Hampir Sebulan Tumpukan Longsor Menuju Batahan Kotanopan Belum Diangkat

Material longsor menyebabkan warga Batahan, Kotanopan terisloasi selama seminggu lebih

KOTANOPAN (Malintang Pos) : Hampir satu bulan, material longsor yang menimbun jalan menuju Batahan, Kecamata Kotanopan, Mandailing Natal, belum diangkat pihak terkait. Akibatnya, jalan ke desa ini masih sulit dilalui dan hubungan ke desa ini jadi terganggu.

Kepala Desa Batahan Samwel yang di hubungi, Jum’at (22/12) di Kotanopan membenarkan hal ini. “Iya, sampai hari ini material longsor menuju desa Batahan belum diangkat pihak terkait. Padahal surat permohonan pengangkatan material longsor sudah kita sampaikan sekitar tiga minggu lalu ke Bupati Madina, Kadis PU dan  BPBD Madina,” akunya.

Dia mengatakan, untuk saat ini, jalan tersebut hanya bisa dilalui sepeda motor dengan kondisi jalan pas-pasan. Agar bisa ditembus sepeda motor, warga melakukan gotong-royong di beberapa titik. Sedangkan material longsor setinggi dua meter lebih masih menumpuk di kiri kanan jalan. Begitu juga jalan yang abrasi, sampai saat ini belum diperbaiki.

“Kita berharap kepada instansi terkait agar material longsor ini secepatnya diangkat, karena sangat menggangu pengguna jalan dan bisa mengancam keselamatan. Sebab, yang digotong-royongkan warga hanya sekedar bisa dilalui sepeda motor. Sedangkan di kiri-kanan masih terdapat tumpukan tanah yang sangat tinggi. Mengingat banyaknya material longsor, pengangkatannya harus dengan menggunakan alat berat,” tambahnya.

Camat Kotanopan H. Syafril Nasution, SH yang dihubungi mengatakan, terkait dengan longsor yang menimpa wilayah ini sudah kita laporkan ke kabupaten. “Dua hari lalu, juga kita susul ke Kadis PUD Madina. Saat itu, Kadis PU mengatakan akan segera mengangkat material longsor ini. Tapi masih menunggu cuaca aman. Jangan sempat nanti setelah diangkat, terjadi longsor susulan, akhirnya dua kali kerja,” kata Camat.

Sedangkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Madina, Risfan Juliardi yang dihubungi mengatakan, belum menerima surat permohonan pengangkatan material longsor. Begitupun pihaknya, akan berkoordinasi dengan PU Madina terkait pengangkatan material longsor ini. “Pada intinya,  kita siap mengangkatnya,” ucap Risfan.

Seperti diberitakan sebelumnya, titik kawasan longsor itu berada di Aek Sampuran tiga titik dengan panjang 10 meter dan tinggi 1,5 meter.  Wilayah Aek Sorik, 15 meter dengan tinggi material longsor 2 meter. Selain itu, badan jalan juga abrasi sepanjang 5 meter. Lokasi  lain, lewat wilayah Aek Sorik sepanjang 10 meter dengan ketinggian material longsor 1 meter.

Kemudian, sebelum wilayah Tanah Wakaf 15 meter dengan ketinggian material longsor 3 meter, di wilayah ini juga jalan abrasi sepanjang 6 meter. Ujung jalan Rabat Beton sepanjang 20 meter dan sebelum desa Batahan sepanjang 100 meter.

Kadis PUD Kab.Madina Syahruddin.ST yang dihubungi Via selular, mengutarakan bahwa pihaknya telah melakukan kordinasi dengan Kades, karena belum bisa dimaksukkan alat berat, karena ada pekerjaan proyek Tahun 2016 yang sedang dilakukan pengecoran, jadi jika sudah selesai mencor akan segera dimasukkan alat berat.

