Pejuang Awalnya Disoraki dan Dicibirkan

Pejuang dan pembaru awalnya disoraki dan dicibirkan. Ketika ia bertarung, para pendukungnya diteror, diancam, dikucilkan. Bahkan para penjual doa, khusuk mendoakannya agar tuhan tak memihak mereka.

Ketika ia mulai menguasai gelanggang, para penistanya mulai diam, mulai memuji diam-diam. Mereka mencari celah agar tampak mereka tak sepenuhnya salah. Mereka membuat pembenaran.

Dan, ketika ia memenangkan pertarungan, para penista bersorak: Kami mendukungmu, Kamu jagoan kami. Lalu semua ingin berdiri di depannya. Semua menjadi pahlawan.

Orang baik hanya akan menatap dari jauh. Sebab, ia melihat betapa banyak orang hebat akhirnya jatuh karena sorak-sorai. Bahkan buah terlarangpun tampak manis ketika ular menggoda para pertapa.

Alangkah indahnya buah ranum itu, kata nenek kita dulu. Iblis pun bersorak. Ular meliuk-meliuk sambil menjulurkan lidah merahnya yang bercabang.

Sejak itu kita terasing di bumi.

Penulis      : Askolani Nasution

Admin       : Iskandar Hasibuan.

 

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.