Hilangnya Madina Yang Madani

Mandailing Natal (Madina), merupakan Kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Barat.

Nama Mandailing Natal sendiri tidak terlepas dari sejarah panjang yang mengaitkan antara dua bahasa; Mandailing dan Minangkabau NATAR.

Salah satu semboyan terkenal dari Kabupaten Mandailing Natal , sebagai serambi makkah Sumatera ialah “Bumi Gordang Sambilan, Madina Bersyukur Madina Berbenah Menuju Masyarakat Madina Yang Madani”, menggambarkan keberbudayaan dan kebermartabatan betapa harmonisnya antar pemeluk suku, budaya, agama yang hidup berdampingan di dalamnya dengan membangun peradaban yang bermartabat sebagai negeri yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghofur (yang baik alam dan perilaku penduduknya).

Pesona alam Madina dalam sajak “ Sibulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk “ merupakan sajak monumental yang pernah dipopulerkan oleh salah satu putra daerah Mandailing Natal bernama Williem Iskandar (Sati Nasution) untuk menggambarkan potensi sumber daya alam daerahnya.

Nama Wiliem Iskandar sendiri diabadikan sebagai salah satu nama jalan untuk mengenang jasanya.

Dikenal sebagai sosok penulis dan tokoh pendidikan, Williem Iskandar tidak hanya menanamkan dan mengembangkan mutu pendidikan kedaerahan yang menjadi referensi pendidikan saat ini, akan tetapi sebagai penyair besar terkenal, ia juga tidak lupa untuk mempopulerkan tanah kelahirannya (Mandailing Natal) sebagai kabupaten yang indah yang dihiasi dan dikelilingi oleh perbukitan dan gunung, bahkan beberapa sumber daya alam Madina seperti emas, kopi, beras, dan kelapa terkenal sampai ke daerah tetangga.

Tak jarang beberapa sumber daya alam diproduksi dalam jumlah besar untuk dikirim ke kota-kota besar sampai pada pelososk negeri.

Di balik keindahan Madina, terdapat cerita pilu yang membersamai keindahanannya. Beberapa dapat dilihat dari berbagai berita online maupun offline yang terus- menerus memberitakan tentang pencemaran alam.

Masyarakat mulai menyuarakan jeritan hatinya sebagai korban daripada ulah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab atas nama kepentingan pribadi semata.

Sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Madina, terutama sebagian besar masyarakat yang hidup di lokasi penambangan emas.

Sungai Batang Natal menjadi sungai terperparah yang terkena dampak pencemaran ,yang merupakan salah satu sungai terpanjang di Madina yang menjadi muara bagi sungai-sungai kecil seperti sungai muara Parlampungan dan sungai Simanguntong.

Ironinya, sungai tersebut menjadi salah satu sumber kehidupan utama bagi orang banyak, terutama yang bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.

Penambangan dibarengi dengan pengerukan secara berlebihan berpotensi menyebabkan suspensi dan sedimentasi, sehingga limbah yang terbuang kembali ke sungai menyebabkan sungai rusak dan tercemar.

Air yang tadinya jernih berubah menjadi kuning kesat, bahkan ketika hujan datang lumpur tinggi mengendap di bawah permukaan. Akibatnya air yang dapat digunakan sebagai sumber kehidupan sehari-hari berubah fungsi dan menjadi ketakutan bagi masyarakat di masa mendatang.

Terlebih gejala-gejala akibat pencemaran air sungai mulai dirasakan oleh kebanyakan masyarakat Batang Natal, seperti gatal-gatal, beralihnya pengairan air sawah, bahkan masyarakat harus memutar otak untuk dapat mendapatkan air bersih, baik untuk keperluan pribadinya maupun untuk mengairi mata pencahariannya (sawah).

Miris, masyarakat lokal tidak dapat menikmati hasil buminya bahkan mengembangkan potensi alam di sekitarnya.

Jangankan untuk mengembangkan potensi alamnya, untuk sekedar memenuhi kebutuhan keluarga, mereka harus dapat memutar otak dan memikirkan cara lain sebagai solusi daripada pengurasan alam secara besar-besaran oleh pihak-pihak tertentu yang justru bukan sebagai masayarakat asli batang natal.

Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin tertindas, istilah sudah jatuh tertimpa tangga pula menjadi istilah yang pas untuk menggambarkan keadaan masyarakat Batang Natal.

Banyak perusahaan atas nama pribadi lalu lalang dan silih berganti menggunakan eskapator di sekitar bantaran sungai sampai ke tengah untuk menambang emas secara besar-besaran, bahkan perusahaan-perusahaan illegal tersebut menyampingkan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan bagi masyarakat yang hidup di area sungai.

Dengan mata telanjang kita saksikan pemandangan sungai yang morat-marit tak beraturan dengan aliran air kuning pekat.

Tahun ke tahun penambangan emas liar makin meresahkan, bahkan sampai pada titik perumahaman warga setempat. Lambat-laun bukan hanya kesehatan masyarakat yang terancam, akan tetapi kehidupan pun akan mulai suram yang sewaktu-waktu terancam oleh berbagai bencana alam.

Belakangan masyarakat yang hidup dari persawahan dan pertanian mulai berfikir untuk beralih profesi sebagai penambang emas manual, karena air sungai yang sudah tercemar tidak mungkin dapat digunakan.

Alhasil, masyarakat yang ingin mengubah jalan hidupnya melalui penambang emas manual (mardompeng) menyampingkan rambu-rambu keselamatan kerja demi dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Beberapa kasus kematian konyol penambang emas sudah tak asing di telinga dan surat kabar.

“Madina yang madani” sebagaimana yang digaungkan oleh pejabat pemerintahan sampai pada petinggi-petinggi daerah untuk menggambarkan kondisi Madina, selaku bumi gordang sambilan, negeri yang senantiasa berbenah, sebagai negeri yang baik alam dan perilaku penduduknya mulai lekang oleh waktu.

Madina sedang tidak baik-baik saja, penting berbagai pihak mulai menyadari dan membuka mata, bahwa korban penguasa dengan dalih penambang emas mulai berjatuhan.

Satu persatu hidup masyarakat mulai terancam. Kepedulian akan kesejahteraan hidup masyarakat Batang Natal khususnya dan ketegasan pihak berwenang untuk menumpas tuntas penambang emas liar sangat dinantikan, karena ancaman bom waktu akan terus mengintai jika tidak mengembalikan fungsi alam sebagaimana mestinya.( Bintang Rosada)

Penulis : Bintang Rosada

Dosen STAIN Mandailing Natal

Admin : Dita Risky Saputri.SKM.

Komentar

Komentar Anda

  • Dina Sukandar

    Related Posts

    “17 Tahun Gerindra Berjuang Tiada Akhir ” Diperingati DPC.Gerindra Mandailing Natal

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online): ” 17 Tahun Gerindra Berjuang Tiada Akhir ” itulah Thema HUT Ke – 17 Gerindra, yang diperingati di Kota Panyabungan, Kamis(6/2) oleh DPC.Gerindra Mandailing Natal dibawah Kepemimpinan H.Erwin…

    Read more

    Continue reading
    H.Zainuddin Nasution.S.Sos Terima Anugrah Malintang Pos Award di HUT Ke -17 Gerindra

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online): Bendahara DPC.Gerindra yg juga anggota DPRD Mandailing Natal 2 Priode( 2019 -2024 dan 2024 – 2029) H.Zainuddin Nasution.S Sos, Menerima Anugrah Malintang Pos Award di acara HUT Ke…

    Read more

    Continue reading

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.