“Kita selalu tanggap dan perhatian terhadap segala bencana, namun ngak mungkin kita masukkan alat berat ke daerah itu disebabkan ada pengecoran proyek dijalan wilayah itu, selesai dulu dikerjakan baru kita masukkan alat berat,” ujar Plt.Kadis PUD Madina Syahruddin.ST (Lkt)

Proyek di Aek Rantopuran “Asal Jadi”

Anggota DPRD Madina: Syahriwan Nasution (Kocu)

Anggota Komisi III DPRD Madina, Sahriwan Nasution mengamati bangunan dek Sungai Rantopuran

PANYABUNGAN (Malintang Pos) : Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Syahriwan Nasution alias ‘Kocu’ menemukan proyek bernilai Rp 932.326.000 yang dikerjakan asal jadi. Saking parahnya, bangunan dek di pinggir sungai Aek Ranto Puran, Desa Gunung Tua, Kecamatan Panyabungan, itu sudah hancur.

Hal itu terungkap pada saat kunjungan Syahriwan Nasution ke proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Paska Bencana yang bersumber dari BPBD Madina. Pelakasana proyek tertulis CV. Sibolga Nauli di bantaran sungai Aek Ranto Puran, Rabu (21/12). Kocu didampingi Kepala Desa Gunung Tua, Zulham Nasution bersama sejumlah tokoh masyarakat.

Seperti yang ditulis MohgaNews, Kocu beberapa kali membentak pekerja maupun pengawas pekerjaan. Apalagi masyarakat setempat sudah berulang kali mengeluhkan kondisi pekerjaan yang tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (bestek) itu.

Dalam kesempatan itu, Kocu memeriksa langsung hasil pekerjaannya. Ternyata, proyek sepanjang sekitar 160-an meter itu di dalamnya tidak ada campuran semen dan hanya dibuat pasir saja. Karena itu, dengan jari tangan saja sudah bisa mengkorek bangunan dek itu.

“Kalian ngerti gak mengerjakan proyek? Kalian pikir ini uang bapak kalian. Ini uang rakyat, jangan kalian pikir ini tidak kami awasi. Pokoknya, proyek ini harus dibongkat. Kalau tidak, kami akan bawa ke ranah hukum,” tegas Kocu kepada perwakilan rekanan yang ada di lokasi proyek bernama Zulfikar.

Kepada wartawan, Kocu menjelaskan, belakangan ini ia menerima laporan dan keluhan masyarakat setempat. Proyek yang bersumber dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Madina itu tidak dikerjakan sesuai bestek. Ia juga menyebut, pekerjaan itu seharusnya sudah dimulai di bulan Agustus yang lalu. Tapi kenyataannya proyek itu baru dikerjakan pada bulan November.

“Inilah bukti bahwa rekanan ini tidak serius mengerjakan proyek yang sangat dibutuhkan masyarakat, coba kita bayangkan Desa Gunung Tua ini selalu jadi langganan banjir setiap tahun, tentu masyarakat sangat berharap agar pembangunan dek ini bisa dikerjakan dengan baik, jangan asal-asalan seperti yang ada sekarang. Pekerjaan ini seharusnya sudah mulai di bulan Agustus yang lalu, kenyataannya baru bulan November dikerjakan dan selesai tanggal 23 Desember, sementara kita lihat pekerjaannya hancur begini, ini namanya menghabisi uang rakyat,” sebut Kocu.

“Saya cukup kecewa dengan proyek seperti ini, saya juga bekas kontraktor, saya paham pekerjaan rekonstruksi, kalau pekerjaannya begini, jangankan musim hujan, air sajapun ditumpahkan disini bisa hancur ini,” tambah Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Madina itu.

Karena itu, Kocu meminta BPBD Pemkab Madina agar memerintahkan rekanan membongkar proyek itu. “Kami minta proyek ini harus dibongkar, kami tidak mau tahu apapun alasannya, ini sudah tidak benar lagi, Pemerintah kami minta supaya black list perusahaan ini, jangan lagi diberikan pekerjaan di Madina bagi rekanan yang hanya menguras uang rakyat,” pungkasnya.(red/Isk)

 

Proyek Dinas PU Palas TA 2016 Jadi Sorotan

Minim Pengawasan

SIBUHUAN (Malintang Pos): “Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu,”. Pribahasa itulah yang mungkin cocok disampaikan kepada jajaran Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Energi dan DPRD Kabupaten Padang Lawas,karena proyek Tahun Anggaran 2016 yang sedang dikerjakan diindikasikan minim pengawasan baik oleh pihak PU maupun DPRD sebagai pihak yang paling bertanggung jawab melakukan pengawasan.

