Peringati Hari Guru 2019. MPC PP Madina Desak Presiden RI tetapkan Willem Iskander sebagai Pahlawan Nasional.

MPC Pemuda Pancasila Mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional

PANYABUNGAN (Malintangpos Online): Pionir Pendidikan Pribumi pertama di Indonesia yang berasal dari Pidoli Lombang, Mandailing Natal yaitu Sati Nasution atau yang lebih dikenal dengan Willem Iskandar yang lahir pada tahun 1840 M sudah selayaknya mendapatkan anugerah pahlawan Nasional dari Republik Indonesia di bidang Pendidikan.

“Kita mendesak Presiden RI untuk mempertimbangkan dan menetapkan nama Willem Iskander sebagai Pahlawan Nasional. Kita juga meminta kepada para Kepala Daerah di Wilayah Tabagsel (Tapsel, Madina, Padangsidimpuan, Palas, Paluta) dan juga Pemprov Sumut untuk mengambil langkah konkrit agar nama besar Willem Iskander sebagai pendiri Kweck School (Sekolah Guru) pertama di Indonesia dianugerahi dengan gelar pahlawan nasional dan nama Willem Iskander diabadikan secara massif menjadi nama Jalan Protokol, Nama Gedung, Bandara, atau Pelabuhan” tegas Ketua MPC Pemuda Pancasila Kab. Madina Syahriwan Kocu Nasution didampingi Sekretaris Al Hasan Nasution, S.Pd bersama pengurus lainnya Ahmad Tahir Nasution, Roni PS Nasution, Hotma Siregar, S.Sos, Mahyuddin Nasution, Panri Pauzi Nasution.

“Sejarah mencatat, jauh sebelum nama Ki Hajar Dewantara pada tahun 1906 mendirikan Taman Siswa yang sekarang tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Perlu diketahui di Mandailing pada tahun 1862 telah berdiri Kweck School (Sekolah Guru) di Tano Bato Mandailing, dan kemudian pindah ke Padangsidimpuan. Hal itu merupakan sekolah guru pertama di Indonesia dengan bangunan swakelola dan kurikulum modern yang mencetak para calon pendidik yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka sudah sangat layak dan tepat nama Willem Iskandar atau Sati Nasution mendapatkan anugerah sebagai pahlwan Nasional dari Negara” ujar Syahriwan Kocu kepada wartawan.

Tano Bato pada waktu itu, menurut Kocu adalah merupakan Gudang Kopi Pemerintah Hindia Belanda. Willem melakukan terobosan gerakan pencerahan (Aufklarung) melalui pendidikan di Mandailing-Angkola, khusus di Mandailing

Ditambahkan Kocu, bahkan orientasi, kemerdekaan, cakrawala, penalaran, Idealisme, dan Semangat pembaharuan di Mandailing yang dicetuskan Willem Iskander terekam dalam sajak puisinya dalam buku fenomenal yang diakui dunia keilmuan berjudul Sibulus Bulus Sirumbuk Rumbuk yang merupakan buku yang paling intelektual dan Top pada zamannya.

“Kenapa nama Willem Iskander ini seakan tenggelam. Padahal kiprah dan kontribusinya sangat nyata di republik ini. Kita minta Pemerintah Pusat jangan terkesan diskriminatif dan memandang sebelah mata dengan rekam jejak history para tokoh yang harus diperjuangkan sebagai pahlawan nasional, di luar pulau Jawa” ujar Kocu.

Bahkan MPC PP Kab. Madina juga mengusulkan selain gelar Pahlawan Nasional, nama Willem Iskander juga ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Bahkan menurut Kocu, kepiawaian Willem Iskander dalam mencetak para calon guru tsb dapat dinikmati oleh masyarakat di Sumut sampai sekarang. Karna semuanya adalah rata rata para murid Willem Iskander.

Bahkan Willem Iskander pernah membuat sejumlah persyaratan yang harus dilaksankan oleh setiap guru sekolah bumiputera. Tiga syarat penting, Pertama, Sekolah guru harus menjadi pusat ilmu dan pengetahuan. Kedua, guru sekolah harus mampu menulis buku pelajaran. Ketiga, Bahasa daerah harus dikembangkan sesuai kaidah-kaidah bahasa.

