Bayangan saya, kalau Batu Jomba ada di Sumbar, sudah lama dibuat jalan layang di atasnya, bahkan sudah menjadi ikon wisata. Tapi karena ada di Sumut, dibiarkan satu generasi. Seolah-olah keniscayaan dan warga negara harus sabar.
Itu biadab namanya pemerintahnya, baik pusat maupun daerah. Apalagi dibangun opini yang menyesatkan, kalau-kalau lokasi itu patahan bumi, sehingga berapa truk batu pun ditimbun, akan disedot patahan itu.
Solusi apa sih yang tidak ada? Masa 30 tahun selalu menjadi pusat kemacetan? Astaga, apa segoblok itu Indonesia?
Bayangkan ketika semalam enam jam macet di sana. Kalau dia politisi, terlambat rapat keputusan penting, apa jadinya? Kalau dia pebisnis harus menghadiri forum penting, apa jadinya. Atau kalau Anda bawa anak, masuk angin, minta makan, duit pas-pasan, bisakah Anda bayangkan? Atau berapa kerugian pengendara ketika berjam-jam harus menghidupmatikan mobil? Minyak, tingkat keausan, penyusutan, dst. Itu semua hal yang bisa dihitung menjadi angka kerugian publik.
Ayo kita gugat ramai-ranai. Karena class action itu hak warga negara. Kita kecelakaan saja karena jalan berlobang boleh menggugat negara, apalagi kerugian satu generasi karena Batu Jomba.
Ayo anak muda. Harus respek atas hak-hak warga negara. Berhentilah berharap dari para anggota DPR RI yang nyaman duduk di kursinya. Yakinlah, mereka tidak akan melewati jalan itu, karena ia naik pesawat. Karena itu ia tak paham apa rasanya menunggu enam jam dalam mobil bak terbuka, tanpa selimut. Apa rasanya menahan berak karena WC tak ada, enam jam pula.
Bukan soal menang atau kalah dalam class action. Tapi, setidaknya menunjukkan ke pemerintah bahwa warga negara itu berhak atas kenyamanan berkendara.
Ah, ingin sekali saya berselfi-ria dengan mereka anggota DPR RI asal Sumut di Batu Jomba. Di tengah antrian, di tengah penumpang anak-anak yang lemas, di tengah penumpang lansia yang gelisah karena berjam-jam menahan kencing, lalu kami bersama sama mengepalkan tangan ke atas sambil berteriak: Hidup partai Nganu! Hidup Negeri Bedebah!
Dikutip dari Akun Askolani II
Admin : Iskandar Hasibuan