            Kenapa begitu…? Lihat saja Pengawasan pekerjaan terhadap bangunan proyek yang bersumber dari APBD Kab. Padanglawas (Palas) yang dikerjakan 2016 saat ini, oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Energi (PUPE) dinilai sangat minim dan terkesan tutup mata yang dibuktikan dengan Plank Merek saja tidak ada.

            Pantauan Wartawan,Rabu (21/12) disejumlah lokasi proyek yang sedang dikerjakan banyak ditemukan beberapa kejanggalan. Dimana, adanya proyek yang tidak memiliki plank merk pekerjaan, dan ada pula plank merk yang volume pekerjaannya tidak diisi. Seperti, bangunan parit yang hanya berjarak puluhan meter dari Kantor Dinas PUPE Palas dan sejumlah titik lainnya.

            Seperti ungkapan Ketua Lidik Krimsus RI Palas, Dorlansyah Hasibuan, menanggapi kondisi itu mengatakan, sangat prihatin terhadap bangunan proyek yang ada di Palas saat ini. Permasalahan itu dari tahun ketahun tetap ada, sementara pentingnya papan nama itu menjelaskan secara rinci besaran anggaran, lama pekerjaan, nama kontraktor pelaksana, volume pekerjaan termasuk konsultan pengawas.

            “Dengan tidak dipasang papan informasi itu, Pemda Palas dinilai membangun daerah ini asal-asalan sebab menyalahi aturan pelaksanaan pekerjaan proyek yang tertutup, sehingga masyarakat merasa kesulitan melakukan pengawasan,”. Jelasnya.

            Katanya, pihak PU terkesan membiarkan dan tutup mata terhadap pelanggaran yang dilakukan rekanan di lapangan. Seharusnya, jauh hari sebelum pekerjaan dimulai papan informasi sudah ada wujud transparansi publik terhadap uang negara yang berasal dari keringat rakyat.

            “Apa pimpro dan pengawas PU fikir dana proyek itu uang pribadi mereka, sehingga menganggap remeh begitu saja,”. Tanya Dorlansyah kesal.

            Ditambahkannya, kondisi itu berujung pada ketidak percayaan masyarakat dan asumsi negatif proyek yang dikerjakan adalah proyek siluman. Padahal Bupati Palas H. Ali Sutan Harahap (TSO) sedang giat-giatnya mengampanyekan azas transparansi di semua sektor dan tidak ada yang ditutupi terhadap publik.

            Harapapnya,Bupati segera menegur Dinas PU untuk memperketat pengawasan pelaksanaan proyek dilapangan secara maksimal dan tidak tebang pilih, agar kepercayaan masyarakat tidak tergerus kepercayaannya terhadap pemerintahan yang di pimpinnya

            Sementara itu, para pekerja bangunan parit yang hampir rampung itu saat dimintai keterangannya mengatakan. Mereka kurang tahu berapa anggaran dan faham kenapa tidak ada papan informasi.

Sementara yang menyuruh atau pemilik proyek diduga adalah orangnya Bupati.“Kita hanya pekerja, kurang tahu anggaran dan tentang papan proyek. Siapa yang menyuruh dan menggaji kita dengar adalah orang Bupati,”. Ungkap para pekerja tanpa mau berkomentar lebih.

Kabid Cipta Karya PU Palas Sapran Nasution, hingga Berita ini dirilis belum bisa dimintai keterangannya terkait kondisi proyek yang berada tepat di halaman kantor PU tersebut.