Masih kata Kocu, bahkan Willem Iskander pernah mengusulkan kepada Belanda agar memberikan beasiswa kepada para bumi putera untuk mengecap pendidikan di Belanda. Dan ide ini dikabulkan untuk mencerdaskan masyarakat pribumi.

“Tidak ada yang meragukan kiprah perjuangan Willem Iskander. Sati Nasution adalah nama kecilnya. Setelah dia menikah diberi gelar “harajaon” Sutan Iskandar Nasution. Bahkan nama Willem yang ada didepan namanya juga adalah gelar kebangsawanan yang dianugerahkan oleh kerajaan Belanda. Bahkan rumah peninggalan Willem Iskander, anak dari Mangaraja Tinating Nasution yang merupakan Generasi ke 11 dari Sibaroar Nasution masih ada dan ditempati oleh pewarisnya di bagas Godang Pidoli Lombang. Bila perlu, kita mengusulkan agar makam Willem Iskander yang di Amsterdam pun, kalau memang bisa sebaiknya dipindahkan ke Mandailing” tegas kocu.Tim

Admin: Siti Putriani

Lagi, Polres Madina Berhasil Mengamankan Pemilik Narkoba

Pelaku HC bersama barang bukti

MANDAILING NATAL (Malintangpos Online ): Central Jajaran Polres Mandailing Natal kembali berhasil menggagalkan peredaran Narkoba jenis Sabu di Mandailing Natal.

 

Selain mengamankan barang bukti Satuan Reserse Narkoba Polres Madina juga berhasil menangkap pelaku HC (26) Pelaku yang berinisial HC (26) warga Banjar Kayu ara Kelurahan Kota Siantar Kecamatan Panyabungan Kabupaten Madina Pengungkapan  ini berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa adanya tindak pidana narkotika jenis shabu di wilayah tersebut.

 

Kapolres Madina AKBP Irsan Sinuhaji, S.IK., M.H melalui Kasat Narkoba kepada wartawan Rabu (7/8/2109) mengatakan penggrebekan dilakukan setelah, Sat Narkoba Polres Madina mendapatkan informasi tentang pengguna Narkoba. selanjutnya tim opsnal Sat Narkoba Polres Madina pada Selasa (6/8/2019) melakukan penyelidikan dan benar adanya bahwa ada seorang laki-laki dewasa diketahui sedang memegang 2 bungkus plastik klip transparan yang berisikan kristal bening di duga narkotika jenis shabu yang disimpan ditangan kiri tersangka tersebut,”ucapnya “.

Barang Bukti Berupa Dua Bungkus Sabu

Dari hasil penggrebekan HC yang berprofesi supir ini diringkus pada saat menyimpan dan memegang narkoba jenis sabu di tangan kirinya sebanyak 2 (dua) bungkus plastik klip transparan yang berisikan shabu dan uang sebanyak Rp. 119.000 (seratus sembilan belas ribu rupiah),” terang AKP M. Rusli, S. H. Kini tersangka sudah diamankan di Polres Madina untuk mempertanggung jawabkan perbuatnnya serta guna proses pengembangan jaringan kasus ini. (tim)

 

Admin: Siti Putriani

Fahrizal Efendi Nst,SH Reses di Panyabungan, Pentingnya Putra Daerah di DPRD Sumut

anggota DPRD Sumut dari Dapil VIII H.Fahrizal Efendi Nasution,SH bersalaman dengan Warga Hutalombang Lubis Kec.Panybungan

PANYABUNGAN (Malintangpos Online): Keberadaan putra daerah Mandailing Natal di lembaga DPRD Sumut kian terasa sebagai kebutuhan urgen, karena lebih memahami kondisi dan aspirasi rakyat setempat sebagai kampung halamannya.

Putra daerah yang dimaksud adalah figur yang lahir, besar dan tinggal di Mandailing Natal. Figur seperti ini, selain lebih memahami situasi daerahnya, juga memiliki beban kewajiban dan beban moral untuk menyalurkan aspirasi dan kebutuhan rakyat setempat selaku konstituen yang memilihnya.

