Peperangan seperti halnya bagian dari siklus alam yang paling ditakuti tapi tidak bisa dihindari.
Perang yang saat ini terjadi antara Negara Rusia dan Ukraina di prediksi akan menjadi perang dunia ke-3.
Konflik yang terjadi antara 2 Negara sebenarnya berlangsung sudah sangat lama, bahkan diawali dari Ukraina yang memutuskan untuk melepaskan diri dari Uni Soviet di tahun 1991.
Ukraina adalah Gambaran dari Negara yang merasa “terzolimi” oleh Rusia lalu berusaha meminta perlindungan pada NATO, dan hal tersebut memancing kemarahan Rusia, sehingga Rusia memutuskan untuk memerangi Ukraina.
Pada dasarnya rakyat Ukraina tidak ada yang menginginkan terlibat dalam konflik apalagi sampai berujung pada peperangan.
Karena ancaman yang tergambar dari peperangan adalah kehancuran, kematian, kelaparan, rasa putus asa, kesedihan, kehilangan harta benda, kehilangan orang – orang yang dicintai dan kehidupan suram di masa yang akan datang.
Bagi Negara Rusia yang memiliki senjata Nuklir sebagai kekuatan terbesarnya, namun juga tidak dapat menghindari fakta bahwa adanya penggelontoran kas Negara yang sangat besar untuk membiayai semua kebutuhan dalam masa penyerangan, belum lagi beberapa Negara seperti Taiwan, Uni Eropa, Australia, Amerika dan Jepang memilih untuk memberikan sanksi sosial maupun Ekonomi bagi Negara Rusia yang akan memberikan dampak buruk bagi perdagangan Internasional dan stabiltas Negara.
Hal yang perlu diluruskan dalam memahami konflik antar Rusia dan Ukraina adalah konflik ini adalah konflik geopolitik, yang berarti konflik yang dilatar belakangi atas unsur politik dan wilayah, Tidak ada unsur agama di dalamnya apalagi agama Islam.
Karena kita ketahui bersama Presiden Rusia yiatu Vladimir Putin beragama Kristen. Sedangkan Mayoritas Penduduk Rusia 80% beragama Kristen Ortodoks, sisanya beragama Budha, Yahudi dan Islam.
Sedangkan Presiden Ukraina yaitu Volodymyr Zelensky beragama Yahudi dan penduduknya 83 % mayoritas beragama Katolik Ortodoks sisanya Yahudi, Budha, Hindu dan Muslim.
Yang harus kita sadari bahwa ketika berbicara perang, maka ini bukan saja tentang kedua Negara yang sedang ber konflik, namun juga tentang kedamaian dunia.
Apalagi perang ini melibatkan NATO sebagai kekuatan besar yang bersinggungan dengan kedua blok, blok timur dan blok barat.
Sejarah memiliki catatan Kelam tentang blok barat dan blok timur yang terbentuk pasca perang dunia ke- 2.
Ada Negara- Negara besar di balik kedua blok tersebut. Itu sebabnya perang ini tidak bisa dianggap isapan jempol belaka.
Sebagai salah satu Negara non-blok yang juga mengusung perdamaian, Indonesia tetap harus mawas diri.
karena perang dunia bukan berarti banyak meilibatkan Negara namun dampak dari peperangan tersebut dapat dirasakan ke seluruh dunia.
Selain itu dampak yang akan dirasakan oleh Indonesia akibat dari perang geopolitik antara Ukraina dan Rusia adalah tingginya harga minyak dunia yang akan mempengaruhi harga bahan bakar bensin, Bahan bakar minyak impor, LPG, emas, nikel, kelapa sawit, bursa saham Asia yang juga akan merosot tajam dan hal tersebut akan mempengaruhi stabilitas ekonomi Negara.
Meskipun masih prediksi sudah saatnya Indonesia memiliki ancang- ancang untuk masa depan Negara.
Kalaupun perang dunia ketiga akan terjadi, setidaknya Indonesia sudah memiliki strategi pertahanan yang kuat. Baik dari segi ekonomi, ketahanan pangan, maupun keamanan Negara.
Karena belajar dari perang dunia ke- 2 dampak yang dirasakan saat itu adalah ekonomi Indonesia hancur, dan rakyatnya sengsara.
Berada pada posisi politik non blok bukan berarti Indonesia tidak memiliki sikap terhadap konflik Rusia dan Ukraina.
Melalui PBB Indonesia harus menyuarakan agar serangan yang dilakukan oleh Rusia harus dihentikan dan mengutamakan jalur damai melalui diplomasi.
Indonesia juga harus mendesak PBB untuk melakukan tindakan nyata dalam pencegahan perang agar tidak berlangsung lebih jauh dan situasi lebih memburuk yang dapat mempengaruhi keamanan dan kedamaian dunia.( Red)
Penulis : Susanti Hasibuan M.A. Hum
Dosen Prodi Manajemen Dakwah
STAIN Madina.
Admin : Iskandar Hasibuan.