TUNGKOT DI NALANDIT, SULU DI NAGOLAP

*** Oleh: Halum Musthafa Nasution. SH.***

*Madina dan beban yang dipikulnya*

Halun Mustafa Nasution.SH ( Penulis).

Mandailing Natal, sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, tengah bergelut dengan sejumlah masalah yang berakar dari berbagai aspek kehidupan.

Wilayah ini, yang kaya akan budaya dan sejarah, menghadapi tantangan besar yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakatnya secara menyeluruh.

Secara ekonomi, Mandailing Natal masih bergantung pada sektor pertanian, dengan tanaman utama seperti karet, padi, jagung, dan kopi. Namun, pendapatan dari sektor ini sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Infrastruktur yang buruk, seperti jalan yang tidak memadai dan akses pasar yang terbatas, menghambat perkembangan ekonomi lokal.

Ketergantungan pada pertanian yang tradisional dan kurangnya diversifikasi ekonomi membuat masyarakat rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan iklim.

Di bidang sosial, Mandailing Natal menghadapi berbagai tantangan terkait dengan pendidikan dan kesehatan.

Akses pendidikan yang terbatas, terutama di daerah terpencil, menyebabkan tingkat putus sekolah yang tinggi dan kualitas pendidikan yang rendah.

Sistem pendidikan yang belum sepenuhnya memadai ini berakibat pada rendahnya keterampilan dan peluang kerja bagi generasi muda.

Di sektor kesehatan, fasilitas kesehatan sering kali kurang memadai, dan akses ke layanan kesehatan berkualitas masih terbatas.

Ini mengakibatkan tingginya angka kematian ibu dan anak, serta prevalensi penyakit menular yang sulit dikendalikan.

Kurangnya tenaga medis dan fasilitas yang memadai semakin memperburuk kondisi kesehatan masyarakat.

Lingkungan juga merupakan area yang memerlukan perhatian serius. Deforestasi dan konversi lahan untuk pertanian dan perkebunan menyebabkan penurunan kualitas tanah dan kerusakan ekosistem.

Tambang ilegal di aliran arus sungai dan penebangan liar mengakibatkan kerusakan lingkungan yang signifikan, termasuk penurunan keanekaragaman hayati dan perubahan pola cuaca lokal. Kondisi ini berdampak langsung pada produktivitas pertanian dan kesejahteraan masyarakat.

Di tingkat pemerintahan, korupsi dan manajemen yang kurang efisien memperparah masalah-masalah ini.

Dana pembangunan sering kali tidak digunakan secara efektif dan proyek-proyek infrastruktur yang direncanakan sering kali terhambat atau tidak selesai dengan baik.

Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam administrasi publik menghambat upaya-upaya perbaikan dan reformasi yang diperlukan untuk kemajuan daerah.

*Si Jelita yang lupa diri*

Munculnya kembali Si Jelita yang dikenal dengan janji-janji politiknya yang melimpah ruah.

Selama masa jabatannya, Si Jelita tak hanya gagal memenuhi hampir semua janji, mulai dari kopi yang hingga kini hanya ada dalam bentuk rencana dan proposal, hingga program kesejahteraan yang lebih mirip fiksi ilmiah ketimbang realitas, namun dia juga mampu menghadirkan kejutan dengan kehadirannya yang terus-menerus mengisi ruang diskusi publik.

Kini, Si Jelita kembali mencalonkan diri dengan semangat yang sama seperti ketika dia pertama kali mengemukakan rencananya.

Dalam bahasa tubuhnya, dia kembali menjanjikan perubahan yang belum pernah terwujud selama periode sebelumnya, seolah-olah kegagalan bukanlah bagian dari kisah politiknya.

Dengan percaya diri yang mengesankan, dia menekankan bahwa apa yang kurang pada periode lalu bukanlah akibat dari ketidakmampuannya, melainkan karena tantangan besar yang dihadapinya dan dia dengan sukacita mengklaim bahwa dia kini lebih siap dari sebelumnya untuk menghadapi tantangan-tantangan yang sama.

Sementara itu, masyarakat tampaknya terbelah antara merasa geli dengan audacity-nya dan khawatir akan kemungkinan mereka kembali terjebak dalam rutinitas yang sama.