“Dengan kata lain, putra daerah itu lebih menyatu dengan kondisi daerahnya. Merasa memiliki tanggungjawab moral kepada kampung halamannya,” kata tokoh pemuda Panyabungan, M. Syafii Lubis alias Paet kepada wartawan di sela acara Reses  Aggota DPRD Sumut, Fakhrizal Efendi Nasution melakukan pertemuan dengan masyarakat Desa Huta Lombang Lubis, Panyabungan, Mandailing Natal, Kamis (5/10/2017).

Ratusan warga hadir di pertemuan itu menyampaikan aspirasi. Pertemuan itu merupakan rangkaian kegiatan Reses Fakrizal Efendi Nasution di Derah Pemilihan Sumut VII dari Partai Hanura tanggal 3 hingga 5 Oktober 2017.

Dia dilantik menjadi anggota DPRRD Sumut pada Ramadan lalu.Selain dihadiri warga, juga hadir para tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan tokoh pemuda serta kaum ibu.

Paet menambahkan, sebaliknya, figur yang bukan putra daerah Mandailing Natal atau figur yang berkategori keturunan Mandailing Natal tak akan menguasai secara tepat pemahaman terhadap kondisi dan aspirasi rakyat setempat, juga lemah dalam hal beban moral bagi konstituennya.

“Reses Pak Fakhrizal Efendi Nasution ini menimbulkan kesadaran baru bagi kita di Madina, bahwa figur lokal Madina yang duduk di DPRD Sumut justru lebih bermanfaat bagi kita ketimbang figur dari kabupaten lain,” katanya.

Disebutkannya, Kabupaten Madina termasuk kabupaten/kota terbesar jumlah pemilihnya untuk Daerah pemilihan Sumut VII (Palas, Paluta, Psp, Tapsel, Madina), namun, yang duduk di DPRD Sumut dari Dapil VII justru didominasi figur luar Madina.

“Ini keprihatinan kita. Oleh karenanya, jika figur putra daerah lebih banyak yang duduk di DPRD Sumut, seperti pak Fakhrizal Efendi Nasution ini alangkah tingginya manfaat yang dirasakan penduduk Madina selaku pemilih terbanyak di Sumut VII,” imbuhnya.

Sementara itu, tokoh adat Desa Huta Lombang Lubis, M.A Rajab Nasution gelar Sutan Lombang, kepada wartawan menyatakan, bahwa kehadiran  Anggota DPRD Sumut Fakhrizal Efendi Nasution di desa itu sangat besar nilainya bagi warga.

Sebab, seingat dia, sebelum ini belum ada anggota DPRD Sumut datang ke kawasan itu, padahal rakyat di kawasan ini adalah selalu peserta pemilih untuk DPRD Sumut.

“Kehadiran Pak Fakhrizal ini bukti bahwa kita sangat dekat dengan beliau, sebab beliau itu tinggal di Jl. Abri, Panyabungan dan kelahiran Sopo Sorik. Baru beliau ini yang datang ke mari setelah duduk menjadi anggota DPRD Sumut,” katanya.

“Ini membuktikan, memilih putra daerah untuk DPRD Sumut itu lebih bagus dibanding figur yang tidak tinggal di Madina,” katanya.

Pertemuan Fakhrizal Efendi Nasution dengan warga itu membahas berbagai aspirasi masyarakat serta kondisi dan kebutuhan-kebutuhan kawasan untuk diperjuangkan di DPRD Sumatera Utara.(Dab/Red)

 

 

 

 

Admin : Dina Sukandar Hasibuan,A.Md

Festival Gordang Sambilan dan Tor-Tor Dibuka Wakil Bupati Madina

Wakil Bupati Madina(Baju Putih) memukul Gordang tanda dimulainya Festival.

RAJA BATU(Malintangpos Online): Pembukaan Festival Gordang Sambilan dan Tor-Tor Tingkat Kabupaten Mandailing Natal berlangsung hari ini, Rabu (27/09), di Taman Raja Batu, Panyabungan.

Kegiatan yang diikuti oleh utusan-utusan kecamatan dari wilayah Mandailing Godang dan Mandailing Julu tersebut dibuka secara resmi oleh Bapak Wakil Bupati Mandailing Natal, H.M. Ja’far Sukhairi Nasution.