 Namun, sebelumnya pada proyek yang lain dengan kasus yang sama bangunan draniase di pusat Kota Sibuhuan yang tidak memiliki papan informasi, seolah kaget dengan informasi itu dan berjanji akan menegur pihak rekanan yang nyatanya hingga saat ini tak kunjung dipasang juga.“Ahh masak tidak ada papan informasinya, adalah!!! Walaupun demikian akan kita cek kembali dan ingatkan,”. Ungkapnya. (rdh)

2016-2017 Akhir yang Mengalir, Awal yang Terjal

Rasa-rasanya, 2017 sudah diambang pintu. Sekarang, 2016 akan berakhir. Setalah beberapa hari melewati 25 Desember (Hari Natal), kita akan memasuki 2017. Selama satu tahun merasakan hidup penuh dinamika dan lika-liku. Kita sudah mengikuti berbagai kegiatan. Malintangtorial pun terus menyuguhkan penyikapan atas berbagai isu dan topik.

Akhir 2016 mengalir saja tak terbendung. Begitu banyak rencana tinggal rencana. Di depan, 2017 menjadi awal yang terjal. Beban 2016 masih terbawa, tantangan baru pun tak bisa diabaikan.

Sebuah potongan syair lagu menyeru kita: “Hadapi saja!” Apa pun kendala yang menghadang. Ada pula ungkapan, “Jangan takut, jangan gentar!” Setidaknya, siapkan diri. Secara emosional dan spiritual harus siap.

Barangkali, hitungan 2016 dan 2017 tidak berarti secara subtansial. Itu hanya hitungan waktu Masehi. Ada juga hitungan ala Tahun Cina, Tahun Jawa dan Hijriyah. Waktu geografis itu statis, sehari semalam itu 24 jam. 7 hari seminggu. Dua belas bulan itu setahun. Yang beda hanya pola gerak matahari (elliptikal). Tetapi, hakikatnya, waktu berjalan. Secara antropologis, bisa saja tahun 2016 itu berlalu begitu cepat dan mungkin saja 2017 bergerak amat lamban.

Walau dibilang lamban karena terjal, itu bukan prediksi metafisis atau statistik. Bukan ramalan. Anggap saja begitu, sehingga kita punya kesiapan, setidaknya secara emosional dan spritual. Dan kesiapan jenis ini sangat menentukan, bukan saja awal 2017 melainkan juga hingga akhir dan awal htingan tahun selanjutnya.

Kalau kita ingat akhir 2015 lalu, banyak suka dan duka yang kita rasakan. Ada senang, ada yang bikin tidak suka. Ada juga yang benci terhadap, misalnya, kehadiran Malintangtorial. Tetapi sebagai salah satu rubrik, redaksi Surat Kabar Malintang Pos tidak begitu peduli dengan cemooh dan caci maki orang yang membaca, karena kehadiran Malintangtorial merupakan sosial kontrol semata di Mandailing Natal dan umumnya di Sumatera Utara.

Bagi Malintang Pos, Januari 2017 punya arti tersendiri. Tepat pada 5 Januari, Malintang Pos akan merayakan hari lahirnya, HUT ke-3. Sejak terbit 5 Januari 2014 yang lalu, banyak suka dan duka dialami pihak Redaksi maupun wartawan dalam tahap peliputan maupun proses penerbitannya. Menerbitkan media massa cetak periodik, walaupun mingguan, tidaklah semuda membalik telapak tangan. Banyak media yang terbit di Mandailing Natal rada-rada hilang dan timbul-tenggelam.  Berbagai faktor yang menjadi penentunya.

Namun Malintang Pos, hingga akhir 2016 sekarang, masih terus terbit setiap minggunya. Pahit-getirnya dialami Redaksi sudah bagaikan asamnya gulai yang kita masak setiap waktunya. Artinya, jika tidak mendapat rintangan dan tantangan, Malintang Pos tidak akan kokoh seperti sekarang ini. Sekalipun baru berusia menjelang 3 tahun, semua boleh bangga. Ada media cetak terbitan Panyabungan yang sudah bertahan tiga tahun ini, seperti Malintang Pos.