Apakah ini bukti keberanian yang patut dicontoh atau sekadar kepongahan yang penuh dengan hiburan semata? Hanya waktu yang akan menjawab, sementara masyarakat kembali disuguhkan dengan drama politik yang tampaknya tidak pernah berakhir, penuh dengan harapan baru yang mungkin akan berakhir sama dengan yang lama.

*Para Durlam Dengan Segala Keahliannya*

Di negeri yang konon katanya memprioritaskan kesejahteraan rakyat, kita memiliki sekelompok bintang panggung yang sangat berbakat, mereka adalah para durlam dilingkaran penguasa.

Ini adalah individu-individu luar biasa yang berkomitmen untuk melakukan segala sesuatu demi kebaikan bangsa terutama kebaikan dompet pribadi mereka.

Mari kita mulai dengan si “Ahli Anggaran” yang terampil ini. Setiap hari, mereka berkumpul dalam rapat megah yang mengesankan, penuh dengan presentasi PowerPoint dan grafik canggih.

Di sini, mereka dengan tulus memutuskan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang mana, sebenarnya hanyalah istilah kode untuk proyek rumah mewah mereka sendiri.

Tak heran jika gedung yang mereka rancang menjadi lebih mirip istana pribadi ketimbang fasilitas umum.

Tidak hanya itu, mereka juga memperkenalkan program-program inovatif untuk memperbaiki pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Namun, jika Anda ingin melihat hasil nyata dari program tersebut, Anda harus memiliki keahlian khusus dalam mengidentifikasi ilusi, karena tidak ada yang lebih menakjubkan daripada anggaran yang dirancang untuk merenovasi sekolah, tetapi ujung-ujungnya hanya memodifikasi interior kantor mereka yang baru.

Dan jangan lupakan acara tahunan mereka “Gala Kesejahteraan Rakyat,” di mana mereka menyumbangkan uang untuk amal, yang ironisnya, selalu berakhir di rekening yang dikelola oleh perusahaan mereka sendiri.

Dalam gala ini, mereka memberikan pidato berapi-api tentang transparansi dan akuntabilitas, sambil tertawa dalam hati karena mereka tahu anggaran yang hilang telah menjadi bagian dari koleksi pribadi mereka yang eksklusif.

Setiap kali mereka mengklaim bahwa mereka menyederhanakan prosedur birokrasi, Anda bisa yakin bahwa mereka hanya menyederhanakan jalan menuju rumah mereka sendiri.

Dengan kata lain, mereka adalah maestro dalam konser penipuan pembagian kue, sementara penonton hanya bisa menonton sambil geleng-geleng kepala.

Di akhir hari, mereka melangkah keluar dengan anggun, mengenakan pakaian mahal dan senyum lebar, meninggalkan rakyat dengan sebuah pesan sederhana, Jangan khawatir tentang anggaran, karena mereka, para durlam penguasa, telah mengurus semuanya terutama untuk kepentingan mereka sendiri.

Jadi, mari kita bersulang untuk para aktor dalam drama ini, pahlawan dari pelatihan penggelapan anggaran yang telah mengajarkan kita bahwa ketika berbicara tentang integritas, tidak ada yang lebih tulus daripada sebuah kata-kata yang penuh kepalsuan, diucapkan dengan mulut yang penuh dengan sumpalan uang rakyat.

*Setitik Cahaya Namun Hilang Bak di Telan Bumi*

Di jantung kekayaan pikiran para tokoh Mandailing Natal, terdapat sebuah konsep yang mendalam dan penuh makna, dikenal sebagai Konsep Patujoloon Mandailing Natal.

Istilah ini merujuk pada sebuah harapan atau impian yang diidamkan oleh masyarakat Mandailing Natal, namun menghadapi tantangan berat dalam mewujudkannya.

Konsep Patujoloon bukan hanya sebuah harapan semata, tetapi juga sebuah simbol perjuangan dan aspirasi yang mendalam.

Dalam kehidupan masyarakat Mandailing Natal, Konsep Patujoloon muncul dalam bentuk cita-cita sosial dan ekonomi yang besar.

Ini bisa berupa keinginan untuk memperbaiki taraf hidup, mencapai kemakmuran serta mempertahankan tradisi dan identitas budaya yang kian terancam oleh perubahan zaman.

Namun, meskipun semangat dan tekad sangat kuat, realitas memang tidak selalu sesuai dengan harapan.

