
M.BATANG GADIS(Malintangpos Online): Imbauan pemerintah untuk belajar dari rumah selama pandemi covid-19, ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Kenapa..? Karena Anak-anak yang tinggal di desa-desa kesulitan mengakses internet layaknya anak-anak di kota.
Para siswa di beberapa desa di Kabupaten Mandailing Natal,Provinsi Sumatara Utara, contohnya. Mereka harus berjuang ekstra keras berjalan kaki sepanjang 6 Km untuk mencari koneksi internet agar bisa belajar secara daring.
Setiap pagi, beberapa siswa SMPN 4 Desa Manuncang,Kecamatan Muara Batang Gadis,harus berjalan kaki lebih dari satu jam untuk mencari satu-satunya titik lokasi yang ada koneksi internetnya.
Seperti yang terlihat pada rabu (29/7)pagi. siswa Kelas 2 SMPN Desa Manuncang,Kecamatan Muara Batang Gadis,Kabupaten Mandailing Natal,bersama beberapa siswa lainnya berangkat pukul 08:00 tidak mudah untuk mencapai titik lokasi tersebut, lebih-lebih jika turun hujan. Butuh perjuangan ekstra dan kehati-hatian karena jalanan licin dan dipenuhi semak belukar.
Begitu tiba di lokasi, mereka mulai mencari posisi, lalu menghidupkan telepon seluler dan mulai mengakses internet. Mereka langsung belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan guru secara daring.
Tak ada keluhan dan raut wajah kelelahan tidak terlihat sedikitpun di wajah anak-anak tersebut. Anak-anak ini tetap semangat belajar dalam keterbatasan.
Mereka berharap koneksi internet bisa tersedia secepatnya didesa mereka. Beberapa desa yang saat ini masih kesulitan akses telepon dan internet adalah Desa Panunggulan, Desa Tagilang Julu,dan Desa Suka Makmur.
Ini satu-satunya lokasi yang ada sinyal pak kepada awak media ini,sejak belajar di sekolah ditiadakan dan diminta belajar di rumah menggunakan internet, maka hampir setiap hari Kamis harus datang ke lokasi sinyal ini. Desa kami belum ada sinyal. Untuk telepon saja sulit, apalagi internet,” ungkapnya mata berkaca-kaca.
Di tempat ini, lanjutnya, kami bisa belajar menggunakan akses internet, dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. “Susah internetnya. Kadang-kadang putus internetnya sehingga cukup mengganggu. Tapi mau bagaimana lagi? Karena ini satu-satunya lokasi signal, walaupun harus berjalan kaki selama 1 jam sepanjang 6 km lebih untuk tiba di sini,”tuturnya.
Dia mengaku kadang-kadang merasa takut untuk datang ke lokasi.
“Karena tempat ini banyak semak belukarnya, tapi mau bagaimana lagi? Mudah-mudahan kondisi bisa normal lagi karena kami pingin bisa sekolah lagi seperti dulu. Mudah-mudahan desa kami bisa secepatnya dipasang sinyal internet agar kami tidak lagi kesulitan mencari signal,” ungkap siswa itu.(PAR)
Admin : dita risky