Untuk kita ingat bersama, Malintang Pos terbit sejak awal adalah untuk kepentingan masyarakat banyak, bukan kepentingan penguasa dan pengusaha. Makanya, banyak oknum-oknum yang mencoba membungkam Malintang Pos agar tidak terbit lagi. Pihak-pihak yang tidak senang sudah menghadang dengan berbagai macam trik. tapi sampai sekarang ini, masih tetap bertahan sebagai koran pekanan, terbit setiap Senin.

Makanya, di akhir 2016 ini, manajemen Malintang Pos mengajak seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Mandailing Natal dimana pun berada untuk kembali merenungkan dan memantapkan peran masing-masing dalam membangun Madina dan Sumut dengan penuh rasa tanggung jawab dan kebersamaan. Mandailing Natal nantinya mampu menggapai cita citanya melalui visi dan misi yang termaktub dalam Lembaran Daerah. Madina makin masyhur dengan posisi yang makin strategis bagi Sumut dan Indonesia.

Selamat datang 2017, selama jalan 2016. Malintang Pos senantiasa siap menyalurkan aspirasi. Siap terima kritik dan saran. Dari siapa pun sepanjang yang disampaikan tidak berupa fitnah. Selalu ada ruang di setiap terbitnya. Semoga.(tim)

Malintang Pos Dibaca Semua Golongan

Guru SMA di Tebing Tinggi Nurlina.S.Pd
Guru SMA Negeri di Tebing Tinggi Nurlina.S.Pd mengatakan  bahwa berita-berita yang disajikan di Skm.Malintang Pos setiap minggunya adalah berita-berita terkini yang kalau dibaca merasakan kenyataan yang terjadi disekitar kita, karena itulah makanya Koran Malintang Pos dibaca oleh semua golongan di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
            “ Saya memang baru sekitar tiga bulan membaca berita Skm.Malintang Pos setiap minggunya, kalau hari Senin atau Selasa ngak sampe ke rumah Koran Malintang Pos langsung saya hubungi lover korannya,” ujar Nurlina.S.Pd kepada Malintang Pos, Sabtu Malam(24-12) via selular dari Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara.
            Dikatakan,semula kehadiran Malintang Pos yang membuat saya heran adalah nama korannya yang kalau orang Mandailing saya Tanya katanya Malintang itu nama semua desa di Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal dan waktu itu saya sempat berkata bahwa Malintang Pos kampungan dan ngak bakalan lama terbit.
            Tetapi, setelah saya membaca beritanya lalu tertarik dengan ulasannya, sebab kalau media mingguan yang kit abaca selama ini banyak berita-berita yang sudah dimuat di Media Harian dan Medsos, tapi Malintang Pos mempunyai cirri khas tersendiri, makanya sangat suka dan senang membacanya.
            Bagaimana dengan Malintang Pos Online…? Bagus itu, kalau itu diterbitkan, yakinlah Malintang Pos akan dibaca oleh masyarakat dimana sajapun, saya dukung langkah Pimpinan Malintang Pos tersebut, nanti saya akan berlangganan membaca Malintang Pos Online.
            “ Dirgahayu Malintang Pos, Jangan pernah kedor dan loyo dalam menyampaikan asfirasi masyarakat, teruslah berkarya, karena Pers itungak ada matinya,” ujar Guru SMA Negeri di Tebing Tinggi Nurlina.S.Pd.(red).

Tanggul di Bonan Dolok Jebol Petani Minta Perhatian Pemkab

BONANDOLOK (Malintang Pos) : Petani di areal persawahan Aek Sibontar Desa Bonandolok Kecamatan Siabu Kabupaten Madina mengeluh karena sawah mereka sering terendam banjir akibat tanggul penahan air sungai Aek Sibontar telah lama rusak.

Mereka berharap, Pemerintah Kabupaten Madina mengalokasikan anggaran pembangunan dek atau tanggul penahan air sungai yang sudah lama rusak, karena jika tanggul tak diperbaiki akan dapat merendam tanaman padi masyarakat.