Konsep Patujoloon yang seharusnya menjadi pendorong maju, justru menjadi saksi bisu dari sebuah perjuangan yang tak membuahkan hasil.

Bumi Mandailing Natal, dengan segala keindahan, tantangan dan pergolakan politiknya seolah menjadi penghalang bagi harapan-harapan ini.

Tantangan alam, ketidakpastian politik dan perubahan sosial sering menelan impian yang telah dibangun dengan susah payah.

Konsep Patujoloon yang seharusnya menjadi titik cahaya di tengah kegelapan, harus menghadap pada kenyataan pahit di lapangan.

Namun, meskipun Konsep Patujoloon tampak seperti harapan yang hilang di telan bumi, ia tetap menjadi bagian penting dari standar bagi narasi dan pola pikir di Mandailing Natal.

Keberadaan Konsep Patujoloon menggambarkan kegigihan dan tekad yang tak pernah padam.

Diharapkan masyarakat tetap melestarikan nilai-nilai dan cita-cita yang terkandung dalam Konsep Patujoloon, sebagai bentuk pengakuan atas usaha dan perjuangan yang telah dilakukan.

Sebagai bagian dari buah pikiran tokoh-tokoh di Mandailing Natal, Konsep Patujoloon mengajarkan kita bahwa meskipun harapan dapat terbenam dalam kesulitan, tekad dan semangat untuk meraihnya harus tetap hidup.

Konsep Patujoloon adalah pengingat bahwa meskipun kita mungkin tidak selalu melihat hasil yang diharapkan, namun nilai dari perjuangan itu sendiri adalah sesuatu yang tidak ternilai. Yang pastinya kita sama-sama tau bahwa emas itu berasal dari perut bumi.

*Hadirnya Harapan Baru*

Dalam konteks Pilkada di Mandailing Natal, Harun-Ichwan diharapkan menjadi penawar racun bagi berbagai permasalahan yang menghambat kemajuan wilayah tersebut.

Masyarakat melihat mereka sebagai solusi potensial untuk mengatasi isu-isu utama seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketidakstabilan ekonomi yang selama ini menjadi kendala serius.

Kepemimpinan mereka diharapkan membawa perubahan yang signifikan dalam kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan yang efektif.

Dalam Pilkada ini, Harun-Ichwan diharapkan juga mampu memberikan jawaban atas tantangan mendesak lainnya, seperti perbaikan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan, dan penyediaan layanan kesehatan yang lebih baik.

Dengan program-program yang berorientasi pada kebutuhan dasar masyarakat dan pengelolaan anggaran yang efisien, diharapkan mereka dapat membawa kemajuan yang nyata bagi Mandailing Natal.

Kemenangan Harun-Ichwan dalam Pilkada akan menjadi langkah krusial dalam mewujudkan visi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Kita percaya bahwa dengan kepemimpinan mereka, masalah-masalah yang selama ini menghambat kemajuan daerah dapat teratasi secara efektif, membawa dampak positif yang dirasakan langsung oleh semua lapisan masyarakat.

Istilah kata mereka diharapkan mampu menjadi “Tungkot di Nalandit, Sulu di Nagolap”, artinya kita berharap Harun-Ichwan mampu memberikan suatu kebijakan yang bisa mengentaskan persoalan-persoalan yang ada di Mandailing Natal.

Penutup

“Percaya diri itu baik, namun sadar diri itu lebih baik”Politik riang gembira. Silahkan tutup sendiri

Admin : Iskandar Hasibuan..

Komentar

Komentar Anda

  • Dina Sukandar

    Related Posts

    Ketua DPD KAI Sumut :  Masyarakat Mandailing Natal Harus Hormati Proses MK

    MEDAN(Malintangpos Online): Pengamat Hukum, Surya Wahyu Danil Dalimunthe mengatakan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK RI) merupakan hak hukum bagi peserta Pilkada. Sehingga menurutnya, proses ini dihormati oleh…

    Read more

    Continue reading
    P dan D DPO, Kapolres Madina Terus Memburu 2 Tersangka Cabul di Taman Raja Batu

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online): Kapolres Mandailing Natal, AKBP.Arie Sofandi Paloh, S.H S.I.K, memaparkan penanganan kasus tindak pidana pemerasan dan perbuatan cabul di objek wisata Taman Raja Batu, Desa Parbangunan, Kecamatan Panyabungan, Kamis…

    Read more

    Continue reading

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.