
Selamat atas pelantikan H. Saipullah Nasution dan Atika Azmi Utammi Nasution sebagai Bupati dan Wakil Bupati Mandailing Natal periode lima tahun ke depan.
Lima tahun itu sebentar. Bebannya banyak. Soal mutu pendidikan, soal Human Development Index, lapangan kerja, distribusi pendapatan, jaminan kesehatan, mutu pendidikan, tata kota, hutan kota, taman kota, lembaga berkesenian, angka literasi yang amat rendah, dan ruang untuk orang-orang berkompeten. Soal warisan budaya lagi, moralitas, dst. Banyak dan rawit.
Program pembangunan mestinya terukur. Ada yang akan dicapai, ada indikator yang terukur, dan dirasakan umat. Jangan hanya sebatas visi misi.
Saya selalu pada persepsi tidak untuk berjabat tangan. Kalau semua bergandengan tangan, siapa yang mengkritisi. Kekuasaan bukan seperti membagi-bagi kue. Itu kekonyolan demokrasi.
Bagi-bagi kue itu yang membuat Indonesia amburadul sejak masa rezim Soekarno hingga pasca reformasi. Kalau itu niatnya, bagus tak ada pemilu. Dana pemilu bagi rata saja dengan rakyat.
Kekuasaan itu bukan sebatas memenuhi surplus, tetapi mendistribusikan kemerdekaan, keadilan, dan kesejateraan sosial. Visi misi jangan hanya bahasa.
Negara harus hadir dalam setiap sisi hidup umat. Negara ada dalam kemacetan jalan, ada di belakang orang-orang sakit, ada di belakang orang yang ingin sekolah, dst. Itu ruh konstitusi.
Luas lahan tradisional kita makin berkurang. Sementara itu jumlah pencari kerja di sektor tradisional terus bertambah. Investasi macet. Dalam kondisi seperti itu, kelas menengah terpelajar kita hanya punya pilihan menjadi maling, menimbun rasa hopeless, lalu nikah dini.
Saya berharap ada tax holiday. Orang mau berinvestasi, kasih kemudahan. Lindungi sampai tumbuh. Sudah besar dia baru minta pajak. Jangan baru berdiri sudah diperas dan direcoki. Siapa yang mau invest kalau caranya begitu.
Hutan untuk rakyat perlu ditata ulang. Semacam landreform. Karena tidak semua rumah tangga punya lahan. Regulasinya seperti apa, dst.
Belum lagi soal lingkungan. Tiga puluh tahun lalu, kalau kita menyimpan minyak di botol, paginya dipastikan beku. Sekarang mana pernah begitu. Itu tanda lingkungan hidup kita rusak. Sungai kehilangan batu, berbagai spesies ikan air tawar punah.
Banyak persoalan. Renja harus perfeksionis untuk semua itu. Apa guna program muluk kalau cantolan anggarannya tidak ada. Terutama soal cagar budaya, warisan budaya tak benda, dan pengarusutamaan tingkah-laku. Rumit dan butuh komitmen.
(Askolani)
Admin : Iskandar Hasibuan.