Khairul Amin Rangkuti (43) salah seorang petani yang jadi korban tanaman padinya rusak akibat banjir belum lama ini kepada Wartawan, Kamis (8/12). Amin mengeluhkan tanaman padinya terancam gagal panen karena terendam banjir.

Ia menyebut, sawahnya sudah lama jadi langganan banjir karena tanggul penahan air sungai rusak, apalagi tanggul atau dek yang ada selama ini hanya berupa gundukan tanah yang dikerjakan petani secara manual.

“Selama ini kan tanggulnya hanya berupa tanah, disini belum ada beronjong, setiap turun hujan sawah kami jadi sasaran, bisa-bisa gagal panen seperti yang sering kami alami selama ini,” keluh Amin.

Amin bersama petani lainnya mengatakan, setiap hujan deras sawah mereka pasti tergenang dan tanaman padi sudah pasti jadi korban, kondisi ini berdampak pada jumlah produksi padi warga setempat.

“Otomatis hasil tani warga berkurang, kami sudah usulkan sama Kepala Desa agar disampaikan kepada Pemerintah, tapi sampai sekarang belum ada juga pembangunannya, harapan kami pemerintah agar segera membangun dek penahan air sungai di sepanjang tali air Aek Sibontar,” harap mereka.

Di tempat terpisah, tokoh pemuda setempat bernama Amri (26) meminta Pemerintah melalui Dinas Pertanian Pemkab Madina supaya memperhatikan kondisi areal pertanian masyarakat di Desa Bonandolok, sebab Desa Bonandolok salah satu Desa yang memiliki areal pertanian cukup luas di Kabupaten Madina.

“Desa Bonandolok salah satu Desa yang mempunyai lahan pertanian paling luas di Madina, tentu ini harus jadi perhatian Pemerintah, jangan hanya akibat tanggul sungai yang tidak ada, ratusan hektar areal pertanian warga terancam, apalagi kondisi ini sudah cukup lama terjadi. Kami berharap Pemerintah membangun tanggul atau dek penahan air sungai Aek Bontar guna menyelamatkan tanaman padi warga,” ujar Amri. (MN-01/Red)

3 Tahun Malintang Pos Menuju Sumut Smart

KEHADIRAN Surat Kabar Mingguan (SKM) Malintang Pos di tengah-tengah masyarakat Mandailing Natal dan kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara, Sumbar, Kepulauan Riau, Pulau Jawa dan Bali rasanya baru seumur jagung. Tak terasa, 05 Januari 2017 mendatang, Insya-Allah usianya sudah genap tiga tahun. Penuh dengan romantika dan dinamika. Berbagai masalah datang silih berganti setiap edisinya.

Sekilas tentang SKM Malintang Pos, dengan konteks budaya, sosial dan politik, dinamika pers di Sumatera Utara, serta modal pengalaman dalam kancah jurnalistik, tercetuslah gagasan untuk menerbitkan sebuah surat kabar yang berorientasi untuk peningkatan kualitas kehidupan sosial dan politik di Mandailing Natal dan Sumatera Utara.

Dalam hitung-hitungan sementara, surat kabar mingguan (SKM — pekanan) nampaknya dapat survive dan eksis di Mandailing Natal yang kemudian meluas ke kabupaten/kota lain di Sumatera Utara, daerah sekitarnya dan kota-kota tertentu di Jawa dan Bali. Inilah niat baik dan tekad kuatnya.

Selanjutnya, soal penamaan terkait dengan kampung asal pendirinya – Iskandar Hasibuan (mantan wartawan Harian Waspada dan Anggota DPRD Mandailing Natal periode 2009-2014, terpilihlah nama sebuah desa di sisi Utara Mandailing Natal, yakni “Malintang” dan Kecamatan Bukit Malintang, sehingga menjadi “Malintang Pos”. Bagi sang pendiri, penamaan ini merupakan kesiapannya untuk memenuhi amanah dari ayahandanya untuk mengabdi bagi perbaikan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya di seputaran Malintang, Mandailing Natal dan Sumatera Utara.

