Pengorbanan Sebuah Harta Di Idul Adha

Biasanya hari raya ini disebut hari raya haji atau disebut idul Qurban.

Hari raya fitrah adalah hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan.

Sedangkan hari raya Idul Adha adalah hari manusia ber-udhiyah (menyembelih hewan).

Pada hari raya ini, umat muslim sedang menunaikan ibadah haji sesuai rukun Islam, bagi yang belum mampu mereka diberi kesempatan untuk berqurban.

Hal ini simbol dari sebuah ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Idul Adha menyadarkan umat muslim bahwa semua yang di dunia ini hanyalah milik Allah.

Harta, keluarga dan sebagainya adalah milik Allah.

Manusia diharuskan melaksanakan haji dan qurban agar ingat bahwa hartanya yang digunakan itu untuk lebih mendekatkan diri padanya, yang dimana umat muslim diberi cobaan dengan mengorbankan hartanya untuk beribadah.

Sama halnya, dengan sebuah ujian, umat muslim akan lulus jika ia dengan ikhlas mengerjakannya untuk ibadah haji atau mau menggunakannya untuk ber-udhiyah (menyembelih hewan), baik itu berupa sapi, kerbau, maupun kambing.

Allah telah memberikan nikmat yang lebih berupa harta, keluarga, kesehatan, dan makanan pada kita.

Karenanya, dalam sebuah kehidupan nikmat itu bisa saja ditarik kembali, maka kita sebagai manusia tidak bisa berbuat apa-apa.

Nikmat yang diberikan oleh Allah tidak hanya kita yang harus merasakan, tapi mereka yang tidak mampu atau miskin harus dapat merasakannya juga.

Kemudian, Idul Adha memberikan kenikmatan tersendiri bagi mereka yang miskin, berupa daging qurban yang hartanya dari kita ataupun orang lain yang mampu, qurban juga merupakan simbol demi membela dan membantu kaum fakir miskin.

Karena itu, alangkah indahnya kita yang sudah atau sering menunaikan ibadah haji, sesekali menggantinya dengan berqurban membagikan hartanya untuk biaya kurban kepada masyarakat fakir miskin.

Pengorbanan tidak hanya terjadi saat menyembelih, seorang yang menunaikan ibadah haji juga menjalani suatu pengurbanan lahir dan batin.

Dimana hal ini sebagai teladanan terhadap Nabi Ibrahim dan Ismail dalam pengurbanannya yang sangat besar, yang tak henti-hentinya ketika itu mereka tinggal di tempat yang tandus di sekitar Masjidil Haram berdoa agar negerinya dijadikan tempat yang aman dan dijauhi dari penyembahan berhala, tempat inilah yang akhirnya menjadikan kiblat Islam.

Sehingga membuat sebagian umat muslim ingin memenuhi kerinduan hati menunaikan ibadah haji yang dimana harus mengorbankan harta dan merasakan bertahan hidup di rumah besar Allah.

Haji ini juga mengajarkan kita untuk saling berhubungan dengan umat dari seluruh penjuru dunia yang dapat menumbuhkan rasa peduli dan meningkatkan diri dengan keimanan dan ketaqwaan.

Sebuah harta hanya sebuah pegangan, tapi pegangan hidup tidak hanya berpacu pada harta.

Jadi momentum Idul Adha membuat kita dapat merelakan sebagian harta dan menciptakan sebuah harta itu menjadi pahala atau pembentukan sebuah ketaqwaan.

Penulis : Muhammad Ridwan Pasaribu,SH.

Admin  : Dita Risky Saputri,SKM.

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.