya sebut demikian krn alat alat politik ketiga tim semakin menajam lewat isu dan thema etnis, suku, budaya, agama dll dlm meraup simpatik pemilih atau jg sbg sbg bentuk perlawanan politik thp kompetitor serta mempertegas jati diri masing masing paslon yg bertarung.
Sejauh dilakukan dg benar dan diramu di atas kesadaran thp semangat, integritas, dedikasi dan keteladanan, tentu politik identitas akan menghasilkan suasana kompetitif yg berkualitas dan rigit. Krn dg cara itu, akan tersentuh bidang bidang spesifik dlm kehidupan sosial politik utk kemudian menjadi beban tanggungjawab moral bagi yg memenangkan kompetisi.
Akan tetapi, penghujung waktu jelang hari “H” aroma politik identitas justru mengarah destruktif dan mengancam nilai nilai luhur persaudaraan yg selama ini direkat oleh perbedaan identitas itu.
Ini tentu tdk bagus utk diteruskan. Disamping tdk bermanfaat thp hasil yg akan diperoleh, juga dpt melukai tubuh demokrasi kita.
Ada beberapa contoh betapa tdk edukatifnya penerapan politik identitas itu. Misal ketika teman teman kita dari belahan Mandailing pesisir (pantai barat madina) menggaungkan masyarakat pantai barat mendukung calon dari pantai barat. Entah calon mana maksudnya silahkan sama sama disimpulkan dlm hati. Tetapi, dari tiga calon yg muncul, semua CAKADA nya adalah marga Nasution keturunan Sibaroar.
Apa ada Nasution yg bukan keturunan Sibaroar ? Apa ada marga Nasution lain selain keturunan Sibaroar ? Nasution Latuperyssa misalnya atau Nasution Mattalatta atau Nasution Jambak ?
Begitu juga saat ada serangan thp paslon yg dinilai mandailingisme dg alasan dan argumen yg menurut saya sangat lemah dan hanya berupa perbedaan pemahaman soal KEK dll. Ada jg serangan menohok kehadiran tokoh agama di salah satu paslon, yg justru lebih banyak menghabiskan waktu hanya utk membahas kredibilitas tokoh agama tsb bukan calon yg didukungnya. Msh banyak lgi catatan catatan ringan selama masa kampanye yg sebenarnya sangat penting utk jdi bahan evaluasi agar tdk muncul lgi pada ajang demokrasi berikutnya.
Kalau ingin mempergunakan isu politik identitas dlm menaruh simpatik publik pada calon, maka berselancarlah dg indah dan jgn pecahkan ombak agar anda nampak piawai dan tdk sekedar kacung dan pecundang. Rebut hati publik tanpa hrs membunuh karakter calon lainnya. Itu lebih elegan dan menunjukkan kematangan anda di mata publik.
Dikutip dari Akun Facebook As. Imran Khaitamy Daulay, SH.
Admin : dita risky saputri, SKM.