Edisi demi edisi terbit. Ada saatnya menggemparkan. Ada masanya barangkali menakutkan sebagaian kalangan, bukan saja karena peran dan fungsi pers itu, melainkan juga karena Iskandar Hasibuan sebagai pendiri juga menegaskan tekadnya dalam moto “Berani dan Tangguh Membela Kepentingan Rakyat”.

 Ketika situasinya menuntut publisitas dan citra-citra tertentu bagi seseorang tokoh atau sebuah lembaga, Malintang Pos juga menjadi media massa yang sangat menjanjikan. Bahkan, dalam beberapa bulan ini, koran yang sudah membuka perwakilan di Sumatera Utara seperti Padangsidempuan, Tapanuli Selatan, Paluta, Palas, Nias, Sibolga; Pulau Batam, Kepulauan Riau, Pulau Jawa dan Pulau Bali ini, ternyata juga mulai dipertimbangkan sebagai media iklan yang efektif dan ekonomis.

Sekarang, Malintang Pos sudah terbit hingga edisi ke-120 di usianya yang bakal menginjak tiga tahun. Suka dan duka boleh menjadi warna-warni pelangi dan pernak-pernik eksistensi Malintang Pos. Yang lebih utama, semangat dan tekad untuk berperan dalam dinamika dengan semangat dan tekad seperti itu juga, Malintang Pos merasa penting untuk memproklamirkan rasa syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa serta membuat suatu evaluasi atas jejak perjuangan dan capaian kerja inovatif dan kratif. Untuk itu, mohon doa dan restunya, Malintang Pos akan menggelar sebuah acara khusus dalam frame “Tiga Tahun Malintang Pos, Mantapkan Posisi dalam Greget Pembangunan Sumut Lebih Smart”.

Melalui Malintangtorial ini, kami sampaikan: “Usia tiga tahun tak akan berkna apa-apa tanpa kritik dan saran dari pembaca setia, simpatisan maupun masyarakat yang berdomisili di Sumatera Utara.” Dengan dukungan semua pihak, Malintang Pos sangat optimis dapat mendedikasikan diri untuk Sumatera Utara yang lebih cerdas (smart). Dengan begitu, sekali lagi kami bermohon kepada segenap pembaca dan umumnya masyarakat Sumut, agar juga memberi restu dalam frame hajatan “Tiga Tahun Melintang Pos, Mantapkan Posisi dalam Grget Sumut Smart”. Setidaknya, Malintang Pos mendapat akses lebih luas untuk meng-cover isu-isu Sumut Smart, dampak dan arahnya. Amin.

Dagangan Monza di Panyabungan Kian Laris

Dua pria memilih pakaian di galeri pakaian bekas

PANYABUNGAN (Malintang Pos) : Penjual pakaian bekas atau yang lebih dikenal dengan “monza” di Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) semakin ramai atau menggeliat. Penjual monza ada di depan rumah warga maupun di pusat pasar tradisonal.

Seperti di pasar tradisional Huta Siantar, Kecamatan Panyabungan, kendati hanya berjualan sekali seminggu, keberadaan pedagang kian bertambah. Terlihat pembeli juga semakin ramai, apalagi ditambah perekonomian semakin sulit banyak warga beralih ke pakain bekas.

Saat ini, puluhan pedagang pakaian bekas jika hari Jum’at mulai memadati halaman bolak tempat mereka berjualan. Dagangan jenis pakaian, baju, celana hingga handuk itu semakin diminati warga.

Menurut pedagang, mereka rata-rata memperoleh keuntungan dari hasil jualnya mencapai Rp 100.000. “Itu hitungan bersihnya,” ungkap seorang pedagang yang mengaku boru Nasution pada wartawan, Jumat (2/12). Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dia sekali seminggu belanja pakaian monza ke Tanjungbalai, Sumatera Utara.

Sementara beberapa orang pembeli mengaku, bahwa pakaian asal luar negeri yang dibeli tidak kalah bagus dengan pakaian di toko-toko yang ada, bahkan harga jual pedagang diakui masih terbilang murah. (medan binsnis/zamharir rangkuti)