 Acara ini turut dihadiri oleh segenap SKPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, tokoh-tokoh masyarakat, segenap peserta festival, dan para guru di lingkungan Dinas Pendidikan Mandailing Natal, dan undangan lainnya.

Acara dimulai dengan pembacaan doa oleh Aliakbar Harahap, S.Pd, MM, lalu dilanjutkan dengan pembacaan laporan panitia oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan, Jamila, SH. Dalam laporannya, Kadis Pendidikan menyebutkan bahwa festival ini diikuti oleh 10 group Gordang Sambilan dan 10 kelompok Tor-Tor.

 Menurutnya, kegiatan ini penting untuk bisa mewariskan nilai-nilai budaya bagi lingkungan pendidikan. Karena itu, sekolah-sekolah yang ada di wilayah Mandailing Natal juga diikutsertakan dalam festival ini.

Kadis Pendidikan Madina Jamilah,SH ketika memberikan laporan Festival kepada Wakil Bupati

Wakil Bupati Mandailing Natal, H.M. Ja’far Sukhairi Nasution menyambut baik kegiatan seperti ini. Beliau mengatakan bahwa penguatan entitas kebudayaan daerah tidak bisa dilakukan sepihak saja, tetapi harus melibatkan berbagai elemen masyarakat. Karena itu pemerintah daerah Mandailing Natal membuka ruang bagi pengembangan berbagai jenis kesenian daerah yang kita miliki.

“Gordang sambilan adalah kesenian asli kita yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai warisan budaya Mandailing Natal. Karena itu, alangkah naifnya jika kita tidak bisa melestarikan dan mengembangkannya, baik untuk lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat budaya kabupaten Mandailing Natal,” katanya.

Lebih lanjut beliau mengatakan, “Gordang sambilan merupakan ensembel musik etnis terbesar kedua di dunia setelah musik tradisi lain di belahan Benua Afrika. Irama yang dibunyikan erat kaitannya dengan sendi-sendi filosofi kebudayaan Mandailing.

Berbagai permainan musik ritmis seluruhnya merupakan simbol-simbol kehidupan, apalagi dengan berbagai jenis komposisi yang kita kenal selama ini. Dengan begitu, gordang sambilan bukan sekedar ensembel bunyi saja, tetapi merupakan bagian dari fisosofi kehidupan sosial masyarakat adat Mandailing.”

Wakil Bupati Mandailing Natal kemudian melakukan pemukulan Gordang Sambilan sebagai tanda dimulainya acara Festival, diikuti oleh Plt. Kadis Pendidikan, dan ditingkahi oleh pemain gordang sambilan dari Kampoeng Kaos Madina.

Acara festival ini digelar selama dua hari. Para juri yang terdiri dari H. Emil Sulaiman Nasution, Sutan Bugis, dan Ali Rachman Nasution, SH sudah menetapkan kriteria penilaian, baik menyangkut durasi maupun kaidah-kaidah lainnya. Dengan begitu, diharapkan festival ini akan menghasilkan tim terbaik Gordang Sambilan dan Tor-tor di tingkat Kabupaten Mandailing Natal(Humas/red).

 

 

 

 

Admin : Dina Sukandar Hasibuan,A.Md

DRAMA “NARKOBA, TAKUT AH” PENTAS DI TAMAN RAJA BATU(1)

Drama Narkoba Takut Ah yang dilakoni oleh pelajar SDN 083 Pidoli Panyabungan

PEMENTASAN Drama berjudul “Narkoba, Takut Ah” yang dimainkan anak-anak dari SD Negeri 081 Pidoli, Panyabungan, Mandailing Natal, sukses di Taman Raja Batu hari ini, Kamis (13 Juli 2017).

Drama yang ditampilkan dalam rangka Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI), Badan Narkotika Nasional Mandailing Natal itu dikerjakan oleh Tim Kreatif dari “Djeges Art”. Sebanyak tujuh pemeran drama tersebut riuh mendapat tepuk tangan dari para penonton.

Awalnya adalah keinginan bersama dari Bupati Mandailing Natal, Drs. Dahlan Hasan Nasution dan Kepala BNN Mandailing Natal untuk melibatbatkan anak-anak sekolah dalam hari anti narkoba dimaksud.

