Juni Bulan Soekarno Kilas Sejarah dari Bandung, Ende dan Blitar [PDI Madina Gelar Upacara dan Rangkaian Baksos](2)

Menggali Pancasila

Anak Yatim Desa Manyabar Kec.Panyabungan

Hal senada juga terungkap dari Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso beberapa tahun lalu. Katanya, bulan Juni itu bertepatan dengan milad Pancasila, karena itu pantas disebut sebagai “Bulan Soekarno”.

“Bulan Juni adalah ‘Bulan Bung Karno’, bulan untuk menggali nilai Pancasila. Di bulan ini kita mengingat menggali nilai Pancasila,” kata Priyo Budi Santoso di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, saat itu (1/6/2011).

Priyo Budi Santoso menambahkan, saat ini nilai-nilai yang ada pada Pancasila sudah mulai luntur. Nilai-nilai tersebut di antaranya sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

“Di bulan ini seharusnya kita bisa menyetrum diri, untuk menggali nilai-nilai Pancasila bersama. Saat ini Demokrasi yang kita usung tengah mengalami cobaan yang berat, runtuhnya nilai kegotongroyongan, masyarakat yang gampang marah. Ini saatnya sebagai bangsa, harus mau berbenah diri. Bulan Juni bagi saya, adalah lahan intropeksi untuk berbenah,” terangnya seperti yang dirilis sebuah portal berita kala itu.

Lebih lanjut Priyo menilai, Bung Karno dan Soeharto merupakan dua figur terbaik yang pernah terlahir di bumi Indonesia. Dia mengaku terkejut setelah tahu mata pelajaran Pancasila sudah dihilangkan dari SD, SMP, SMA.

“Saya kira, mata pelajaran itu wajib diajarkan di sekolah. Saya khawatir generasi muda lupa di mana plurarisme dan tenggang rasa,” jelas politisi Golkar itu.

Detak Terakhir

Untuk mengenang ketegangan yang terjadi menjelang kepergiannya, kami mengutip tulisan Wartawan Harian Republika Karta Raharja Ucu Detik-Detik Meninggalnya Bung Karno (Republika.co.id).

Dia menceritakan, Wakil Presiden RI Pertama Mohammad Hatta sempat gusar mendapat kabar sahabat karibnya, Presiden RI Pertama Soekarno sedang terbaring sakit keras di rumah sakit. Baru pada 19 Juni 1970 itu, dua hari sebelum wafat, Bung Hatta dan sekretaris pribadinya, I Wangsa Widjaja, mengetahui kondisi kesehatan Sukarno yang makin memburuk.

Namun, karena kedudukan Bung Karno yang saat itu masih menjadi tahanan politik, membuat Bung Hatta tidak mudah untuk membesuk. Dia harus meminta izin terlebih dahulu kepada Presiden Soeharto melalui Sekmil Jenderal Tjokropanolo. Sakit Bung Karno Putra Sang Fajar memang dirahasiakan sehingga tidak sembarang orang boleh menjenguk.

Sesampainya Bung Hatta dan Wangsa di RSPAD, mereka menemui Bung Karno yang sedang tidak sadar. Bung Hatta mendatangi pembaringan Sukarno dengan sangat hati-hati. “Saya melihat Bung Hatta begitu sedih melihat keadaan Bung Karno,” tulis Wangsa dalam buku Mengenang Bung Hatta sebagaimana dikutip Karta Raharja Ucu.(Bersambung)

Admin : Dina Sukandar Hasibuan,A.Md

Komentar

Komentar Anda

Dina Sukandar

Related Posts

Bersyukurlah.!!! Sudah 26 Tahun Mandailing Natal Menjadi Kabupaten (2)

Minggu 09 Maret 2025 Hari Ulang Tahun ( HUT) Ke – 26 Kabupaten Mandailing Natal dan Pemerintah membuat kegiatan, antara lain bahwa Puncak perayaan HUT ke-26 Kabupaten Mandailing Natal, akan…

Read more

Continue reading
Refleksi 26 Tahun Mandailing Natal

*** Oleh Askolani Nasution *** Apakah masyarakat peduli dengan ultah Madina kali ini? Tidak. Mau ultah mau tidak, tidak menyangkut hidup orang. Semua berjalan tanpa pemerintah hadir. Memang apa tanda…

Read more

Continue reading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.