

PANYABUNGAN SELATAN (Malintangpos Online) : Masyarakat lima Desa yang ada Kecamatan Panyabungan Selatan yakni Desa Pagaran Sigala-Gala, Jembatan Bosi, Kelurahan Tano Bato, Desa Hutarimbaru dan Kayu Laut, terus waspada dengan ancaman tanah longsor dari Torgangga yang tepat berada di antas lima Desa tersebut.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Malintangpos Online di lapangan bahwa torgangga yang juga pada tahun 1915 yang lalu juga pernah mengamuk yang menyebabkan Tano bato luluh lantak akibat dihantam banjir dan tanah longsor.
Sekarang ini Tor Gangga kembali mengancam ribuan kepala Keluarga di lima Desa di Kecamatan Panyabungan Selatan tersebut, dimana berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa kondisi bukit tersebut sekarang hulu sungai Sigala-gala telah ditutupi oleh lumpur dan dan kayu-kayu besar berada di hulu sungai.
Adanya lumpur yang diperkirakan sedalam lebih kurang sembilan meter di hulu sungai Sigala-gala tersebut diperparah lagi dengan retaknya tanah tor Gangga sehingga dikwatirkan apabila hujan terus menerus maka gunung tersebut akan retak yang dapat mengancam ribuan jiwa di lima desa tersebut.

Camat Panyabungan Selatan Syamsir yang dijumpai di kantor Camat membenarkan bahwa dalam beberapa hari terakhir ini masyarakat yang ada di lima desa tersebut kwatir akan terjadinya tanah longsor akibat bukit tor sigangga kondisinya sudah retak yang sewaktu-waktu dapat meluluh lantakkan desa-desa yang ada di bawahnya.
Dijelaskan Syamsir bahwa demi untuk mengantisipasi kekawatiran masyarakat tersebut pihaknya sekarang ini sudah mendirikan posko-posko di lima desa tersebut dan satu posko utama yang berada di kantor Camat Panyabungan Selatan.
“Memang kondisi hulu sungai Sigala-gala dipenuhi lumpur, dan kita sudah langsung meninjau ke lokasi, sehingga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diingini maka kita sudah mendirikan posko di masing-masing desa,” katanya.
Lebih lanjut diterangkan Syamsir bahwa pihaknya juga telah membuat laporan kepada Bupati Mandailing Natal dan memberikan telaahan kepada Bupati agar dapat menurunkan tim ahli geologi untuk mengkaji kemungkinan yang akan terjadi akibat retaknya bukit tersebut.
“Kita juga membuat posko di lokasi untuk mengantisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diingini, sehingga dengan begitu masyarakat yang ada di lima desa tersebut dapat diungsikan sedini mungkin,” terangnya.
Memang sekarang lahan masyarakat yang ada di tor gangga tersebut sudah banyak yang tertimbun oleh longosor, diperkirakan ada 40 lebih lahan masyarakat sudah tertutup oleh longsor, untuk itu kita terus melakukan siaga untuk dapat mengungsikan warga apabila terjadi hal-hal yang tidak diingini.
“Berdasarkan informasi dari pihak Kabupaten Bapak Bupati sudah menyurati Provinsi untuk dapat secepatnya menurunkan ahli geologi mengkaji dampak yang akan ditimbulkan akibat retaknya tor gangga tersebut,” lanjut Syamsir.
Dijelaskan Syamsir bahwa posko yang ada di sekitar perbukitan tor gangga tersebut memiliki 10 personil yang diambil dari masyarakat dan pihak Kecamatan, dimana gunanya untuk memberikan signal ke bawah ini apabila sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak diingini.
“Kita sudah mengumpulkan seluruh Kepala Desa dan Lurah yang diperkirakan terkena dampak, dan yang tidak terkena dampaknya, sehingga nantinya masyarakat mengetahui apa tindakan yang akan diambil oleh masing-masing desa apabila terjadi hal-hal yang tidak diingini,” akhiri Syamsir. (Tim)
Admin : Dina Sukandar A.Md