 Lalu diajaklah Sanggar Seni Budaya “Djeges Art” untuk membuat naskah dan melatihnya. Murid-murid SD Negeri 081 Pidoli diajak karena sebelumnya dinilai berhasil mementaskan drama “Sampuraga” beberapa hari yang lalu. Tentu saja ajakan itu disambut baik pihak sekolah. Karena itu, hanya dalam satu seminggu, drama itu langsung bisa dipentaskan.

Bupati Madina dan Sutradara berbincang dengan Guru dan pelajar SDN 083 Pidoli usaipementasan drama.

Drama “Narkoba Takut, ah!” bercerita tentang sebuah keluarga yang suami istrinya selalu ribut. Pertengkaran yang terjadi setiap hari membuat anak mereka tidak terurus. Itu menyebabkan anak tersebut kemudian terjerumus narkoba.

 Tetapi, bukannya prihatin, orang tua anak tersebut malah sibuk saling menyalahkan. Akibatnya, anak tersebut kemudian mati karena overdosis. Ending drama tersebut kemudian ditutup dengan munculnya tokoh ustadz yang segera memberi wejangan tentang pentingnya menjauhi narkoba, menghindari korupsi dan terorisme, serta sepatutnya semua warga harus memajukan Mandailing Natal sebagai bangsa yang bermarwah.

“Djeges Art” adalah sanggar seni budaya yang sejak tahun 2011 telah banyak menggarap film dan drama-drama berkarakter Mandailing Natal. Pengalaman itu yang membuat BNN dan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal kemudian mengundang kerja sama untuk membuat suguhan drama anak-anak yang menghibur. Selain menghibur tentu juga harus bermuatan moral untuk mencegah penyalahgunaan narkoba.

Naskah drama ini ditulis oleh Askolani Nasution dan dikerjakan bersama-sama dengan tim kreatif “Djeges Art”. Dengan karakter tokoh-tokoh yang menggemaskan, drama ini ternyata sukses meraih tepuk tangan dari para penonton.

 Bahkan Bupati Mandailing Natal, Drs. Dahlan Hasan Nasution, kembali menantang “Djeges Art” untuk menindaklanjuti drama anak-anak berikutnya yang melibatkan tema-tema narkoba dan kepolisian. Menurut Bupati Mandailing Natal, pelibatan anak-anak dalam berbagi kegiatan positif, termasuk melalui pengembangan seni budaya, akan efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba.  “Dan itu harus menjadi kewajiban bersama,” lanjut beliau( Bersambung)

Admin : Dina Sukandar Hasibuan,A.Md

 

Melirik Kinerja Inspektorat Madina(1), Kades Diperiksa, Biar Aman Dana Desa Harus”Bayar”

Kantor-Inspektorat-Madina-

SEKARANG  Ini atau semenjak Dana Desa(DD) di Gelontorkan oleh Pemerintah Pusat yang jumlahnya lebih setengah Milyar setiap tahunnya mulai tahun 2015,2016 dan tahun 2017 untuk wilayah Mandailing Natal,hingga 20 Juni 2017 belum ada yang dicairkan, tetapi perbincangan hangat ditengah-tengah masyarakat soal Dana Desa menjadi bahan pembicaraan.

            Dibalik itu, santernya pembicaraan dan banyaknya sorotan tajam dari masyarakat disetiap desa yang ada diwilayah Mandailing Natal,tetapi tidak satupun aparat desa yang sampai kasusnya ke Pengadilan,sebab ada dugaan setiap Inspektorat turun melakukan pemeriksaan selalu membayar kepada Tim Inspektorat, kalau tidak penggunaan Dana Desa akan dimasalahkan terus.

            Misalnya, ketika Redaksi Malintangpos Online baru-baru ini menerima delegasi warga Desa Panyabungan Barat, Panyabungan, Hutabargot serta Panyabungan Timur dan Batang Natal diperoleh informasi bahwa setiap Inspektorat melakukan pemeriksaan seluruh pelaksanaan kegiatan Dana Desa aman dan tidak ada masalah.

