SI BULUS-BULUS SI RUMBUK-RUMBUK

Mandailing Natal atau yang sering disingkat sebagai Madina, merupakan serambi mekkah Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Barat. Dikenal dengan kabupaten yang dikelilingi perbukitan dan gunung.

Beberapa hasil bumi terkenal sampai ke daerah tetangga, baik diproduksi secara manual maupun modern, diantaranya kopi, beras dan kelapa.

Tak tertinggal hasil bumi Madina yang banyak menarik perhatian para pengunjung luar daerah yaitu tambang emas yang seakan tidak ada habisnya.

Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk sebagai sajak yang dipopulerkan oleh salah satu putra daerah yang pernah mendirikan kweekschool yang berada di Tano Bato masa penjajahan Belanda, bernama Williem Iskandar.

Beliau menggambarkan sumber daya alam Madina dalam sajak yang berbunyi tentang perjuangan seorang ayah terhadap anaknya yang pergi menuntut ilmu.

Apa yang dapat diusahakan oleh seorang ayah tidak luput demi seorang anak agar menjadi generasi yang membanggakan kedua orangtuanya.

Bersakit-sakit mencari kopi dan menjaring ikan dengan harapan dapat membelikan makanan dan pakaian yang layak bagi putranya di perantauan.

Beliau menggambarkan kekayaan alam Madina sebagai salah satu mata pencaharian warga setempat untuk dapat menafkahi keluarganya.

Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk sebagai karya sastra Mandailing yang memiliki banyak pesan tersurat.

Tidak hanya menggambarkan keadaan geografis Madina, akan tetapi juga menggambarkan kearifan lokal sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan, sehingga sajak tersebut memberikan dedikasi tinggi terhadap kemajuan pendidikan.

Sebagai karya sastra yang paling popular yang dibuat oleh Williem Iskandar sangat memberikan pencerahan baru terhadap masyarakat.

Melalui kritik dan pesan yang terkandung, ia menyulap pemikiran masyarakat untuk senantiasa cinta tanaha air, semangat kebangsaan, kewaspadaan terhadap kehadiran orang asing yang mengeruk kekayaan alam untuk kepentingan pribadi, peduli terhadap pendidikan, dan termotivasi untuk memajukan bumi pertiwi Mandailing.

Terlepas dari itu, Madina dengan semboyan “Bumi Gordang Sambilan, Madina Bersyukur Madina Berbenah Menuju Masyarakat Madina Yang Madani”, tak luput menggambarkan betapa Madina mempunyai cita-cita besar dengan menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlandaskan iman, ilmu, dan teknologi yang berperadaban, tak hanya melestarikan pesona kekayaan alam madina, akan tetapi juga berbenah dan menjaga kelestarian alamnya.

Namun beberapa dekade terakhir ini, beberapa kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan menjadi momok terbesar.

Betapa tidak, pesona salah satu sungai Batang Natal yang asri, dengan aliran air yang jernih yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di bantaran sungai sebagai sumber kehidupan kian miris.

Bahkan, bayang-bayang bencana alam kini mulai terasa dekat. Beberapa media online maupun offline menggambarkan bagaimana ulah oknum yang tidak bertanggung jawab menambang emas secara membabi buta.

Yang lebih mengerikan lagi, air sungai yang seyogyanya menjadi sumber kehidupan kini mulai tercemar, bahkan ketika musim penghujan air kuning pekat bercampur lumpur menyebabkan gatal-gatal bagi sebagian warga yang menggunakannya. Penampakan Madina yang asri kini kian terkikis oleh beberapa pemberitaan media yang menggambarkan keadaan dibalik pesona alamnya yang indah.

Kekayaan alam Madina yang seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakatnya, justru berbanding terbalik dinikmati oleh para pengusaha dari luar daerah, hingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Beberapa perusahaan menambang emas tanpa mempedulikan rambu-rambu keselamatan masyarakat yang tinggal di daerah bantaran sungai (illegal). Pemandangan sungai Batang Natal yang indah, kini seperti hamparan kubangan yang berkelok-kelok akibat pengerukan alat berat yang tidak teratur.

Seyogyanya, cinta tanah air dapat dibuktikan tidak hanya dengan memanfaatkan kekayaan alam sewajarnya, akan tetapi juga turut menjaga kelestariannya.

Perlu kesadaran dari masyarakat setempat dan aturan yang tegas dari pemerintah yang menaungi daerah tersebut untuk menindak lanjut oknum-oknum yang hanya mengenyangkan perutnya sendiri dan menertibkan perusahaan-perusahaan nakal.

Sebagaimana bom waktu yang dapat meledak kapanpun, jika tidak mengembalikan fungsi alam sebagaimana mestinya.(Bintang Rosada).

Penulis : Bintang Rosada, M.Pd Dosen Bahasa dan Sastra Arab STAIN Mandailing Natal.

Admin  : Iskandar Hasibuan .

Komentar

Komentar Anda

  • Dina Sukandar

    Related Posts

    RS.Permata Madina Berkah Dimata Masyarakat Tabagsel (3).

    Setelah Ketua LSM.Merpati Putih Tabagsel Khairunnisyah, giliran Ketua DPD.KNPI Mandailing Natal, Khairul Amri.SH, Memperkirakan Dua(2) Tahun lagi, RS.Permata Madina Berkah yang dipimpin dr Safii Siregar.Sp.OG, akan mampu menjadi Rumah Sakit…

    Read more

    Continue reading
    Warga Datangi Redaksi Malintang Pos, Dana Desa Sunduton Tigo TA 2024 Dilaporkan

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online): Warga Desa Sundutan Tigo Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal, dipimpin Kaslan Lubis, Mendatangi Redaksi Media PT.Malintang Pos Group di Jalan Bermula Kelurahan Panyabungan II Kecamatan Panyabungan, untuk menyampaikan…

    Read more

    Continue reading

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.