Sakit Asma, Jul Makmur Butuh Perhatian Dermawan

Jul Makmur Warga Miskin Yang Sakit

PERSOALAN Orang Miskin Sakit adalah sudah hal yang terbiasa, yang Luar biasa adalah orang Miskin tidak pernah sakit -sakit, itu baru kita ikut bingung.

Apalagi menjadi miskin bukan keinginan kita semua, boleh jadi itu ” Sudah Takdir ” dari Allah Swt dan itulah yang terjadi terhadap Jul Makmur, sudah miskin,sakit pula dan itulah mungkin yang membuat istrinya meninggalkannnya sudah hampir 13 tahun lamanya.

Salah seorang Wartawan Madina Syahren Hasibuan, yang mendapat informasi tentang kondisi ril Jul Makmur yang hidup sebatang kara di gubuk 2×2 Meter itu, langsung membezuknya untuk mendapatkan info sebenarnya.

Cerita Syahren Hasibuan, bahwa Kisah pilu hingga saat ini masih banyak merundung sebagian warga Indonesia, tak terkecuali bapak paruh baya ini yang terpaksa harus menjalani hidup dalam kemiskinan.

Sekarang Jul Makmur tinggal sebatang kara tanpa kasih sayang dari keluarganya, bahkan diketahui, anaknya pun juga tidak berada disisinya sejak berpisah dengan istrinya.

Namun , untung masih ada orang yang berbaik hati menawarkan tempat tinggal gubuk kecil di kebun coklat dengan ukuran dua kali dua meter.

Saat Wartawan menyambagi tempat tinggal Jul Makmur di Desa Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Kamis 22/7/2021.

Jul Makmur, Beliau adalah seorang ayah paruh baya berusia (43) yang tinggal sebatang kara,  tanpa sentuhan kasih sayang daripada anak-anaknya, sementara istrinya telah menikah dengan orang lain.

“Saya tinggal di gubuk ini sekitar sebulan yang lalu, sebelum disini saya tinggal di gubuk sebelah sejak saya sakit sekitar sepuluh tahun lalu “ujarnya

Sekitar tahun 2008 saya sakit dan sejak itu istri saya pergi meninggalkan saya, lalu kabarnya menikah dengan orang lain, kami dikaruniai tiga anak, yang paling tua ikut kerja jualan sama orang dan yang dua ikut bersamanya.

Sejak sakit Asma, saya tidak bisa berbuat apa apa lagi, kadang saya paksa untuk kerja mengambil kelapa dengan monyet, tujuh sampai sepuluh langkah harus berhenti karena kondisi pisik yang tidak memungkinkan, ingin berobat tapi tidak punya uang untuk menutupi biaya kebutuhan hidup, sementara kartu bpjs pun sudah hilang “tuturnya

Dengan kondisi seperti ini, untuk menutupi kebutuhan makan sehari hari saya hanya mengandalkan belas kasihan dari kerabat dan tetangga ” katanya(Syahren)

 

Liputan; Syahren hasibuan

Admin    : Iskandar Hasibuan

Komentar

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.