            Padahal, kalau kita ambil contohnya anggaran Dana Desa(DD) yang membangun Rabat Beton/Jalan Setapak, maka tidak satu proyek dana desa pun disetiap desa yang memakai pondasi pembangunannya, hanya memakai papan sebagai penyanggah lalu dilakukan cor dengan campuran yang hantam kromo, juga lolos dari pemeriksaan Inspektorat Madina, ada apa jika itu saja kita ambil contohnya….?(Bersambung Tiap Hari).

 

 

 

 

 

Admin : Dina Sukandar Hasibuan,A.Md

Pergantian Tahun Banyak Disalah Gunakan Karang Taruna Madina Desak Satpol PP dan Polisi Razia Pekat

 

Ketua Karang Taruna Madina Al Hasan Nasution

PANYABUNGAN (Malintangpos Online): Forum Pengurus Karang Taruna Kab. Madina mendesak Kapolres Madina dan Pemkab Madina untuk melakukan operasi razia penyakit masyarakat pada pergantian tahun 2016. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga suasana kondusifitas dan stabilitas yang  baik di bumi Gordang Sambilan.

Demikian disampaikan Ketua Karang Taruna Kab. Madina Al Hasan Nasution, S.Pd bersama pengurus karang Taruna lainya kepada Wartawan, Jum,at (30/12) malam di Sasana Krida Sekretariat Karang Taruna Madina Jl. Willem Iskander Dalan Lidang Panyabungan.

Dijelaskan, moment menunggu malam pergantian tahun masehi sangat cenderung dilakukan oleh para generasi muda untuk melakukan hal hal yang sangat tidak terpuji dan menodai adat istiadat, agama dan kultur masyarakat Madina yang dikenal dengan julukan “Serambi Mekkahnya Sumatera Utara”.

“Dekadensi moral dan pergaulan bebas di kalangan generasi muda kita, khususnya dalam merayakan  malam tahun baru selama ini sudah pada titik nadir yang sangat membahayakan. Hal ini tidak bisa kita biarkan. Kita minta secara tegas kepada Polres Madina dan Satpol PP Madina untuk secara intens dan khusus mencermati fenomena ini.

Kita juga siap untuk membantu melakukan razia besar besaran ke sejumlah hotel, cafe, tempat hiburan, tempat rekreasi dan lain lain tentang operasi penyakit masyarakat ini pada malam tahun baru” tandas Al Hasan Nasution.

Ditambahkan, fenomena malam tahun baru selama ini seakan dipersepsikan oleh sebagian masyarakat sebagai malam kemerdekaan dan bebas untuk melakukan apa sajapun. “Kita bahkan mensinyalir bahwa agenda malam tahun baru sering disalahgunakan kalangan muda mudi sebagai sarana mengumbar syahwat prostitusi, pergaulan bebas, pesta miras, narkoba, judi dan lain lain”.

Untuk mensterilkan situasi yang sangat berpotensi tinggi merusak moral generasi muda, maka operasi razia ke berbagai tempat mulai dari hotel, tempat hiburan, mutlak untuk dilakukan” tandas mantan Ketua Umum PC. PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Padangsidimpuan-Tapsel ini.

Al Hasan juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut andil dalam memantau dan mengawal lingkungan masing masing agar terhindar dari tindakan merusak akibat perayaan malam tahun baru yang kebablasan tersebut. Bila perlu mari galakkan jam malam dan ronda keliling untuk mengkontrol dan mengantisipasi penyakit masyarakat tersebut di wilayah masing masing.

Bahkan lebih ekstrim, Al Hasan menambahkan untuk memberikan efek jera bagi pelaku yang tertangkap razia, dia mengusulkan agar jangan hanya diberi penyuluhan singkat kemudian dilepaskan. Tetapi bagi pelaku tersebut harus diarak keliling kampung untuk memberikan sanksi sosial untuk tidak menambah daftar kejahatan lebih panjang dikemudian hari.

