MERUPAKAN Suatu bukti nyata dilokasi Banjir Bandang yang melanda wilayah Panyabungan Utara, Bukit Malintang, Hutabargot dan Panyabungan Barat Kabupaten Mandailing Natal,mayoritas yang meluluh lantakkan baik rumah maupun areal persawahan masyarakat adalah banyaknya kayu bulat yang sudah lapuk tertinggal, sehingga menimbulkan pertanyaan ditengah-tengah masyarakat.
Maksudnya..? Banjir Bandang disebabkan luapan Aek Patabotung Kecamatan Bukit Malintang,terlihatnya gelondongan kayu-kayu besar yang telah lapuk nyangkut dibawah Jembatan Aek Patabotung yang dulunya telah dip rotes oleh masyarakat adanya tiang penyangga ditengeh-tengah aliran sungai, sehingga setiap sungai meluap, maka kayu-kayu besar nyangkut dan akhirnya membuat wilayah itu banjir seperti Minggu malam lalu(26-3).
Begitu juga dengan meluapnya Sungai(Aek) Sarir diwilayah Kelurahan Longat Kecamatan Panyabungan Utara,terlihat dengan jelas kayu-kayu bulat yang sudah lapuk bertumpuk di sekitaran sungai, sehingga menabrak rumah-rumah penduduk yang ada di sekitar DAS yang sungainya meluap, makanya banyak rumah yang rusak disebabkan luapan sungai yang datangnya tiba-tiba.
Timbul pertanyaan, siapakah yang melakukan penebangan…? Apakah warga yang membuka perkebunan dihulu atau disekitar hulu sungai yang meluap, bisa jadi, sebab para gelimpangan, giliran sungai meluap, tidak satu pengusaha yang membuka perkebunan yang mau mengaku bertanggung jawab, justuru jika diberitakan media, maka si pengusaha mencak-mencak dan menuding media melempar fitnah.
Giliran banjir datang, maka akan dituding Pemerintah Mandailing Natal yang lebih dahulu disalahkan, apalagi jika alat berat terlambat datang, maka masyarakat akan menuding pihak Pemda Madina Cq.PUPR Madina yang lamban kerja, padahal semua kejadian yang muncul adalah akibat keserakahan manusia yang sesuka hatinya membuka perkebunan tanpa memikirkan kerugian masyarakat dimasa mendatang( Bersambung) .
Admin : Dina Sukandar Hasibuan.A.Md