Apa Yang Salah Dari Belanda di Mandailing..?

Apa yang salah dari Belanda di Mandailing? Ada. Rakyat dipaksa kerja paksa membangun jalan dari perbatasan Rao hingga Sipirok, jalan dari Panyabungan ke Natal, dan jalan transportasi antar kawasan.

Rakyat juga dipaksa menanam kopi yang sebagian panennya harus dijual ke pemerintah kolonial. Ratusan orang mati.

Apa sisi baiknya? Ada. Kawasan yang dulu harus melewati rute yang berat, menjadi lebih lancar untuk pedati.

Tidak perlu lagi tukang panggul. Juga lebih cepat untuk distribusi barang. Dampaknya luar biasa untuk menekan cost produksi.

Ketika itu kawasan Tabagsel memang telah menjadi lumbung beras. Hasil hutan melimpah sebagai komoditas ekspor. Karena itu juga pelabuhan Natal dan Sibolga segera berkembang menjadi pelabuhan ekspor penting di Sumatera.

Pakantan, Ulu Pungkut, dan Sipirok tumbuh menjadi penghasil kopi terpenting. Kopi produk mereka merajai perdagangan Eropah. Bahka menjadi sumber pembiayaan pemerintah kolonial di Batavia.

Teluk Balai, Sundutan Tigo, dan Pulau Tamang merajai komoditas cengkeh. Mandailing julu sumber komoditas rempah. Mandailing Godang sumber ekspor gabah. Itu didukung dengan sarana jalan yang bagus.

Rumah makan tumbuh. Juga penginapan. Bahkan di Malintang ada penginapan penting yang menjadi persinggahan pedagang dari berbagai wilayah. Orang Tionghoa berdagang hingga ke pedalaman.

Panyabungan tumbuh menjadi kota pemerintahan dan kota perdagangan. Pasar Lama disewa oleh Belanda menjadi pusat perdagangan.

Kantor pemerintah tumbuh pesat. Ada kantor Asisten Residen, ada kejaksaan, pengadilan, penjara, bahkan rumah sakit yang maju pesat untuk zaman itu.

Dokter-dokter baru lulusan Stovia ditugaskan di Panyabungan. Mereka spesialis untuk menangani tingginya angka kematian ibu saat melahirkan, malaria, tetanus, dan banyaknya korban karena diterkam harimau.

Kuda menjadi transpotasi utama menggantikan pedati. Sado berseliweran. Mompang dan Panyabungan menjadi stasiun sado penting masa itu. Juga menjadi pasar jual beli kuda.

Kota Panyabungan bersih. Semua tertata. Ada alun-alun di depan kantor Asisten Residen.

Di Tano Bato berkembang penginapan karena hawanya yang sejuk dan bersih. Orang Eropah yang pedagang, peneliti, dan wisatawan menginap di Tano Bato. Paris van Mandailing waktu itu.

Jauh lebih penting: pendidikan. Tahun 1852, sudah berdiri sekolah dasar kelas dua di Panyabungan. Itu sekolah modern pertama. Pakai meja, papan tulis, kapur dan kurikulum.

Meskipun targetnya untuk kebutuhan pamong di pemerintahan, anak-anak Mandailing dapat mengenal huruf latin yang sebelumnya tidak ada yang bisa.

Mereka belajar membaca dan menulis huruf latin dengan tulisan tangan yang bagus. Mereka juga belajar berhitung dan seni.

Karena itu ketika Van Ophuysen, penyusun ejaan bahasa Indonesia pertama, datang ke Panyabungan, ia kaget betapa majunya panyabungan.

Hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Karena itu, murid mereka yang paling cerdas–Sutan Sati–didorong untuk sekolah di Belanda.

Karena itu juga, Kweekschool ketiga yang berdiri di Hindia Belanda, dibangun di Tano Bato. Bukan daerah lain. Tanpa sekolah itu, seluruh kawasan di Tapanuli buta huruf.

Tanpa kolonialisme, entah seperti apa kawasan Tabagsel. Kita mengutuk kolonialisme, tapi kita, lebih dari 3/4 abad kita merdeka, apa yang berubah layaknya bangsa merdeka?

Sekolah banyak. Nyaris semua penduduk bisa merasakan sekolah.

Tapi ini: jalan mana yang bertambah di kawasan kita? Apa komoditas kita yang merajai perdagangan Eropah dan mampu mendanai belanja pemerintah?

Rumah sakit sebagus apa yang kita punya? Pelabuhan mana yang menjadi pusat ekspor komoditas?

Mana kawasan yang menjadi surplus beras? Mana sekolah yang nomor tiga terbaik di Indonesia dan semua lulusannya menjadi penulis? Mana pasar yang menjadi pusat perdagangan internasional? Nothing!

Memang tidak ada korban harimau. Karena harimaunya juga habis.( Askolani)

 

Penulis : Askolani Nasution

Admin  : Iskandar Hasibuan.

Komentar

Komentar Anda

  • Dina Sukandar

    Related Posts

    Bhabinkamtibmas Kerja Keras Tekan Angka Peredaran Narkoba di Kota Siantar

    KOTASIANTAR(Malintangpos Online): Bhabinkamtibmas Polres Mandailing Natal,Brigadir Polisi (Brigpol) Syahrul Ilmy terus bekerja keras menekan angka peredaran gelap Narkotika di Kelurahan Kotasiantar, Kecamatan Panyabungan. Brigpol Syahrul Ilmy mengajak pihak Pemerintah Kelurahan…

    Read more

    Continue reading
    Wakil Bupati dan SKPD Dipanggil, IYE Madina Surati Kejatisu Sumut

    PANYABUNGAN(Malintangpos Online):  Adanya pemanggilan Wakil Bupati Mandailing Natal, Atika Azmi Utammi Nasution dan sejumlah SKPD diduga terkait pengelolaan dana Stunting 2022-2023 ke Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejati Sumut) beberapa waktu…

    Read more

    Continue reading

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.