MEMBACA Tulisan Akhir Matondang, tanpa se Izinnya, Malintang Pos Group langsung Mengutifnya dan mengajak seluruh lapisan masyatakat agar ikut serta Membantu Nisah yang sangat membutuhkan biaya.
” Menunggu keajaiban ” Itulah yang dilakukan Khoirunnisah. Sang hafidz Qur’an asal Mandailing Natal (Madina), Sumut yang lulus beasiswa di Universitas Al-Azhar, Mesir, ini belum bisa daftar ulang karena tidak punya uang.
Waktu daftar ulang Al-Azhar tahun 2021 ditutup pada, Jumat (11/6-2021), atau sekitar enam hari lagi. Biayanya sekitar Rp7 juta. “Saya punya keinginan sekolah disana, tapi keluarga kami tak mampu. Mudah-mudahan ada dermawan yang mau membantu,” sebut Nisah, begitu ia disapa, seperti dikutif dari Beritahuta, Sabtu malam (5/6-2021).
Raut wajahnya tampak sedih. Warga Banjarsibaguri, Kelurahan Panyabungan III, Kecamatan Panyabungan, Madina, ini mengaku sudah melakukan berbagai upaya agar bisa mewujudkan keinginan menuntut ilmu di Mesir, namun dana yang didapat masih jauh dari cukup.
Menurutnya, peserta seleksi beasiswa Al-Azhar dari Sumut pada 2021 sebanyak 400-an orang. Setelah tes tahap pertama tersisa 70 pelajar, lalu tes kedua ditetapkan 50 pelajar dinyatakan lulus, termasuk santri Pesantren Darul Ikhlash, Dalan Lidang, Panyabungan, Madina ini.
“Beasiswa yang saya dapat bebas uang kuliah. Biaya daftar ulang, dan lainnya ditanggung sendiri,” kata putri bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Amastua Nasution (alm) dan Ummi Rangkuti (53).
Dalam proposal yang dibuat Nisah, terdapat surat keterangan dari Pesantren Darul Ikhlash yang menyebutkan, Nisah hafal Al-Qur’an 30 juz, punya prestasi akademik dan akhlak yang baik. Selain itu, sudah enam tahun jadi santri di pesantren itu dan berasal dari keluarga tak mampu.
Nisah memang dilahirkan dari keluarga miskin. Mereka mengontrak rumah sangat sederhana di Panyabungan III. Sang ayah meninggal pada 2008, sementara ibunya sehari-hari berjualan sayur dan abu gosok di Pasar Baru, Panyabungan. Penghasilannya sekitar Rp500 ribu per bulan.
“Godang do roa baya, cuma epeng nai do. Bia mantong ningku, manganpe susah (Besar keinginan saya, tapi uangnya. Saya mau bicara apa, makan saja susah-red,” kata Ummi Rangkuti berlinang air mata.
Nisah mengatakan, setelah bayar daftar ulang Rp7 juta, masa perkuliahan baru dimulai Desember 2021. Pada saat itulah diperlukan lagi dana lainnya, termasuk ongkos. Untuk biaya sehari-hari di Mesir, ditaksir sekitar Rp1,5 juta per bulan.
Nisah, yang lahir 29 Agustus 2002 adalah santri berprestasi. Piagam penghargaan didapat antara lain dari: Huffazh Center Indonesia (HCI) sebagai al-hafizhah 30 juz yang disahkan oleh Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar, MA. (2019); Juara 1 golongan 20 juz putri hafidz Qur’an pada MTQ Madina (2020); juara harapan 1 hafidz Qur’an golongan 10 juz pada MTQ XIX Madina (2020); dan juara 3 hafidz Qur’an yang diadakan Polres Tapanuli Selatan (2019).
Siapa tahu ada di antara masyarakat berniat membantu cita-cita Nisah kuliah di Al-Azhar, Mesir, bisa menghubungi redaksi Beritahuta melalui Whatsapp:0813-7929-744(*)
Peliput / Tulisan : Akhir Matondang
Admin : Iskandar Hasibuan.