Al Hasan menyeru kepada generasi muda Islam untuk tidak terlalu jauh terkontaminasi dengan budaya westernisasi, hedonisme, hura hura, pergaulan bebas di balik moment malam tahun baru tersebut. Tetapi harus lebih diisi dengan muatan kegiatan positif sebagai ajang refleksi/muhasabah untuk meningkatkan kwalitas diri yang lebih baik dan menanggalkan tradisi buruk dimasa akan datang.(putra)

Admin: Siti Putriani

 

Dagangan Monza di Panyabungan Kian Laris

Dua pria memilih pakaian di galeri pakaian bekas

PANYABUNGAN (Malintang Pos) : Penjual pakaian bekas atau yang lebih dikenal dengan “monza” di Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) semakin ramai atau menggeliat. Penjual monza ada di depan rumah warga maupun di pusat pasar tradisonal.

Seperti di pasar tradisional Huta Siantar, Kecamatan Panyabungan, kendati hanya berjualan sekali seminggu, keberadaan pedagang kian bertambah. Terlihat pembeli juga semakin ramai, apalagi ditambah perekonomian semakin sulit banyak warga beralih ke pakain bekas.

Saat ini, puluhan pedagang pakaian bekas jika hari Jum’at mulai memadati halaman bolak tempat mereka berjualan. Dagangan jenis pakaian, baju, celana hingga handuk itu semakin diminati warga.

Menurut pedagang, mereka rata-rata memperoleh keuntungan dari hasil jualnya mencapai Rp 100.000. “Itu hitungan bersihnya,” ungkap seorang pedagang yang mengaku boru Nasution pada wartawan, Jumat (2/12). Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dia sekali seminggu belanja pakaian monza ke Tanjungbalai, Sumatera Utara.

Sementara beberapa orang pembeli mengaku, bahwa pakaian asal luar negeri yang dibeli tidak kalah bagus dengan pakaian di toko-toko yang ada, bahkan harga jual pedagang diakui masih terbilang murah. (medan binsnis/zamharir rangkuti)

Café Maksiat dan Warung Remang-remang Akan Dihentikan

Antisipasi Penyebaran AIDS

PANYABUNGAN (Malintang Pos) : Pendekatan keagamaan dinilai sebagai salah satu upaya pemerintah dalam menangani penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Madina.

Selain itu, Pemerintah Daerah (Pemda) juga akan menghentikan kegiatan warung remang-remang dan kedai-kedai malam yang menyediakan wanita penghibur, sehingga kedepannya Madina bisa sesuai dengan sebutannya Serambi Mekah dengan perilaku manusiawi.

Ada kemajuan-kemajuan pada setiap daerah biasanya diiringi oleh prilaku  yang tidak menentu terutama banyaknya tempat-tempat hiburan yang ujung-ujungnya akan membawa masyarakat terlibat dalam prilaku sex bebas.

“Untuk mengantisipasi penyebaran virus HIV/AIDS di Madina tidak ada jalan lain adalah dengan menghentikan kegiatan warung remang-remang dan kedai yang menyediakan wanita penghibur malam,” kata Bupati Madina Drs Dahlan Hasan Nasution di Panyabungan, pekan lalu.

Ia mengatakan, mengingat salah satu penyebab menular penyakit  tersebut kepada manusia disebabkan oleh hubungan seksual bebas. Untuk itu, Pemda dalam pengantisipasiannya akan melakukan pencabutan perizinan bagi usaha-usaha hiburan bila melakukan pelanggaran.Selain itu peranan orang tua dan para ulama juga sangat diharapkan dalam pencegahannya.

Para orang tua diharapkan agar memonitor pergaulan anaknya di lingkungan pergaulan agar nantinya tidak sampai terpengaruh dan terjerumus ke dalam pergaulan bebas.Sedangkan para ulama melalui MUI diprogramkan melakukan pengajian-pengajian dua kali setiap bulannya kepada masyarakat.

Dikatakan Bupati, mengingat Madina mempunyai peta potensi yakni potensi keagamaan dan potensi kejelekan, untuk itu kedua peta potensi ini harus didatangi dan diselesaikan dengan segera.

Dimana untuk potensi keagamaan adalah adanya potensi Hafiz-hafiz Alquran harus dikembangkan karena nantinya akan mengangkat harkat dan martabat Madina. Sedangkan untuk potensi kejelakan harus didatangi dan diselesaikan dengan segera sehingga tidak berjangkit ke daerah-daerah lain. (ant)