Vaksinasi Idiologi Sangat Penting. Virus Anti Pancasila Ditengah Pandemi Covid -19

PANYABUNGAN(Malintangpos Online):  Pandemi Virus Corona (Covid-19) berpotensi memicu kebangkitan ideologi radikal.

Hal tersebut sampaikan oleh Moechtar Nasution, Sekretaris Dewan Pakar MPC PP Madina dalam sesi tanya jawab saat Talk Show “Refleksi G30S/PKI ;membumikan nilai-nilai Pancasila, merajut kolektifitas, membangun solidaritas ditengah pandemi Covid-19 ” yang dilaksanakan Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Mandailing Natal, di Cafe Kopinta, Panyabungan, Jumat (08/10).

” patut diwaspadai potensi bangkitnya nilai-nilai, paham individualisme, komunisme, intoleransi, separatisme, radikalisme, terorisme, dan etnonasionalisme di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19,” sebutnya.

Sekretaris Dewan Pakar MPC.PP Madina

Oleh karena itu, Moechtar meminta perang terhadap pandemi Covid-19 dilakukan dengan peningkatan ketahanan ideologi masyarakat, selain dengan penguatan tubuh dengan vaksinasi yang dilancarkan pemerintah.

Selain vaksinasi untuk mencapai tingkat kekebalan imun dikalangan masyarakat, hal yang penting juga saat ini ujarnya adalah melakukan vaksinasi ideologi Pancasila secara massif, gradual, dan terpadu sehingga potensi ancaman, ganguan, hambatan yang ingin menggantikan Pancasila sebagai Idiologi Bangsa dapat secara dini dideteksi, ditangkal, dan dicegah.

Lebih lanjut, Moechtar yang juga ASN di Badan Kesbangpol Madina menyebutkan melalui vaksinasi ideologi tersebut akan dapat merekatkan kembali persatuan dan kesatuan sebagai sesama anak bangsa.

“Sesungguhnya hal ini yang sangat dibutuhkan bangsa dewasa ini apalagi kita tengah dihadapkan pada kompleksitas permasalahan bangsa dan juga perubahan dunia yang semakin cepat akibat revolusi industri 4.0 dan juga Society 5.0.” sebutnya serius

“Saya percaya, wabah Covid-19 justru akan semakin memperkuat ketahanan ideologi Indonesia. Karena, Covid-19 tidak hanya menjadi tantangan, tetapi menjadi peluang baru bagi Indonesia” paparnya.

Dihadapan forum itu, Moechtar juga menjelaskan bahwa tidak selamanya yang menganut paham komunisme itu hanya orang atheis namun belajar dari sejarah justru banyak juga orang yang memiliki pengetahuan agama yang mumpuni menjadi pengikutnya.

“ini jelas terekam dalam sejarah, bagaimana kemudian Sarekat Islam (SI) berhasil disusupi paham komunisme sehingga pecah menjadi Sarekat Islam Putih dan Sarekat Islam Merah. Dan banyak juga perlawanan terhadap kolonialisme Belanda diaktori mereka yang terkontaminasi paham komunis itu diantaranya H.Misbach di Surakarta yang kemudian akhirnya dibuang ke Papua dan seterusnya dan seterusnya”

Untuk itulah,urainya melalui forum seperti ini kita ingin mengintrodusir pemahaman kebangsaan khususnya kepada generasi milineal sehingga tercipta kesadaran bersama bahwa ancaman terhadap anasir anasir yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa itu akan tetap terjadi dimasa ini dan dimasa yang akan datang.( Kolomnis/ Red)

 

Admin : Iskandar Hasibuan

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.