Cita -Cita Menjadi Dokter, Wirda Bantu Ibu Jual Kacang Goreng

Seorang siswi MAN 1Plus Keterampilan Mandailing Natal, yang sangat membutuhkan ” Beasiswa ” untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter guna untuk membantu keluarga yang kurang mampu nantinya.

Siapa dia..? Semua orang tentu menginginkan hidup yang layak dan serba berkecukupan, namun pada kenyataannya banyak orang yang belum beruntung dan mengalami kesulitan dalam hal ekonomi.

Sudah tentu diperlukan kerja keras kesabaran ketekunan untuk bertahan hidup.

Hal itulah yang dirasakan gadis cilik Wirda Ropikoh seorang penjual kacang rebus keliling yang setiap harinya hanya ingin membantu kehidupan keluarganya.

Wartawan Syahren Hasibuan mencoba menelusuri kisah dan tempat tinggal adek penjual kacang rebus keliling itu di Desa Tebing Tinggi Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal Sabtu 9 Januari 2021.

Gadis kecil penjual kacang rebus keliling ini anak ke empat dari pasangan Arif Nasution (60) Nursan (50) , Wirda memiliki 7 saudara, satu sudah menikah dan yang paling kecil umur 6 tahun.

Wirda Ropikoh (15) menceritakan awalnya saya berjualan kacang rebus keliling ini sejak bapak jatuh sakit, saya kasihan melihat ibunda sendirian yang menanggung semua kebutuhan keluarga kami “ujarnya dengan logat Mandailing.

Kata Wirda, setiap hari kerja saya berjualan keliling ke areal kantor bupati setelah pulang dari sekolah MAN 1 Plus Keterampilan Mandailing Natal

” kalau di hari libur mencari lokasi pesta tempat berjualan “tutur gadis cilik yang bercita cita jadi dokter tersebut.

Ibunda Wirda, Nursan (50) menuturkan setiap hari kami berdua berjualan keliling bisa mendapatkan keuntungan Rp 60.000 sampai Rp 75.000 perhari “ujarnya

Nursan, saya tidak pernah mengajak Wirda untuk ikut berjualan kacang rebus keliling, itu keinginannya sendiri, aku ingin membantu ibu agar bisa menutupi kebutuhan keluarga kita “ucapnya menirukan kata putrinya.

Kata dia, terkadang saya kasihan melihat anak saya Wirda ,apalagi dengan penyakit yang ia derita, (usus turun), Wirda tidak pernah mengeluh bahkan tak jarang ia pingsan ketika penyakitnya kambuh pada saat berjualan keliling “tuturnya sambil mengusap air mata dengan logat Mandailing.

Arif Nasution menuturkan di rumah berdinding kayu inilah saya dan istri serta Wirda dan adek – adeknya tinggal, dengan kondisi rumah yang tidak memungkinkan lagi, belakangan ini kami numpang tidur di rumah nenek Wirda “ujarnya

Disebutkan, Sejauh ini segala bentuk bantuan dan program pemerintah kami tidak pernah mendapatkan apapun itu jenisnya, yang ada hanya BPJS dan bantuan Dana Desa.

“Saya sangat berharap kedepan adanya bantuan biaya sekolah untuk anak – anak saya dan juga saya bisa mendapat program bantuan lainnya ” katanya juga dengan logat bahasa Mandailing (Syahren)

 

Admin : Iskandar Hasibuan.

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.